MG BIASA XI (C)
Hari Minggu, 13 Juni 2010
Gal 2:16.19-21;
Luk 7:36 – 8:3
Harus diakui semua orang ada kecenderungan berbuat dosa, karena kenyataannya manusia itu memang pendosa. Latar belakangnya orang bisa berbuat dosa karena ada kesempatan dan kekuasaan. Orang yang berkuasa sering menggunakan kekuasaannya untuk berbuat dosa, dan karena ada kesempatan orang cenderung berbuat dosa.
Kasus Daud yang jatuh hati dengan Baitsyeba istri Uria itu juga karena ada kesempatan. Untuk menutupi perbuatan jahatnya Daud menggunakan kekuasaan dan akal liciknya membunuh Uria, dengan mengantarkan Uria ke medan perang dalam posisi yang gawat. Dari kasus Daud ini kita melihat bahwa di samping dosa perzinahan, kita menjumpai kekejaman dan kelicikan Daud yang tega meniadakan Uria. Daud merencanakan suatu pembunuhan yang terselubung terhadap Uria dengan kematian di medan perang, hanya karena ingin memiliki Baitsyeba.
Namun setelah diingatkan oleh Natan, maka Daud sadar, menyesali perbuatannya dan sungguh bertobat. Tuhan pun mengampuni Daud. Walaupun Daud telah telah diampuni karena menyesal dan mengakui dosa-dosanya, namun hukuman Allah tetap berlanjut. Seandainya Daud tidak memperlihatkan penyesalan dan pertobatannya, maka tentunya Allah akan menghukum lebih keras dan menolak Daud sebagai hamba pilihan-Nya.
Pertobatan juga terjadi pada perempuan pendosa yang diampuni Yesus pada bacaan Injil hari ini. Perempuan berdosa itu datang dengan hati yang hancur mohon ampun pada Yesus. Dorongan hatinya yang paling dalam untuk menerima belas kasih Tuhan telah menguatkannya untuk berani menyeka dan membasuh kaki Yesus dengan minyak wangi. Karena imannya yang begitu besar itu, dosanya telah diampuni Tuhan. “Dosamu telah diampuni,” demikian Yesus bersabda kepadanya. Dan dengan penuh kasih Yesus menyapanya lagi sambil bersabda, “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”
Menarik memang, dua contoh kasus orang yang sangat berdosa dan bertobat yang diampuni Tuhan. Tuhan mau menerima kembali dan tidak memperhitungkan dosanya lagi. Sebab setiap orang yang melakukan dosa sesungguhnya telah menempatkan kuasa maut bersarang dalam kehidupannya. Namun bila segera datang seperti wanita berdosa yang mau mengakui dosa-dosanya dengan hati yang hancur, maka kita akan memperoleh keselamatan dari Kristus. Tetapi sebaliknya bilamana kita berupaya menutupi dan menyembunyikan dosa dari hadapan Allah seperti perbuatan Daud sebelum bertobat, maka kita akan menerima hukuman Allah yang begitu fatal.
Yesus memang membenci dosa maka Ia tidak pernah berdosa, tetapi tidak membenci pendosa. Yesus yang membenci dosa tetapi bukan orang berdosa, maksudnya Yesus memberi kesempatan dan kemungkinan baru untuk membarui kehidupan berdasarkan kasih dan kerahiman Allah. Pada dasarnya orang berdosa mendapat perhatian dari kasih-Nya. Kehadiran Allah dalam diri Yesus membawa pengampunan yang membahagiakan bagi orang berdosa. Bagi orang berdosa Yesus bukan saja harapan baru, melainkan menjadi kenyataan baru yang menciptakan kehidupan dan dunia baru. Orang bisa saja berbuat dosa besar, tetapi apabila ia sungguh-sungguh menyesali dan bertobat dengan tulus, ia pun akan diampuni Tuhan. Orang itu sungguh akan mengalami sukacita dan damai yang luar biasa besar, melebihi orang-orang yang sudah merasa suci seperti si Simon orang Farisi itu.
Allah benar-benar mahakasih kepada orang yang mengakui dosanya dan menyesalinya, serta bertobat dengan tidak mau berbuat dosa lagi. Kasih Allah nyata setelah kedatangan Yesus ke dunia yang membawa pengampunan dan kebahagiaan bagi pendosa. Semoga pengampunan yang membahagiakan ini membawa kita pada perilaku mencintai sesama. (FX. Mgn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar