(Jumat, 25 Desember 2009)
Yes 52:7-10;
Ibr 1:1-6;
Yoh 1:1-5. 9-14
Sudah menjadi tradisi dalam merayakan Natal, orang saling mengunjungi dan memberikan salam damai natal. Dahulu masih banyak orang mengirimkan kartu ucapan Natal dan Tahun Baru, namun sekarang tidak dengan kartu natal lagi melainkan dengan pesan pendek (SMS), atau via e-mail.
Banyak orang kristani mengungkapkan kegembiraan Natal dan penuh syukur karena telah lahir Bayi Yesus dari rahim Bunda Maria, sebagai Penyelamat dunia. Dalam merayakan kedatangan Yesus Kristus Sang Raja Damai, seringkali dengan liburan ke luar kota, dengan pakaian yang indah dan pesta ria.
Namun jika kita mau jujur melihat kenyataan, barangkali banyak di antara kita yang tidak semuanya bisa menikmati suasana Natal yang membawa damai. Masih banyak saudara-saudara kita yang belum menikmati terang Kristus, yang sesungguhnya terang Kristus itu harus bercahaya di dalam kegelapan hati manusia.
Apakah merayakan Natal harus dengan hura-hura?
Pertanyaan itu bagi kita sebagai para pengikut-Nya harus kembali pada Sang Sabda yang telah menjadi manusia, yaitu Yesus. Yesus lahir di dunia dalam kesederhanaan-Nya dengan tugas utama menyelamatkan umat manusia, membawa kedamaian dengan cahaya terang ilahi. Kita semua mempunyai tugas yang dasar utamanya adalah Yesus sendiri, dengan memahami kedatangan Yesus ke dunia ini untuk mendamaikan manusia dengan sesamanya dan mendamaikan manusia dengan Allah sendiri, agar manusia hidup bahagia dan damai sejahtera.
Sesudah manusia memperoleh cahaya terang Kristus dan berdamai dengan Allah mulailah berdamai di dalam keluarga. Itu berarti mensyukuri kehadiran setiap pribadi di dalam keluarga. Sebab keluarga merupakan persekutuan hidup antar pribadi. Keluarga yang bahagia jika suami, isteri, anak-anak mengalami hidup yang tenteram dan damai.
Kemudian berdamai dengan sesama. Berdamai dengan sesama berarti berusaha menemukan wajah Allah dalam diri setiap orang, sebab Allah menciptakan semua manusia menurut citra-Nya. Berdamai dengan sesama berarti juga berdamai dengan mereka yang selama ini berseberangan dengan kita karena perbedaan pandangan dan keyakinan. Mau berdamai dan minta maaf dengan saling memaafkan atau mengampuni.
Dengan saling mangampuni kita akan hidup bahagia, damai sejahtera selamat lahir batin, jasmani dan rohani dengan sesama sebagai saudara. Melalui terang Kristus kita akan bertumbuh menjadi komunitas pembawa damai dan diharapkan mampu membuka mata dan telinga kita terhadap lingkungan hidup di sekitar kita. Kiranya kita dapat melihat dan mendengar bahwa masih cukup banyak orang yang menderita serta membutuhkan uluran kasih atau bantuan.
Maka kalau kita meneladan Sang Penyelamat Dunia, Allah yang turun ke dunia menjadi manusia sama dengan kita kecuali dalam hal dosa. Ia yang telah `menanggalkan ke Allah-an-Nya' atau kebesaran-Nya dengan rela mengorbankan nyawa-Nya demi umat manusia. Belajar dari Dia yang rela berkorban, maka kita pun dipanggil untuk dengan rela dan senang hati mau berbagi dan peduli terhadap sesama. Mau `membagikan' sebagian harta/uang, tenaga dan perhatian kita bagi saudara-saudari kita yang sedang menderita sakit, yang kehilangan harta bendanya dan kehilangan anggota keluarganya karena bencana alam, yang kehilangan pekerjaannya karena pemutusan hubungan kerja.
Marilah kita menutup tahun 2009 ini dengan penuh syukur dan dengan hati yang damai sejahtera. Mengawali tahun 2010 dengan hati yang damai juga, dalam terang cahaya Kristus dan semoga berkah Natal melimpah kepada kita.
KOPI KENTAL GULANYA BATU: "SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU” (FX. Mgn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar