SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 18 April 2011

IA SETIA PADA BAPA SERTA RELA MENDERITA DAN WAFAT DEMI KESELAMATAN KITA

JUMAT AGUNG
Memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan
Jumat, 22 April 2011

Yes 52:13 – 53:12;         
Ibr 4:14-16; 5:7-9;   
Yoh 18:1 – 19:42

      Selama hidup-Nya Yesus setia pada Bapa-Nya dan karena cinta-Nya pada manusia Ia rela menderita sampai wafat di kayu salib karena dosa manusia.
     
      Pada saat-saat akhir hidup-Nya para sahabat-Nya meninggalkan Yesus satu persatu. Ketika Ia sedang membutuhkan dukungan, semua sahabat-Nya malah meninggalkan-Nya. Hal ini membuat pedih hati-Nya dan sangat menderita. Tatkala Yesus mengadakan perjamuan malam, Yudas meninggalkan Dia dengan mencium Yesus untuk menunjukkan kepada para serdadu bahwa Dialah orangnya. Bahkan Petrus murid kesayangan-Nya menyangkal Dia sampai tiga kali, ”Aku tidak mengenal Orang itu.”
      Ketika Yesus diadili secara tidak adil, Ia dicemoohkan oleh banyak orang, Ia disiksa dengan kejam dan diperlakukan bagaikan seorang penjahat. Para murid-Nya tak satu pun mendampingi atau membela. Tentu Yesus sangat kecewa tatkala banyak orang berubah pikiran dengan begitu cepatnya. Sekarang Ia menjadi pesakitan. Tadinya semua orang menyanjung-Nya sebagai Raja, tetapi saat itu semua berubah sikap dan berteriak, “ Salibkan Dia!, Buang saja, buang saja!” Hal ini tentu membuat hati-Nya gundah dan perang batin, seolah-olah Bapa-Nya pun meninggalkan Dia, “Ya Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Daku.”
      Saat tergantung di kayu salib, Ia menahan sakit, lapar dan haus yang tak terperikan setelah memanggul salib menaiki bukit Golgota. Dan dari atas kayu salib dengan wajah yang tegar dan pasrah kepada Bapa-Nya, Ia mengatakan: “Ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang dilakukannya.” Dari perkataan-Nya itu menunjukkan bahwa Dia sungguh mencintai manusia. Mencintai para murid-Nya yang meninggalkan Dia. Mencintai orang-orang yang mencemohkan dan mengejek Dia dan orang-orang yang menyalibkan Dia. Ia tetap setia pada Bapa-Nya yang seakan-akan meninggalkan Dia sendirian, dan sabda-Nya “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan hidup-Ku.” Kemudian Ia menundukkan kepala dan wafat.
      Kita bisa merasakan betapa besar cinta-Nya kepada kita sekalian, kepada manusia yang berdosa. Ia telah menyelesaikan tugas penebusan, menebus dosa kita. Kendati kita semua sangat berdosa, Ia tetap mengampuni dan mau menerima kita. Ia rela menderita dan menyerahkan hidup-Nya demi keselamatan manusia. Semoga dengan cinta-Nya tak terbatas kepada manusia, kita semua mau bersyukur kepada-Nya dan meniru semangat-Nya. (FX. Mgn)