MG BIASA III (A)
Minggu, 23 Januari 2011
Yes 8:23b-9:3;
1 Kor 1:10-13.17;
Mat 4:12-23
Pernahkah Anda mengalami lampu listrik padam? Bagaimana perasaan Anda; pasti takut, kacau, dan tidak bisa beraktivitas. Apakah usaha Anda untuk mengatasi kegelapan itu? Dan bagaimana perasaan Anda ketika lampu listrik menyala? Yang pasti, kemudian timbul sorak sorai kegirangan. Gelap dan terang itu sebagai gambaran hidup kita ini.
Gelap. Hidup yang diwarnai keributan, percekcokan, pertengkaran, perseteruan dan peperangan itu merupakan hidup dalam kegelapan maut. Semau gue, masa bodoh, acuh tak acuh, tidak mau tahu itu juga merupakan kegelapan maut. Masih banyak lagi saudara kandung dari kegelapan maut itu: iri, dengki, sirik, tinggi hati dan sombong.
Terang. Dan Terang itu mengusir kegelapan. Fajar yang merekah di timur menghalau kegelapan malam, dan hari pun menjadi pagi. Datangnya terang membawa kelegaan dan suka cita. Hidup dalam Terang adalah kebalikan dari semua yang terkandung dalam kegelapan tadi.
Injil hari ini dengan begitu yakin memberi kesaksian bahwa manusia yang hidup dalam kegelapan telah melihat terang. Ramalan Nabi Yesaya tersebut tergenapi dalam Yesus Kristus dan warta yang Dia bawa. Yesus memulai karya pewartaan Injil dengan memberitakan: “Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat.”
Yesus adalah Terang besar yang datang ke dunia membawa terang besar, membuat suka cita dan bahagia umat manusia. Yesus Sang Terang itu akan mengalahkan kegelapan maut dan memberikan kehidupan kepada kita. Maka kita harus menyambut dan menerima Terang itu. Seperti orang-orang di tanah Zebulon dan Naftali menyambut sinar Terang dengan bersorak sorai dan bersukacita sesuai janji Allah yang diramalkan oleh Yesaya. Sama senangnya ketika kita merasakan lampu menyala, setelah baru saja mengalami kegelapan lantaran listrik padam.
Namun untuk menyambut Terang itu, orang harus bertobat dan menerima pewartaan Yesus Kristus, seperti yang terjadi pada diri para murid pertama, Simon Petrus dan Andreas dalam Injil hari ini. Yaitu kita harus keluar dari kegelapan maut itu dan keluar dari situasi yang kacau, menghindari percekcokan dan pertengkaran serta perseteruan, meninggalkan perilaku semau gue, keluar dari jalan kekelaman dan keluar dari hidup yang bergelimang dosa. Kita harus seia sekata dengan meninggalkan semangat memecah belah serta mengupayakan kesatuan dan persudaraan, seperti yang dikatakan Santo Paulus pada bacaan kedua hari ini.
Bertobat sebagai dasar menerima Tuhan dan percaya kepada-Nya. Dan agar kita bisa keluar dari itu semua kita harus menanggapi ajakan Yesus yaitu bertobat, karena Kerajaan Surga sudah dekat. Bahkan Kerajaan Surga itu sudah sangat dekat, sudah ada di tengah-tengah umat manusia dalam diri Yesus sendiri. Inilah memang inti pewartaan Kabar Gembira, yaitu agar setiap manusia bertobat, membuka hati terhadap cinta Tuhan yang besar, yaitu datangnya Sang Terang yang besar.
Menyikapi hal ini marilah kita mulai saat ini berhenti mengolok dan menghina, berhenti dari hanya melihat kesalahan orang orang lain tetapi menyadari kelemahan kita masing-masing. Ingat akan Sabda Yesus, “Bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat! “ (FX. Mgn)