MINGGU PRAPASKAH I
Minggu, 13 Maret 2011
Kej 2:7-9.3:1-7;
Rm 5:12-19;
Mat 4:1-11
Di padang gurun Yesus berpuasa menahan lapar dan haus selama empat puluh hari. Selama berpuasa digodai dan dicobai Iblis, tetapi Ia tetap bertahan dan tidak mau mengikuti kehendak Iblis. Ia lebih taat dan setia pada Bapa-Nya.
Dalam masa prapaskah ini Gereja juga mengajak kita untuk berpuasa. Berpuasa bukan sekedar mengurangi makan dan minum. Sejatinya arti puasa ialah usaha manusia untuk mawas diri. Masa pengendapan segala pengalaman hidup supaya kita dapat bertobat, dapat makin mendekatkan diri pada Allah. Dekat dengan Allah bukan sekedar berpuasa atau berpantang dengan tidak menikmati apa yang kita senangi. Tetapi harus ada tindakan nyata dari hidup kita sebagai ungkapan terima kasih kepada Allah, dengan berani melawan godaan atau cobaan. Berani menolak keinginan duniawi atau memilih kehendak Allah. Berani menahan lapar dan haus, bukan demi kemuliaaan diri sendiri tetapi demi kemuliaan Allah. Berani melawan godaan dan dorongan hawa nafsu, seperti kenikmatan sesaat dan kepuasan diri, tetapi melawan godaan duniawi demi cinta pada Allah. Godaan lain mengarah pada tinggi hati dengan meremehkan Allah. Ada lagi godaan yang mengarah pada ambisi, demi ambisi pribadi, tak segan-segan menyingkirkan orang lain, tidak segan-segan menjatuhkan rekan kerja yang tidak bersalah, dan berprestasi.
Belajar dari pengalaman Yesus ketika berpuasa selama empatpuluh hari, Ia terasa lapar dan haus, setan menggoda-Nya dengan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti. Yesus mengatakan, ”Manusia hidup bukan dari roti saja.” Sabda Yesus ini, mengingatkan kita agar dalam hidup ini jangan hanya mengejar materi berupa kekayaan, kenikmatan, dan kesenangan-kesenangan semata. Hal ini, karena orang tidak akan puas dan berhenti sampai di situ. Setelah memperoleh kelimpahan materi akan ada tawaran godaan yang lain yang menyusul, yaitu kekuasaan dan pangkat atau jabatan. Yesuspun mendapat tawaran kemuliaan dan kekuasaan dari Iblis, jika Ia mau menyembah Iblis. Tetapi Yesus menolaknya, ”Hanya kepada Tuhan Allahmu engkau menyembah dan berbakti.”
Yesus memberi teladan dengan berani menolak secara tegas, tawaran-tawaran yang menggoda yang datangnya dari dunia. Yesus berani mengatakan tidak, jika itu hanya demi kepentingan diri sendiri atau malah merendahkan Allah. Ada nilai lain yang perlu diperhatikan dalam hidup ini, ajaran kebaikan. Beranikah kita melawan kepentingan diri sendiri dan mengutamakan kepentingan Allah dan sesama?
Marilah kita mewujudkan niat puasa kita, dengan memohon kekuatan-Nya agar tidak tergoda setan seperti Adam dan Hawa yang tidak taat akan sabda Allah, tetapi marilah kita meneladan tindakan Yesus yang taat dan setia pada Bapa-Nya. (Mgn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar