MG BIASA XX/B
Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58
Tubuh-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman
Ketika Yesus mengatakan, Akulah roti hidup yang turun dari surga, maka orang-orang Yahudi makin tidak sepaham dengan-Nya. Apalagi ketika Yesus mengatakan: ”Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, maka kalian tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kalian” maka orang-orang Yahudi itu makin ribut dan bertengkar sesama mereka.
Dalam hal ini Yesus ingin menjelaskan bahwa diri-Nya adalah sungguh-sungguh makanan dan minuman yang diberikan kepada manusia.
Mereka menjadi marah dan bingung, karena selalu berpikir akan makanan dan minuman yang membuat kenyang perutnya. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus dapat memberikan daging dan darah-Nya untuk dimakan orang? Mana mungkin orang disuruh makan daging orang dan minum darah orang? Bukankah haram kalau makan darah? Apalagi daging dan darah manusia!
Dalam pikiran mereka tidak bisa menangkap makna terdalam dari pernyataan Yesus. Mereka tetap tertutup untuk mempercayai Yesus. Mereka tidak menangkap keselamatan dalam diri Yesus.
Kita pun sulit menangkap pernyataan Yesus, bagaimana kita harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya, kalau kita tidak bisa menerima pernyataan itu dengan iman. Mungkin kita sendiri juga merasakan iman kita belum begitu besar seperti orang-orang Yahudi pada saat itu.
Pada hal bagi Yesus pemberian diri-Nya itu jelas bahwa makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya adalah berarti orang harus percaya kepada-Nya dan mau hidup bersama Dia. Pemberian diri itulah yang memang harus Ia berikan pada saat Yesus disalib, suatu pemberian diri secara penuh bagi keselamatan manusia yang percaya.
Menerima Yesus berarti menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, bukan hidup yang sia-sia dengan tidak mengenal Allah. Maka kenallah Kristus, dengan ajaran-Nya, tanggalkanlah manusia lama dan kenakanlah manusia baru yang benar dan kudus. Mengerti kehendak Allah yaitu hidup dengan kebaikan, kelembutan hati dan hidup dengan penuh kesabaran seorang terhadap yang lain.
Ini bisa kita maknai dan rasakan ketika sambut dalam ekaristi yang akan menyelamatkan kita. Menerima Roti yang akan diberikan-Nya adalah diri-Nya, yang dikorbankan demi kehidupan dunia. Ekaristi adalah santapan kudus, Tubuh dan Darah Kristus, makanan yang bukan hanya mengenyangkan batin atau rohani tetapi juga menyembuhkan serta mengampuni dosa kita dan mengenyangkan sampai kehidupan kekal. Bila kita sambut roti itu, Kristus akan hidup dalam diri kita selama-lamanya. (FX. Mgn)
Rabu, 12 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar