BERBAGI KEPADA SESAMA
SEBAGAI UNGKAPAN TOBAT
Zef 3:14-18a; Flp
4:4-7; Luk
3:10-18
Masa penantian kedatangan Tuhan dalam minggu
adven ketiga ini membawa sukacita dan pengharapan dengan ditandai pada
keluarga-keluarga kristiani serta di gereja memasang lilin merah jambu yang
dinamai juga lilin "Sukacita". Warna merah jambu menyimbolkan
sukacita pengharapan yang tidak tertahankan lagi karena kelahiran Tuhan sudah
sangat dekat. Kedatangan Tuhan yang membawa warta kegembiraan dan keselamatan.
Warta kegembiraan ini juga terpancar pada
orang banyak yang mau datang dan mendengarkan pewartaan Yohanes Pembaptis di
tepi sungai Yordan. Dalam pewartaannya Yohanes Pembaptis menyerukan pertobatan,
bukan hanya ditujukan pada kelompok Saduki dan Farisi saja tetapi kepada semua
orang. Bertobat tidak cukup dengan menyesal, tetapi diwujudnyatakan dengan
perubahan hidup yang lebih baik. Perlu tindakan nyata. Itulah yang ia ajarkan
kepada orang-orang yang datang kepadanya untuk minta dibaptis.
Kemudian mereka masing-masing bertanya, “Apa
yang harus kami lakukan?” Yohanes Pembaptis menganjurkan beberapa hal yang
harus segera dilakukan. Berbagilah kepada mereka yang membutuhkan, pakaian,
makanan, uang dsb. Kepada penarik pajak dia berkata, “Jangan menarik lebih dari
yang sudah ditentukan untukmu.” Dan kepada para prajurit, dia berkata, “Jangan merampas dan memeras”.
Yohanes Pembaptis menekankan kepada semua orang sesuai dengan tugasnya agar
bertindak adil dan jujur, jangan merampas hak orang lain dan jangan memeras.
Pertanyaan tadi berlaku juga untuk kita
semua saat ini dalam mempersiapkan diri untuk perayaan Natal. Apakah yang harus
saya perbuat sebagai ungkapan tobat: seorang anak, orang tua, pegawai,
pedagang, pemimpin Gereja, warga Gereja, pemimpin masyarakat, warga masyarakat,
penegak hukum, militer, wakil rakyat, atau apa saja sesuai dengan tugas dan
jabatan kita. Mau dan rela berbagi kepada sesama sebagai tanda tobat berupa:
tenaga, pikiran, perhatian, waktu, uang, atau apa saja. Mau berdamai dengan
memaafkan dan minta maaf.
Dari seruan dan semua nasihat yang
disampaikan Yohanes Pembaptis tadi membuat orang banyak berpikir, apakah dia
itu Mesias. Namun Yohanes Pembaptis dengan jujur mengatakan kepada orang banyak
bahwa bukan dia Mesias itu, dia hanyalah saksi-Nya. Yohanes Pembaptis hanya
mewartakan kabar baik tentang kedatangan Tuhan kepada orang banyak. Kabar baik
yang diwartakannya agar bisa mendorong orang lain untuk mencari tahu apa yang
harus mereka perbuat. Mereka dimotivasi untuk solider dengan orang yang tak
punya, bertindak adil terhadap siapapun.
Lalu … Apakah dalam masa persiapan
kedatangan Tuhan sekarang ini, orang makin terdorong untuk mencari tahu apa
yang sebaiknya mereka perbuat untuk menolong sesamanya manusia, terutama yang
berkekurangan atau diperlakukan tidak adil secara terus menerus ? Ataukah, semakin gampang orang berkata: “Ah,
kenapa mesti repot, itu masalah mereka sendiri, untuk apa mencampuri hal itu?
Semoga semua orang mau hadir sebagai motivator
kepada orang banyak untuk semakin peduli terhadap sesama manusia dan kepada
Tuhan. Kesediaan, kesederhanan, kejujuran dalam kata dan tindakan serta
pengertian yang ditampilkan kepada semua orang, turut menentukan mutu persiapan
kita menyambut kedatangan Tuhan. (FX.Mgn).