"MENJADI APAKAH ANAK INI NANTI?”
Yes
49;1-6;
Kis
13:22-26;
Luk
1:57-66.80
Seringkali kita mendengar bahwa ada bayi
yang lahir dengan bobot melebihi bayi pada umumnya. Dan ada
lagi bayi yang lahir setelah dikandung ibunya lebih dua belas bulan. Pada
umumnya bayi akan lahir setelah dikandung ibunya selama sembilan bulan sepuluh
hari. Kenapa bayi itu masih krasan tinggal dalam rahim ibunya? Bayi-bayi
demikan sering kita sebut bayi ajaib atau bayi luar biasa. Lalu timbul
pertanyaaan, ”Mau jadi apa anak itu kalau sudah besar nantinya?”
Sama
seperti kelahiran Yohanes Pembaptis yang
luar biasa, karena ia dilahirkan oleh seorang ibu yang usianya sudah lanjut dan
sudah dinyatakan tidak mungkin bisa melahirkan bayi. Masyarakat sekitar pada waktu itu memandang
dan menyebut Elisabet ibunya, sebagai seorang wanita yang mandul. Namun kemudian
masyarakat menjadi keheran-heranan ketika melihat Elisabet mengandung, dan
melahirkan seorang bayi. Ayahnya sendiri (Zakharias) tidak percaya ketika
menerima berita dari malaikat Gabriel, bahwa istrinya akan mengandung. Maka
oleh malaikat Gabriel dibuat menjadi bisu sampai anaknya lahir baru bisa
berkata-kata lagi.
Dan ketika Yohanes lahir semua orang yang mendengarnya
bersukaria, lebih-lebih kedua orang tuanya, sebab Allah berkenan menunjukkan
rahmat-Nya yang besar. Tepat sekali pertanyaan orang waktu itu, “Menjadi apakah
anak ini nanti?
Semua orang mulai mengerti dan memandang luarbiasa si
anak itu setelah dewasa dan berkarya. Yohanes memperoleh tugas yang luhur,
yaitu mempersiapkan dunia akan kedatangan Penebusnya. Tugas itu tidak mudah,
tetapi Yohanes telah melaksanakannya dengan mempertaruhkan seluruh pribadinya.
Yohanes tidak sombong, ia rendah hati. Ketika yang dinanti-nantikan sudah
datang, maka ia harus mengundurkan diri, tetapi bukan secara konyol, melainkan
sebagai saksi kebenaran keadilan. “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia
yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku
tidak layak….
Bagaimana dengan kita?
Berbeda dengan kita, seringkali kita suka menonjolkan
kemampuan dan kelebihan kita. “Itu semua karena ide saya, dan merupakan usulan
saya serta berkat perjuangan saya.” Apa yang bisa kita petik dari peristiwa
kelahiran Yohanes Pembaptis ini? Inilah rahasia iman paling besar bagi orang
yang percaya dan berharap kepada-Nya. Akal budi kita tak sanggup mengerti
kejadian ini, hanya iman yang bisa menyelaminya. Apa yang tidak mungkin bagi
manusia, mungkin bagi Allah. Kisah kelahiran Yohanes Pembaptis hari ini
menyadarkan kita untuk melihat peristiwa kelahiran dari sisi iman. Logika iman
selalu mengantar kita untuk memandang segala peristiwa dari sisi kebesaran
kasih dan rahmat Allah.
Ketika kita semua mempunyai anak, apakah kita tahu
anak-anak kita akan menjadi apa? Hanya Tuhan yang tahu! Kita hanyalah jadi
sarana Allah untuk mewujudkan rencana terbaik-Nya. Lalu apakah hanya pasrah dan
membiarkan anak kita tanpa perhatian dan bimbingan kita? Kita bertanggungjawab membesarkan
dan mendidik anak kita secara baik. Tentu bukan saja kebutuhan materiil, tetapi
terutama kebutuhan mereka untuk diperhatikan dan dicintai serta dihargai.
Satu hal yang terbaik yang perlu diberikan orang tua
kepada anak-anak kita, yakni iman; menanamkan iman dalam diri anak-anak sejak
dini itu menjadi tanggungjawab orang tua. Dan tidak kurang pentingnya, ketika
datang waktunya nanti di mana kemampuan kita mulai menurun, dari situ kita
harus sadar bahwa kendali kepemimpinan diteruskan oleh anak-anak kita. Kemudian
mereka ganti memimpin dan menopang kita.
Semoga perayaan kelahiran Yohanes Pembaptis hari ini
menjadi dasar dan landasan dalam mengantarkan anak-anak kita agar mampu
mengembangkan imannya dan mampu menghayati hidup baik di mata Tuhan dan sesama.
(FX. Mgn)