KUNJUNGAN SESAMA IBU YANG SALING MENGUATKAN
Why 11:19a; 12:1.3-6a.10ab
1Kor 15:20-26
Luk
1:39-56
Betapa
bahagianya seorang ibu yang sedang hamil dikunjungi sesama ibu yang sedang
hamil juga. Biasanya ibu yang sedang hamil tua harus istirahat di rumah, dan
mereka ditinggal sendirian oleh suaminya yang sedang bekerja. Pertemuan kedua
ibu yang sedang hamil itu bisa saling mencurahkan isi hatinya bagaimana kelak
menghadapi persalinan.
Demikian juga dalam Injil hari ini menceritakan tentang pertemuan dua orang wanita yang sedang mengandung
dengan cara yang tidak biasa. Elisabet mengandung di hari tuanya, sedangkan
Maria mengandung dari Roh Kudus sebelum berumah tangga. Sama-sama memiliki
kandungan yang luar biasa maka mereka ingin saling menguatkan dan meneguhkan.
Maria ingin menimba pengalaman pada Elisabet yang lebih dulu mengandung,
demikian juga Elisabet sangat dikuatkan atas kehadiran ibu Tuhan. Kedua ibu itu
betul-betul siap menghadapi persalinan kelak dengan tabah dan penuh syukur.
Menurut pandangan manusia, baik Maria maupun Elisabet jelas kehilangan nama
baik. Walau sekarang mengandung, tetapi Elisabet telah lama mendapat predikat
perempuan mandul. Kemudian Maria mengandung tanpa suami. Namun Maria sangat
paham akan keadaan dirinya, bahwa yang dikandungnya adalah Putra Allah.
Demikian juga bayi dalam kandungan Elisabet adalah pemberian Allah.
Melihat hal ini, Maria sangat peka dan
tidak mau mempedulikan cemoohan orang. Maka ia menempuh perjalanan naik turun
bukit untuk meneguhkan Elisabet. Kehadiran Maria sungguh membawa kehidupan baru
bagi keluarga Zakharia, pamannya. Bukan hanya Elisabet dan Zakharia yang
senang, bahkan bayi dalam kandungan Elisabet pun bergejolak kegirangan. Begitu
girangnya Elisabet menjawab salam Maria dengan penuh semangat. ”Berbahagialah engkau dan anak yang sedang
kaukandung.” Ucapan Elisabet dengan penuh kejujuran dan ketulusan. Ia
merasakan betapa Allah sangat menyayangi Maria, seperti ia sendiri telah
mengalaminya.
Maria dengan gembira menerima salam itu,
namun sebagai hamba Allah dalam kerendahan hatinya ia mengungkapkan
kegembiraannya dengan memuji Allah yang telah mengaruniakan segalanya
kepadanya. ”Jiwaku memuji Tuhan, karena
Ia memperhatikan hamba-Nya, rahmat-Nya
terus mengalir dalam hidupku. Ia telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
orang yang lapar dan kecil.” Pertemuan yang saling membahagiakan dan
membangkitkan semangat untuk memuji keagungan Tuhan. Sungguh suatu pertemuan
dua pribadi yang akrab dan menggembirakan. Tuhan sendiri hadir dan menyatukan
mereka.
Perayaan Bunda Maria diangkat ke surga
menunjukkan bahwa Tuhan sungguh serius dalam menyelamatkan umat manusia. Peran
Bunda Maria dalam karya penyelamatan Yesus Kristus nyata dalam dirinya. Maria
adalah seorang manusia biasa, tetapi karena cintanya pada Allah dan imannya
yang begitu besar kepada-Nya, maka Maria sungguh dimuliakan seluruh jiwa dan
raganya. Berkat kerendahan hatinya serta teladan hidupnya, sungguh pantas dan
layak ia diangkat ke surga.
Bagaimana dengan kita?
Sebagai pengikut Yesus Kristus merasa
bahwa Allah telah menyayangi kita sebagai anak-anak-Nya, seperti halnya Allah
telah menyayangi Maria dan Elisabet. Ia juga menyayangi kita lewat Yesus
Putra-Nya. Tentunya, kita pun harus berusaha hidup dan meneladani sikap Bunda
Maria. Menjalani hidup dengan rendah hati dan peduli sesama manusia. Mau
mengunjungi mereka yang sakit, yang tersisih dan yang tercabut dari
lingkungannya. Berusaha membantu mereka yang mengalami kesulitan ekonomi. Masih
banyak sesama kita yang merindukan kunjungan kita, serta membutuhkan dukungan
dan bantuan kita. Dengan kepedulian kita mengunjungi mereka diharapkan bisa
memunculkan dambaan hati untuk memuji Sang Pencipta, ”Jiwaku memuliakan Tuhan, karena Ia telah melimpahkan rahmat-Nya yang
besar kepada kita.”
Marilah
kita menjalani hidup dengan meneladani sikap Maria dan setia kepada kehendak
Allah. Dengan harapan kita pun akan boleh mengalami pemuliaan
dan memperoleh keselamatan. (FX.Mgn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar