TUHAN, KECUALI HANYA KEPADA ENGKAU,
KEPADA SIAPAKAH KAMI AKAN PERGI?
Yos 24:1-2a.15-17.18b;
Ef 5:21-32;
Yoh 6:60-69
Masih
soal Roti Hidup. Sebelumnya Yesus mengatakan carilah roti kehidupan kekal, yaitu
roti yang membuat kenyang abadi. Bekerjalah bukan untuk makanan yang bisa
binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal
yang diberikan Allah dari surga.
Mereka
tetap berteriak-teriak minta roti karena sudah tidak ada yang dimakan. Dan kini
Yesus mengatakan: ”Akulah roti hidup yang turun dari surga”, maka orang-orang
Yahudi makin bersungut-sungut dan membuat mereka mundur termasuk para murid
karena tidak menangkap dan salah paham. Apalagi ketika Yesus mengatakan,
”Akulah Roti Hidup yang turun dari surga, barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia.” Bagi para murid Sabda ini
keras, siapa yang mampu menerimanya. Mereka menangkapnya disuruh makan daging
dan minum darah manusia. ”Mana mungkin”. Sebab dalam ajaran mereka tidak
diperbolehkan makan dan minum darah orang lain.
Karena
itulah banyak orang mulai meninggalkan Dia; hanya tinggal beberapa murid saja
yang masih bertahan. Lalu Yesus menantang mereka, ”Apakah kamu tidak mau pergi
juga?” Dalam ketidak mengertiannya Petrus menjawab: ”Tuhan, kepada siapakah
kami akan pergi? Sabda-Mu adalah perkataan hidup dan kekal, dan kami telah
percaya bahwa Engkau Kristus, Putra Allah”
Itulah
iman Petrus yang sungguh besar, walau tidak mengerti dalam ketidakjelasan
makna, namun dengan jujur Petrus mengatakan ’ya’ kepada Tuhan. Makna makan
daging-Nya dan minum darah-Nya baru dipahami dengan jelas saat Yesus di puncak
salib. Pada puncak salib itulah para murid mulai agak mengerti bahwa Tuhan
telah wafat, menyerahkan tubuh dan darah-Nya kepada manusia. Sabda itu menjadi
jelas setelah kebangkitan dan kedatangan Roh Kudus, mereka semakin paham bahwa
semua itu dilakukan oleh Yesus demi keselamatan semua orang. Kesaksian Petrus
saat itu membuat semua orang percaya hanya kepada Yesuslah orang akan menerima
penebusan dan keselamatan kekal yang dijanjikan Allah. Semuanya semakin jelas
bahwa salib dan penderitaan Yesus sungguh diperuntukkan bagi keselamatan semua
orang.
Bagaimana
dengan kita?
Dalam
kehidupan sehari-hari pun kita menghadapi tekanan dan salib, yang membuat iman
kita sering krisis. Menghadapi keadaan demikian kita harus memilih, pergi
meninggalkan Tuhan atau tetap tinggal dalam Tuhan dan mempercayakan persoalan
kita kepada-Nya. Jawabannya, ya seperti pilihan Petruslah; kita tetap bertahan
dan tinggal bersama Dia, mempercayakan dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Tuhan, sama seperti Yosua tetap memilih dan menyembah Tuhan Allah kita. Dari
kesaksian Petrus ini membuat kita yang sulit menangkap bahwa makan daging dan
minum darah-Nya yang adalah sumber keselamatan kita, berarti menerima dan
mengimani Yesus. Dengan jawaban Petrus itu, kita diajak mengimani bahwa Yesus
tetap hadir dalam Sabda dan Sakramen Mahakudus. Sabda dan Roti yang Kudus itu
sungguh memberi kekuatan dan ketabahan hati kita. (FX. Mgn)