BERBAGI SEKECIL APAPUN MENGHADIRKAN ”TERANG”
2 Taw 36:14-16.19-23;
Ef 2:4-10;
Yoh 3;14-21
Hari ini kita telah memasuki minggu keempat Masa Prapaskah. Sejak Rabu Abu Gereja mengajak kita berpuasa dan berpantang selama empatpuluh hari. Bacaan-bacaan selama masa Prapaskah membawa kita ke suasana pertobatan: kembali pada Bapa. Gereja mengajak kita untuk membenahi diri, melihat kembali sepak terjang kita selama ini. Itulah tobat!
Injil hari ini, pertobatan digambarkan sebagai orang yang “datang kepada terang, agar menjadi nyata bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam nama Allah” (Yoh 3:20). Siapa pun yang telah berbuat baik berarti telah hidup berdasarkan ”terang”. Perbuatan terang itu sesuai dengan ajakan Yesus yang menyatakan Diri sebagai terang yang datang ke dunia. Artinya kita harus meninggalkan segala perbuatan jahat yang sering tidak nampak. Kalau kita percaya kepada Yesus, berarti kita memilih untuk hidup dalam terang. Perbuatan kita adalah perbuatan yang boleh dan bisa diketahui oleh orang lain.
“Terang” juga bisa diistilahkan dengan “keterbukaan.” Artinya tidak ada yang ditutup-tutupi. Bukankah kita akan merasa aman-aman saja bila yang kita lakukan hal-hal yang baik. Tidak takut diketahui oleh orang lain karena bukan perbuatan jahat. Ini bukan berarti bahwa kita harus memamerkan tindakan baik kita di depan umum. Kita perlu bersikap wajar. Saya kira cukup baiklah bila yang kita lakukan sehari-hari dengan dilandasi hati dan motivasi yang jernih. Berangkat dari hati yang bersih tentu apa pun yang keluar dari dalam diri kita dan yang dilakukan akan berupa kebaikan.
Sebaliknya, ketika kita melakukan perbuatan jahat, akan merasa malu bila diketahui oleh orang lain. Namun harus diakui bahwa manusia, seringkali “lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat” (Yoh 3:19). Dalam diri kita seringkali ada pertentangan antara kata hati dengan tindakan atau perilaku. Karena memiliki kekuasaan dan kewenangan seringkali tergoda untuk menyalahgunakan. Lingkungan sekitar juga mempengaruhi perilaku kita misalnya: tempat kerja, teman-teman, kebiasaan-kebiasaan setempat dan situasi serta kesempatan, sangat berperan dalam membentuk perilaku.
Bila demikian, apa yang harus kita bagikan di lingkungan kita, agar terjadi suasana “terang”? Karena kita yang sudah dipersatukan dalam Yesus, kalau kita mau berbagi sekecil apa pun, itu sudah menghadirkan “terang” (FX. Mgn).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar