SETIALAH DALAM
PANGGILAN SEPERTI GEMBALA YANG BAIK
Kis 4:8-12;
1Yoh 3:1-2;
Yoh
10:11-18
Seorang pastor diberitahu oleh Pengurus
Lingkungan, bahwa ada warganya yang sedang sakit di rumah sakit. Oleh
keluarganya mohon agar si sakit bisa dimintakan Sakramen Pengurapan orang sakit
kepada imam. Pengurus Lingkungan lalu menghubungi pastor, kemudian ia pun
bergegas ke rumah sakit ingin mendampingi pastor. Tetapi ia heran, ternyata
pastornya sudah tiba lebih dulu daripada ia sendiri yang memberitahukannya.
Pada lain kesempatan, pastor yang sama
diundang untuk menghadiri acara ”midodareni” calon mempelai, yaitu ibadat sabda
pada malam sebelum pemberkatan perkawinan. Warga yang mengundang: ”Apakah
pastor perlu dijemput?” Pastornya:
”Tidak usah, kasih alamatnya saja”. Dan pastor pun datang pada acara ”malam
midodareni” itu, setelah sehari sebelumnya ia mencari alamat yang diberikan
kepadanya. Kenapa pastor mau melakukan semuanya itu? Ia mau melakukan semuanya
itu karena setia akan panggilannya, belajar dari Sang Gembala Baik.
Injil hari ini dengan jelas Yesus
menyatakan bahwa diri-Nya adalah gembala yang baik. Gembala yang baik mengenal
seluruh domba-domba-Nya secara pribadi dan rela berkorban demi keselamatan
domba-domba-Nya. Sifat demikian bisa dilihat dari kerelaan-Nya melakukan
kehendak Bapa-Nya dengan menyerahkan hidup-Nya guna membebaskan manusia dari
belenggu dosa. Gembala yang baik tidak lari menyelamatkan dirinya sendiri dan
meninggalkan domba-dombanya bila dalam bahaya, tetapi mendahulukan
domba-dombanya dan kalau memungkinkan baru ia menyelamatkan dirinya. Gembala
yang baik tahu persis keadaan domba-dombanya karena ia mengenalnya secara
pribadi. Mengenal secara pribadi berarti mengasihi. Mengasihi mereka maka Ia
mau menyertai, membimbing, mengarahkan dan melindunginya.
Perumpamaan gembala ini memang ditujukan
bagi Yesus sendiri karena Ia sebagai Gembala yang baik dan kita sebagai
domba-domba-Nya. Kita sebagai domba-domba harus dekat dengan Gembalanya agar
tidak tersesat dan memperoleh bimbingan dan keselamatan. Dalam bimbingan-Nya
kita akan sampai kepada kesatuan dengan Allah dan memperoleh keselamatan.
Berkat penggembalaan-Nya kita tidak perlu takut karena sudah mendapat jaminan
bahwa dalam setiap datang bahaya yang mengancam, Dia sendiri akan berada di
depan menghadapi-Nya.
Semoga dalam perumpamaan ini bisa
mengarahkan kita agar tetap setia akan panggilan kita masing-masing dan
berusaha mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa pun posisi dan
kedudukan kita, entah sebagai kepala keluarga, anggota keluarga, pendidik,
koordinator kelompok atau pimpinan perusahaan, diharapkan kita bisa bersikap
seperti gembala yang baik terhadap mereka yang dipercayakan kepada kita.
Marilah kita belajar dari Sang Gembala Baik untuk menjadi
gembala-gembala yang baik dan setia dalam panggilan kita untuk melayani sesama.
Sama seperti semangat dan tindakan yang dilakukan seorang pastor di atas tadi.
(FX. Mgn)