SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 14 September 2009

IA MENJADI PELAYAN KESELAMATAN UMAT MANUSIA.

MG BIASA XXV/B
Keb 2:12. 17-20; Yak 3:16 – 4:3;
Mrk 9:30-37

Dengan terus terang Yesus menyatakan bahwa diri-Nya akan mengalami penderitaan dan mati di kayu salib. Yesus mengatakan lebih tegas lagi bahwa Ia akan dibunuh oleh tangan manusia dan tiga hari sesudahnya akan bangkit.
Kali ini, Yesus ingin mempersiapkan iman dan mental para murid untuk menghadapi goncangan jika apa yang dinubuatkan-Nya itu terjadi. Ia juga memberi gambaran yang tepat kepada para murid-Nya bagaimana seharusnya yang mereka lakukan dalam Kerajaan-Nya.

Pernyataan itu malah membingungkan dan membuat khawatir para murid. Mereka segan menanyakan hal itu karena masih trauma sejak Yesus memarahi Petrus yang tidak memikirkan kehendak Allah tetapi hanya memikirkan kehendak manusia. (Mrk 8:33). Dalam pemikirannya para murid masih mempersoalkan siapa yang terbesar di antara mereka. Rupanya waktu itu persoalan status, gengsi dan ambisi melanda para murid-Nya. Mereka masih mengharapkan suatu kerajaan dunia dan politis. Namun Yesus menyatakan bahwa dalam Kerajaan-Nya kelak orang yang terdahulu harus menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan semua orang.

Bagaimana dengan kita?
Dalam pemikiran kita pun sulit menangkap pernyataan Yesus itu bila menerimanya secara harafiah. Kita bisa menangkap pesan itu bila menerimanya secara iman. Harapan Yesus bagi pengikut-Nya agar menjadi pelayan di antara semua, maksudnya kita harus saling melayani. Pelayan, bukan berarti status atau posisi sebagai pesuruh atau bawahan tetapi peran kita dalam melayani sesama. Yang menjadi masalah sekarang ini, gengsi dan ambisi juga menjadi masalah bagi kita. Seringkali kita memandang rendah suatu pekerjaan dan memandang rendah orang lain karena kedudukannya. Inginnya memimpin dan memerintah. Kalau kita datang ke rumah orang tertentu seolah-olah menjadi turun derajat kita. Bila kita mengerjakan pekerjaan pembantu membuat rendah diri kita.

Dalam hal ini kita lupa bahwa Yesus sendiri sudah memberi contoh kepada kita; Ia mau melepaskan satus dan keilahian-Nya. Ia menjadikan diri-Nya pelayan keselamatan umat manusia. Yesus telah memberi pengajaran kepada kita begitu pentingnya kesetiaan dan kerendahan hati dalam pelayanan. Sebagai Sang Putra Ia setia pada Bapa-Nya dan taat melaksanakan kehendak-Nya. Seperti yang dilakukan Yesus dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Marilah kita berjalan bersama dalam Tuhan saling melayani bukan minta dilayani, dan tidak iri atau mementingkan diri sendiri agar kita memperoleh buah-buah yang baik yaitu kebenaran dalam damai. (Yak 3:16-17). (FX. Mgn)