Bar 5:1-9;
Flp 1:4-6.8-11;
Luk 3:3-6
Flp 1:4-6.8-11;
Luk 3:3-6
Seringkali
kita ini menipu diri sendiri dengan mengatakan tidak berdosa. Tetapi kalau
menyadari sungguh-sungguh setiap kali masih diberi kesempatan hidup di dunia
ini, manusia cenderung melakukan dosa. Sangat tepatlah Yohanes Pembaptis
mengingatkan semua orang agar “bertobat dan memberikan diri dibaptis dan Allah
akan mengampuni dosamu …”
Bagi
orang yang berdosa atau bersalah dan tidak mengindahkan suara hatinya, akan
berusaha mati-matian untuk menutupi dosa-dosanya dan mengatakan bahwa: “Saya
sama sekali tidak berdosa.” Namun bagi orang yang berdosa tetapi masih peka
akan bisikan suara hati nuraninya tentu pikiran dan hatinya akan tidak tenang
karena merasa jauh dari Tuhan. Sadar, bahwa
perbuatan yang dilakukan benar-benar bertentangan dengan hati nurani dan
merupakan pelanggaran di hadapan Allah. Selain berdosa kepada Allah juga
merugikan orang lain dan diri sendiri karena upah dosa adalah maut.
Sebagai
orang beriman harusnya menyadari atas dosa-dosanya, menyesali semua kekeliruan
dan bertobat serta berusaha untuk berdamai dengan Allah. Bertobat atau “kapok”
berarti tidak akan berbuat dosa lagi. Ditandai dari perubahan sikap dan
perilaku sebagai tanda penyesalan dan berkabung.
Bila
dalam Minggu Adven I yang lalu kita diajak melihat kelahiran Yesus di Betlehem
dengan gambaran kedatangan Anak Manusia di akhir zaman, maka dalam Minggu Adven
II ini kita didorong melangkah maju lebih lanjut dengan bantuan Yohanes
Pembaptis untuk berdamai dengan Allah. Berdamai dengan Allah yang juga
mendorong untuk berdamai dengan sesama, dengan tidak hanya melihat kesalahan
orang lain tetapi mau melihat kesalahan sendiri.
Yohanes
Pembaptis mengingatkan kita semua melalui baptisan tobat, baptisan yang
menandai tekad untuk membuka lembaran baru. Lembaran baru, yaitu sikap bertobat
dengan mempersiapkan diri dan meluruskan jalan bagi kedatangan Tuhan sebagai Penyelamat
yang memberikan pengampunan dan kedamaian.
Dalam
menyongsong kedatangan Tuhan, kita diajak mendengarkan pesan nabi Barukh agar
jangan tenggelam dalam kegelisahan dan kesedihan, tetapi supaya menanggalkan
pakaian berkabung serta berbesar hati karena kita semua akan dekat kembali
dengan Allah. Kita semua diajak agar berani menanggalkan sikap menghukum diri
dan membiarkan diri dituntun Allah sendiri agar mendekat kepada-Nya kembali.
Ada kerohanian segar yang disampaikan Yohanes Pembaptis yang mengajarkan bahwa
Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dan memperhitungkan
dosa-dosa kita melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umat-Nya menuju
kebahagiaan bersama-Nya. Ia bukan lagi yang menuntut dan hanya memandang serta
memperhitungkan dosa-dosa kita, melainkan Ia datang menguatkan manusia. Kehidupan serta tindakan Yohanes Pembaptis
menjadi kesaksian akan warta tadi. Ia mengajak orang melihat ke arah lain, ke
arah datang-Nya Dia yang akan mengajar kita semua merasakan kasih-Nya. Ia bukan
lagi yang jauh, melainkan yang mau mendekat dan peduli akan manusia dengan
segala kelemahannya. Sehingga kita semua mampu hidup terus kendati sering jatuh
karena kerapuhan kita. (FX. Mgn)