MINGGU PASKAH III (C)
Hari Minggu, 18 April 2010
Kis 5:27b-32.40b-41;
Why 5:11-14;
Yoh 21:1-19 atau 21:1-14
Yesus sungguh mencintai para murid-Nya. Ia tidak membiarkan para murid-Nya putus asa, kecewa dan pupus harapannya.
Mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Maka mereka kembali menjadi nelayan dan menangkap ikan. Semalaman mereka pergi melaut menjala ikan tetapi tak seekor ikan pun ditangkap, kemudian mereka kembali mendarat ke pantai. Tiba-tiba ada seseorang yang menegur mereka dan meminta ikan hasil tangkapan mereka, tetapi mereka menjawab bahwa tidak ada ikan! Lalu orang itu menyuruh membuang jala ke samping kanan perahu. Mereka melakukannya dan mendapatkan hasil 153 ekor ikan besar-besar, tetapi jala tidak koyak. Yesus mendatangi murid-murid-Nya, karena Yesus tahu bahwa para murid sedang mengalami paceklik tangkapan ikan. Dari kejadian ini, Yohanes memberitahu Petrus bahwa orang ‘asing’ tadi Tuhan Yesus.
Kemudian Yesus mengajak mereka untuk sarapan bersama. Yesus memberkati roti dan mengambil ikan dari beberapa hasil tangkapan itu, kemudian membagi-bagikan kepada mereka. Ajakan Yesus makan bersama ini mengingatkan mereka akan Perjamuan malam yang terakhir bersama mereka, sebelum Ia menderita dan wafat di kayu salib.
Setelah sarapan Yesus menanyai Simon Petrus sampai tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku melebihi mereka?" Semula Petrus menjawab dengan semangat, “Ya Tuhan, aku mencitai-Mu melebihi mereka itu!” Namun karena Tuhan bertanya sampai tiga kali, Petrus menjadi takut dan dirinya kecewa. Teringat bahwa dia pernah menyangkal Tuhan sampai tiga kali. Maka Petrus terdiam sejenak dan hanya berkata, “Tuhan, Engkau tahu, aku mencintai-Mu.” Dan Yesus meneruskan bersabda, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!” Peristiwa ini merupakan rujuknya kembali hubungan Tuhan dengan Petrus yang pernah retak, tanpa melihat kembali penyangkalan yang pernah dibuatnya.
Setelah Petrus menyadari dirinya dan mencintai kembali Tuhan secara jujur, Tuhan menerima kembali Petrus dan mempercayainya secara penuh. Kepercayaan Tuhan itu diwujudkan dengan pemberian tugas yang besar, yaitu agar Petrus menggembalakan domba-domba Tuhan. Petrus dipercaya untuk meneruskan karya keselamatan yang telah dimulai oleh Yesus sendiri. Petrus diangkat menjadi gembala yang membimbing umat Tuhan menuju Bapa, menuju keselamatan kekal.
Penegasan jawaban Petrus membuktikan bahwa untuk mengikuti Dia tidak ada jalan lain selain menyerahkan diri seutuhnya terhadap karya penyelamatan yang dipercayakan kepadanya. Dalam meneruskan karya penyelamatan, Yesus mengingatkan dalam sabda-Nya, “Di waktu muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan pergi ke mana engkau mau, tetapi di waktu tuamu, orang lain akan mengikat pinggangmu dan membawamu ke tempat yang engkau tidak kaukehendaki.
Dari kisah ini Tuhan telah melihat bagaimana Petrus akan setia kepada-Nya dan menerima tugas penggembalaan Gereja sampai akhir hidupnya. Dengan segala resiko dan tantangan yang harus dihadapi ke depan. Dari sebab itu seperti kesaksian Petrus dan para rasul, mereka menolak larangan imam agung. Mereka tetap mengajar atas nama Yesus ke seluruh Yerusalem, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada manusia… (Kis 5:28-29)
Maka marilah kita renungkan perintah Yesus kepada para rasul tersebut. Perintah Yesus kepada Petrus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Suatu perintah yang mengarahkan Petrus untuk menjadi Rasul dan Batu Karang/soko guru bagi umat Kristus. Atau dengan kata lain, menyuruh Petrus kembali ke ‘habitat baru’ nya yaitu sebagai Pewarta Injil dan bukan kembali ke ‘habitat lama’ nya sebagai nelayan.
Lalu, apakah artinya bagi kita masing-masing? Apakah tugas ini hanya diberikan kepada Petrus? Tidak. Tugas itu juga diberikan kepada kita semua sebagai pengikut-pengikut-Nya yang telah dipersatukan dan diperdamaikan kembali dengan Tuhan. Kita semua dipercaya untuk menebarkan cinta kasih dan keselamatan kepada semua orang. (FX. Mgn)