MINGGU BIASA XXXIII (A)
Minggu, 13 November 2011
Ams 31:10-13.19-20.30-31;
1 Tes 5:1-6;
Mat 25:14-30 (Mat 25:14-15.19-21)
Semua orang menghendaki hidup di dunia ini bahagia dan di surga kelak pun bahagia. Kerajaan surga yang digambarkan dalam Injil hari ini seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Ada yang diberi lima talenta, ada yang dua talenta dan ada yang satu talenta sesuai dengan kesanggupannya. Mereka harus mempertanggungjawabkan semua talenta yang diberikan. Ternyata yang dua orang melipatgandakan uang yang diberikan, sedangkan yang satu tidak mau mengembangkan uangnya, ia menyimpan saja. Oleh tuannya, orang yang ketiga ini dicela dan dibuang karena tidak bertanggungjawab.
Inilah yang juga terjadi dengan hidup rohani kita sebagai orang kristiani. Kepada setiap orang Tuhan telah memberikan talenta berupa bakat dan kemampuan. Suatu saat kita harus mempertanggungjawabkannya. Dengan demikian kita harus ”menjalankan talenta” itu, dengan mengembangkan dan memanfaatkannya demi kebaikan bersama. Orang yang memendam talenta adalah orang yang tidak bertanggungjawab, yang tidak bersyukur atas karunia yang diterimanya. Orang-orang seperti ini bukan hanya disebut hamba yang ”jahat dan malas, tetapi juga disebut hamba yang tidak berguna dan harus dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap. Bila kita merenungkan perumpamaan ini, kita menjadi sadar betapa besarnya tanggungjawab kita terhadap karunia, bakat dan kemampuan yang dikaruniakan Tuhan kepada kita yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Bila demikian, kepercayaan selalu meminta tanggungjawab. Tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan akan menambah kepercayaan yang lebih besar untuk selanjutnya. Dalam dunia kerja pun bila seseorang ingin dipercaya dengan tugas yang besar, akan dicoba dengan diberi kepercayaan atau tugas yang kecil dulu. Bila memang ia bertanggungjawab akan hal-hal kecil itu dengan baik, ia akan diberi tugas yang lebih besar lagi. Bila dia tidak bertanggungjawab atas tugas-tugas yang yang kecil, biasanya ia tidak akan diberi kepercayaan yang lebih besar lagi. Malah kadang dapat dipecat atau tidak digunakan lagi.
Persoalannya ialah kita sering terjebak untuk membandingkan talenta kita dengan yang lain dan ingin mempunyai talenta yang sama seperti yang dimiliki orang lain. Akibatnya kita jatuh pada rasa iri dan memandang rendah talenta yang kita miliki. Sikap memandang rendah akan talenta yang kita miliki membuat kita tidak mampu melihat karunia Allah. Dengan demikian, kita tidak pernah bahagia. Sebab, kebahagiaan itu terkait erat dengan kesediaan kita menggunakan dan mengembangkan talenta kita. Banyak orang yang merasa memiliki “sedikit” talenta, tetapi mensyukuri dan menggunakan serta mengembangkannya dengan rajin. Mereka justru dikelilingi oleh kebahagiaan ketimbang mereka yang mempunyai banyak talenta tetapi tidak pernah mensyukuri yang dimilikinya.
Hari ini Yesus mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita. Apakah kita sudah menggunakan dengan baik talenta yang dipercayakan Tuhan kepada kita? Andaikata dalam hidup ini kita hanya mengeluh karena kita tidak mempunyai sesuatu atau karena kita tidak mengalami perubahan, bisa jadi semuanya ini karena kita tidak mensyukuri dan menggunakan pemberian Allah dengan baik. Marilah kita mensyukuri anugerah Allah berupa talenta yang kita miliki, dengan mengembangkannya dalam hidup kita sebagai persiapan hidup kita yang akan datang. (FX. Mgn)