SALING MELAYANI SEPERTI DIA MENJADI PELAYAN KESELAMATAN UMAT MANUSIA
Keb 2:12. 17-20;
Yak 3:16 – 4:3;
Mrk 9:30-37
Yesus menyatakan terus terang bahwa diri-NYa akan mengalami penderitaan dan
mati di kayu salib. Dengan lebih tegas lagi Yesus mengatakan bahwa Ia akan dibunuh
oleh tangan manusia dan tiga hari sesudahnya akan bangkit.
Kali
ini, Yesus ingin mempersiapkan iman dan mental para murid untuk menghadapi
goncangan jika apa yang dinubuatkan-Nya itu terjadi. Ia juga memberi gambaran
yang tepat kepada para murid-Nya bagaimana seharusnya yang mereka lakukan dalam
Kerajaan-Nya.
Pernyataan itu malah membingungkan dan membuat khawatir para murid.
Mereka segan menanyakan hal itu karena masih trauma sejak Yesus memarahi Petrus
yang tidak memikirkan kehendak Allah tetapi hanya memikirkan kehendak manusia.
(Mrk 8:33). Dalam pemikirannya para murid masih mempersoalkan siapa yang
terbesar di antara mereka. Rupanya waktu itu persoalan status, gengsi dan ambisi
melanda para murid-Nya. Mereka masih mengharapkan suatu kerajaan dunia dan
politis. Namun Yesus menyatakan bahwa dalam Kerajaan-Nya kelak orang yang
terdahulu harus menjadi yang terakhir dan menjadi pelayan semua orang.
Bagaimana dengan kita?
Sekarang, gengsi dan ambisi juga menjadi masalah bagi kita. Sekarang ini
banyak orang yang berebut kuasa. Orang berambisi untuk menjadi orang besar yang
dihargai oleh orang lain. Namun untuk meraihnya seringkali dengan mengabaikan
tatanan dan kaídah yang benar dengan merendahkan orang lain. Bahkan
menghancurkan orang lain yang dianggap saingannya. Dengan demikian, model
saling menjatuhkan menjadi cara jitu yang biasa di dunia ini. Sungguh
bertentangan dengan pemikiran dan harapan Yesus, bahwa kalau menjadi pemimpin,
mau menjadi hebat, Yesus menganjurkan kita untuk menjadi pelayan bagi banyak
orang. Memang, dalam pemikiran kita sulit menangkap pernyataan Yesus itu bila
menerimanya secara harafiah. Kita bisa menangkap pesan itu bila menerimanya
secara iman. Harapan Yesus bagi pengikut-Nya agar menjadi pelayan di antara
semua. Pelayan bukan berarti status atau posisi sebagai pesuruh atau bawahan
tetapi bertanggungjawab melayani sesama sesuai dengan peran kita masing.
Seperti yang dilakukan Yesus dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Yesus
setia pada Bapa-Nya dan taat melaksanakan kehendak-Nya. Ia menjadikan diri-Nya
pelayan keselamatan umat manusia. Ia telah memberi contoh dan pengajaran kepada
kita begitu pentingnya kerendahan hati dalam pelayanan.
Marilah kita berjalan bersama dalam Tuhan saling melayani bukan minta
dilayani, dan tidak iri atau mementingkan diri sendiri agar kita memperoleh
buah-buah yang baik yaitu kebenaran dalam damai. (Yak
3:16-17). (FX. Mgn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar