SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Selasa, 11 Desember 2012

MINGGU ADVEN III (C) -Minggu,16 Desember 2012



 BERBAGI KEPADA SESAMA
SEBAGAI UNGKAPAN TOBAT

Zef 3:14-18a;                  Flp 4:4-7;            Luk 3:10-18

Masa penantian kedatangan Tuhan dalam minggu adven ketiga ini membawa sukacita dan pengharapan dengan ditandai pada keluarga-keluarga kristiani serta di gereja memasang lilin merah jambu yang dinamai juga lilin "Sukacita". Warna merah jambu menyimbolkan sukacita pengharapan yang tidak tertahankan lagi karena kelahiran Tuhan sudah sangat dekat. Kedatangan Tuhan yang membawa warta kegembiraan dan keselamatan.
Warta kegembiraan ini juga terpancar pada orang banyak yang mau datang dan mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis di tepi sungai Yordan. Dalam pewartaannya Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan, bukan hanya ditujukan pada kelompok Saduki dan Farisi saja tetapi kepada semua orang. Bertobat tidak cukup dengan menyesal, tetapi diwujudnyatakan dengan perubahan hidup yang lebih baik. Perlu tindakan nyata. Itulah yang ia ajarkan kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk minta dibaptis.
Kemudian mereka masing-masing bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?” Yohanes Pembaptis menganjurkan beberapa hal yang harus segera dilakukan. Berbagilah kepada mereka yang membutuhkan, pakaian, makanan, uang dsb. Kepada penarik pajak dia berkata, “Jangan menarik lebih dari yang sudah ditentukan untukmu.” Dan kepada para prajurit, dia berkata, “Jangan merampas dan memeras”. Yohanes Pembaptis menekankan kepada semua orang sesuai dengan tugasnya agar bertindak adil dan jujur, jangan merampas hak orang lain dan jangan memeras.
Pertanyaan tadi berlaku juga untuk kita semua saat ini dalam mempersiapkan diri untuk perayaan Natal. Apakah yang harus saya perbuat sebagai ungkapan tobat: seorang anak, orang tua, pegawai, pedagang, pemimpin Gereja, warga Gereja, pemimpin masyarakat, warga masyarakat, penegak hukum, militer, wakil rakyat, atau apa saja sesuai dengan tugas dan jabatan kita. Mau dan rela berbagi kepada sesama sebagai tanda tobat berupa: tenaga, pikiran, perhatian, waktu, uang, atau apa saja. Mau berdamai dengan memaafkan dan minta maaf.
Dari seruan dan semua nasihat yang disampaikan Yohanes Pembaptis tadi membuat orang banyak berpikir, apakah dia itu Mesias. Namun Yohanes Pembaptis dengan jujur mengatakan kepada orang banyak bahwa bukan dia Mesias itu, dia hanyalah saksi-Nya. Yohanes Pembaptis hanya mewartakan kabar baik tentang kedatangan Tuhan kepada orang banyak. Kabar baik yang diwartakannya agar bisa mendorong orang lain untuk mencari tahu apa yang harus mereka perbuat. Mereka dimotivasi untuk solider dengan orang yang tak punya, bertindak adil terhadap siapapun.
Lalu … Apakah dalam masa persiapan kedatangan Tuhan sekarang ini, orang makin terdorong untuk mencari tahu apa yang sebaiknya mereka perbuat untuk menolong sesamanya manusia, terutama yang berkekurangan atau diperlakukan tidak adil secara terus menerus ? Ataukah, semakin gampang orang berkata: “Ah, kenapa mesti repot, itu masalah mereka sendiri, untuk apa mencampuri hal itu?
Semoga semua orang mau hadir sebagai motivator kepada orang banyak untuk semakin peduli terhadap sesama manusia dan kepada Tuhan. Kesediaan, kesederhanan, kejujuran dalam kata dan tindakan serta pengertian yang ditampilkan kepada semua orang, turut menentukan mutu persiapan kita menyambut kedatangan Tuhan. (FX.Mgn).

Senin, 03 Desember 2012

MINGGU ADVEN II (C) Minggu 9 Des 2012

MENYONGSONG KEDATANGAN TUHAN DENGAN BERTOBAT DAN MENATA DIRI
Bar 5:1-9;          
Flp 1:4-6.8-11; 
Luk 3:3-6

          Seringkali kita ini menipu diri sendiri dengan mengatakan tidak berdosa. Tetapi kalau menyadari sungguh-sungguh setiap kali masih diberi kesempatan hidup di dunia ini, manusia cenderung melakukan dosa. Sangat tepatlah Yohanes Pembaptis mengingatkan semua orang agar “bertobat dan memberikan diri dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu …”
          Bagi orang yang berdosa atau bersalah dan tidak mengindahkan suara hatinya, akan berusaha mati-matian untuk menutupi dosa-dosanya dan mengatakan bahwa: “Saya sama sekali tidak berdosa.” Namun bagi orang yang berdosa tetapi masih peka akan bisikan suara hati nuraninya tentu pikiran dan hatinya akan tidak tenang karena merasa jauh dari Tuhan. Sadar, bahwa perbuatan yang dilakukan benar-benar bertentangan dengan hati nurani dan merupakan pelanggaran di hadapan Allah. Selain berdosa kepada Allah juga merugikan orang lain dan diri sendiri karena upah dosa adalah maut.
          Sebagai orang beriman harusnya menyadari atas dosa-dosanya, menyesali semua kekeliruan dan bertobat serta berusaha untuk berdamai dengan Allah. Bertobat atau “kapok” berarti tidak akan berbuat dosa lagi. Ditandai dari perubahan sikap dan perilaku sebagai tanda penyesalan dan berkabung.
          Bila dalam Minggu Adven I yang lalu kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem dengan gambaran kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, maka dalam Minggu Adven II ini kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes Pembaptis untuk berdamai dengan Allah. Berdamai dengan Allah yang juga mendorong untuk berdamai dengan sesama, dengan tidak hanya melihat kesalahan orang lain tetapi mau melihat kesalahan sendiri.
          Yohanes Pembaptis mengingatkan kita semua melalui baptisan tobat, baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru. Lembaran baru, yaitu sikap bertobat dengan mempersiapkan diri dan meluruskan jalan bagi kedatangan Tuhan sebagai Penyelamat yang memberikan pengampunan dan kedamaian.
          Dalam menyongsong kedatangan Tuhan, kita diajak mendengarkan pesan nabi Barukh agar jangan tenggelam dalam kegelisahan dan kesedihan, tetapi supaya menanggalkan pakaian berkabung serta berbesar hati karena kita semua akan dekat kembali dengan Allah. Kita semua diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar mendekat kepada-Nya kembali. Ada kerohanian segar yang disampaikan Yohanes Pembaptis yang mengajarkan bahwa Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dan memperhitungkan dosa-dosa kita melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umat-Nya menuju kebahagiaan bersama-Nya. Ia bukan lagi yang menuntut dan hanya memandang serta memperhitungkan dosa-dosa kita, melainkan Ia datang menguatkan manusia. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke arah datang-Nya Dia yang akan mengajar kita semua merasakan kasih-Nya. Ia bukan lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan segala kelemahannya. Sehingga kita semua mampu hidup terus kendati sering jatuh karena kerapuhan kita.  (FX. Mgn)