IA DATANG UNTUK MELAYANI DAN MENYERAHKAN NYAWANYA BAGI SEMUA ORANG
Yes 53:10-11;
Ibr 4:14-16;
Mrk 10:35-45 (Mrk 10:42-45)
Di dunia ini tidak ada orang yang menginginkan hidupnya menderita. Semua
manusia menginginkan kehidupan yang baik, posisinya yang enak dan dihormati
banyak orang. Keinginan dan harapan itu biasanya dibarengi
dengan usaha dan doa. Semua doa dan permohonan yang disampaikan dengan penuh
iman kepada Yesus pasti dikabulkan sepanjang permohonannya itu bermanfaat untuk
kebaikan si pemohon dan kemuliaan Tuhan sendiri. Tetapi doa dan permohonan yang
belum tentu berguna dan bermanfaat bagi si pemohon tidak serta merta dikabulkan
oleh Yesus. Seperti keinginan Yakobus dan Yohanes untuk bisa duduk di samping
Yesus pada hari kemuliaan-Nya kelak. Dalam keinginan Yakobus dan Yohanes ini,
rupanya ada kesan bahwa Yesus tidak segera mengabulkan-Nya. Yesus tidak ingin
para murid-Nya melupakan jalan penderitaan yang harus ditempuh sebelum menerima
anugerah kemuliaan kekal. Selain itu, Ia tidak mau merebut hak Bapa-Nya. Bapa
sendirilah yang akan menentukan kepada siapa anugerah itu diberikan, yang
menurut-Nya dipandang-Nya layak. Anugerah hanya bisa diandalkan dari kebaikan
hati Allah.
Dalam
hal ini rupanya para murid masih belum paham. Mereka lupa bahwa Yesus pernah
mengatakan: ”Barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah
menjadi hamba untuk semuanya. Barangsiapa ingin menjadi besar, hendaklah ia
menjadi pelayanmu.” demikian Tuhan menasihati para murid-Nya yang masih berebut
kedudukan. Dan tambah-Nya, ”Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang.” Mengapa? Karena Tuhan sangat mencintai manusia
dan ingin agar semua orang menemukan keselamatan Allah.
Bagaimana
dengan kita?
Seringkali
kita pun dalam melakukan perbuatan baik disertai harapan-harapan tertentu.
Dibalik segala macam perbuatan kita tersembunyi keinginan memperoleh pahala,
minta hak istimewa, posisi yang baik dan jabatan yang enak serta tempat
terhormat. Kita lupa bahwa tempat terhormat itu bukan tujuan utama tetapi
sarana untuk bisa saling melayani. Perbuatan baik akan berkurang nilainya jika
tidak disertai sikap pelayanan yang tulus dan rendah hati.
Lalu
pelayanan bagaimana yang harus kita lakukan bagi sesama? Pelayanan yang bukan
sekedar menawarkan harta, tetapi pelayanan yang kalau perlu mengorbankan hidup,
waktu dan tenaga kita. Pelayanan yang tidak hitung-hitungan. Pelayanan berarti
memberikan waktu yaitu mau mendengarkan keluhan orang lain dan pendapat orang
lain. Pelayanan juga dapat berupa mendoakan. Misalnya mendoakan orang sakit
agar mereka teguh imannya, bangkit kembali semangatnya dan berharap bahwa Tuhan
mengasihinya.
Dengan melayani tentu ada resiko yang
kita hadapi: lelah, tidak bisa santai, menuai kritik, bahkan malah dicela
orang. Namun kita tidak perlu takut untuk melayani, sepanjang tidak ada
pamrih-pamrih apa pun. Seperti para pejuang kemerdekaan yang rela gugur di
medan perang, agar bangsanya dapat hidup merdeka. Kita melihat banyak orang
harus menjalani sengsara dipenjara atau dibrangus kreativitasnya, karena
memperjuangkan kebebasan dan keluhuran nilai manusia. Mereka
rela menderita karena memperjuangkan keadilan, demi kebaikan hidup orang-orang
kecil. Mereka-mereka ini seperti Yesus, rela mengorbankan nyawa-Nya untuk
menjadi tebusan bagi banyak orang. (FX. Mgn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar