MG BIASA II / C
(Hari Minggu, 17 Januari 2010)
Yes 62:1-3;
1 Kor 12:4-11;
Yoh 2:1-11
Kasih Allah kepada manusia yang dinyatakan dalam diri Putra-Nya terwujud dalam diri Yesus Kristus yang menyatu dan hidup bersama manusia. Yesus membaur dan ikut merasakan pahit getirnya hidup serta suka dan bahagianya manusia. Ia hidup dan menyatu dengan kehidupan masyarakat bersama ibu Maria dan Yusuf. Ia mau menjalani hidup layaknya masyarakat di sekitarnya. Bekerja, membantu Yusuf sebagai tukang kayu, mempraktekkan cara hidup sederhana, peduli orang susah dan berbuat kasih.
Ia juga mengajarkan kerendahan hati yang tulus. Sikap munafik ditentangnya hebat-hebatan. "Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam rumah, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi" (Mat 6: 6). Dan sabda-Nya: "Janganlah berdoa seperti orang munafik, yang suka berdoa di tepi-tepi jalan dan di tikungan jalan supaya dilihat orang." Dalam memberi sedekahpun Yesus mengutuk sikap munafik, "Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui oleh tangan kiri apa yang dibuat oleh tangan kanan" (Mat 6: 3). Juga dalam hal berpuasa sikap munafik yang hanya ingin dilihat orang lain sangat dicela oleh Yesus: "Jika engkau berpuasa jangan muram mukamu, tetapi minyakilah rambutmu dan cucilah mukamu supaya orang lain tak melihat engkau sedang berpuasa" (Mat 6: 16-18). Yesus mengajar kepada kita untuk percaya betul kepada penyelenggaraan ilahi, supaya kita tidak membalas dendam kepada orang lain. "Jika engkau ditampar pipimu yang kiri; serahkanlah yang kanan." Ia minta kepada kita supaya saling mengampuni; jangan hanya melihat kesalahan orang lain tetapi dengan melihat kesalahan sendiri.
Yesus adalah Guru yang baik, Guru yang mengajarkan kebaikan dan kesalehan yang tidak dibuat-buat. Ia paling membenci sesuatu hal yang dibuat-buat; hari Sabat yang dianggap keramat oleh golongan Farisi, didobraknya karena mereka melaksanakan hukum hari Sabat secara berlebih-lebihan sehingga cinta kasih kepada sesama diabaikan demi kekeramatan hari Sabat. Yesus mengajar dengan bahasa sederhana, bahasa yang bisa dimengerti oleh rakyat jelata dengan perumpamaan-perumpamaan yang diambil dari kehidupan orang-orang sederhana. Ia bukan saja mengajarkan kesederhanaan, tetapi Ia juga melaksanakan kesederhanaan itu. Yesus tidak hanya mengajar supaya kita mencintai orang lain, tetapi Ia juga melaksanakan cinta kasih dengan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menolong pengantin yang nyaris kehabisan anggur di tengah-tengah pesta mereka.
Seperti dalam pesta nikah di Kana, Yesus dan para murid-Nya diundang, Ia pun mau menghadiri undangan perhelatan itu. Ketika Ibu Maria tahu bahwa dalam perjamuan nikah itu kekurangan anggur, maka ia tergerak hatinya untuk berpartisipasi mengatasi persoalan besar itu walau ia bukan panitia dalam acara perkawinan tersebut. Ibu Maria menyampaikan hal itu kepada Yesus Putranya. Yesus tidak langsung menjawab-Nya, namun Ibu Maria percaya bahwa Putranya tidak akan tega melihat perjamuan pesta menjadi gagal yang kehabisan anggur, karena anggur merupakan hidangan yang sangat penting dalam perjamuan nikah. Kehabisan anggur akan membuat malu dan menjatuhkan nama baik si pengundang. Setelah dipikir-pikir maka Yesus mengabulkan permintaan ibu-Nya. Yesus minta kepada para pelayan memenuhi gentong-gentong dengan air kemudian Ia mengubah air itu menjadi anggur yang berkualitas tinggi. Kehadiran Yesus sebagai tamu undangan tidak pasif. Ia membuat solusi yang luar biasa.
Kita semua tahu dan merasakan sendiri bahwa kehadiran Yesus di dunia ini menggembirakan banyak orang, terutama mereka yang sakit, lemah, rindu akan pengajaran, yang tersisih serta mereka yang berdosa. Kasih-Nya menjadi nyata dalam tindakan yang membebaskan, meringankan, menghibur dan menggembirakan umat-Nya. Karya Yesus mengubah air menjadi anggur merupakan tanda heran yang pertama. Karya itu merupakan tanda kemuliaan-Nya yang membuat para murid percaya kepada-Nya.
Yesus adalah Guru yang baik, Guru yang mengajarkan kebaikan dan kesalehan yang tidak dibuat-buat. Ia paling membenci sesuatu hal yang dibuat-buat; hari Sabat yang dianggap keramat oleh golongan Farisi, didobraknya karena mereka melaksanakan hukum hari Sabat secara berlebih-lebihan sehingga cinta kasih kepada sesama diabaikan demi kekeramatan hari Sabat. Yesus mengajar dengan bahasa sederhana, bahasa yang bisa dimengerti oleh rakyat jelata dengan perumpamaan-perumpamaan yang diambil dari kehidupan orang-orang sederhana. Ia bukan saja mengajarkan kesederhanaan, tetapi Ia juga melaksanakan kesederhanaan itu. Yesus tidak hanya mengajar supaya kita mencintai orang lain, tetapi Ia juga melaksanakan cinta kasih dengan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, menolong pengantin yang nyaris kehabisan anggur di tengah-tengah pesta mereka.
Seperti dalam pesta nikah di Kana, Yesus dan para murid-Nya diundang, Ia pun mau menghadiri undangan perhelatan itu. Ketika Ibu Maria tahu bahwa dalam perjamuan nikah itu kekurangan anggur, maka ia tergerak hatinya untuk berpartisipasi mengatasi persoalan besar itu walau ia bukan panitia dalam acara perkawinan tersebut. Ibu Maria menyampaikan hal itu kepada Yesus Putranya. Yesus tidak langsung menjawab-Nya, namun Ibu Maria percaya bahwa Putranya tidak akan tega melihat perjamuan pesta menjadi gagal yang kehabisan anggur, karena anggur merupakan hidangan yang sangat penting dalam perjamuan nikah. Kehabisan anggur akan membuat malu dan menjatuhkan nama baik si pengundang. Setelah dipikir-pikir maka Yesus mengabulkan permintaan ibu-Nya. Yesus minta kepada para pelayan memenuhi gentong-gentong dengan air kemudian Ia mengubah air itu menjadi anggur yang berkualitas tinggi. Kehadiran Yesus sebagai tamu undangan tidak pasif. Ia membuat solusi yang luar biasa.
Kita semua tahu dan merasakan sendiri bahwa kehadiran Yesus di dunia ini menggembirakan banyak orang, terutama mereka yang sakit, lemah, rindu akan pengajaran, yang tersisih serta mereka yang berdosa. Kasih-Nya menjadi nyata dalam tindakan yang membebaskan, meringankan, menghibur dan menggembirakan umat-Nya. Karya Yesus mengubah air menjadi anggur merupakan tanda heran yang pertama. Karya itu merupakan tanda kemuliaan-Nya yang membuat para murid percaya kepada-Nya.
Melihat beberapa contoh hidup yang dilakukan Yesus di tengah masyarakat tadi, maukah kita berusaha menjalani hidup bermasyarakat yang baik? Maukah kita menangkap kekurangan dan kebutuhan di sekitar kita? Kemudian tergerakkah hati kita untuk berbuat sesuatu untuk mengatasinya? Semoga kita mau belajar dan mau melakukannya. (FX. Mgn)