“BERBAGI SEKECIL APAPUN DALAM TUHAN AKAN MENJADI BERKAT BAGI SESAMA”
2 Raj
4;42-44;
Ef
4:1-6;
Yoh
6;1-15
Pada tahuan 60-an di sebagian daerah
negara kita pernah dilanda kelaparan besar karena gagal panen dan serangan hama
tikus. Banyak orang makan seadanya, bahkan ada yang terpaksa makan bonggol
pisang dan bulgur. Banyak orang yang menderita penyakit kekurangan makan, bisa
makan gaplek itu sudah lumayan.
Di banyak tempat lain di negara kita juga
masih banyak orang menderita kelaparan, bahkan di kota-kota besar banyak orang
jadi gelandangan yang terpaksa hidup mengemis. Beberapa orang yang kaya
mempunyai makanan cukup tetapi lebih mengutamakan kepentingan keluarga sendiri
mengingat sistuasinya sedang rawan pangan. Orang miskin
terpaksa menderita kelaparan dan kehausan akan perhatian, kasih dan cinta. Mereka
haus akan sapaan dan uluran perhatian pribadi dari orang lain. Mereka hidup di negara yang makmur
tetapi tetap kekurangan kasih yang
membuat mereka menderita, merasa terpinggirkan dan kesepian.
Menyaksikan situasi seperti itu kita
sebagai pengikut Kristus ditantang di mana cinta kasih kita kepada sesama. Apa
yang harus kita lakukan? Mau apa kita? Mau diam saja? Mau pura-pura tidak
melihat? Tentu semua itu diserahkan kepada kita. Masihkah kita punya hati?
Namun, kalau kita memperhatikan bacaan
Injil hari ini, Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memberi makan
kepada banyak orang yang kelaparan pada waktu itu. Filipus menjawab: ”Biar
dibelikan roti duaratus dinar juga tidak cukup untuk mereka walau masing-masing
kebagian secuwil roti saja.” Hal itu menunjukkan bahwa Filipus tidak mau tahu
terhadap mereka. Tetapi Yesus menyuruh para murid memperhatikan mereka dengan
memberi makan. Salah seorang murid Andreas saudara Simon Petrus mendapati
seorang anak kecil membawa lima roti dan dua ekor ikan. Dalam keterbatasan,
untung anak kecil itu memberikan bekalnya itu kepada Andreas lalu diserahkan kepada Yesus. Jelas, dengan
roti dan ikan yang sedikit ini tidak akan
membantu apa-apa terhadap lima ribu orang yang datang berbondong-bondong
menemui Yesus., namun anak itu memberikan yang sedikit itu kepada Yesus untuk
digunakan. Rasanya ada seciuwil iman dalam anak itu, bahwa Yesus dapat
menggunakan yang sedikit itu untuk sesuatu yang lebih besar. Memang dari
secuwil itu, akibatnya sungguh besar. Dalam Yesus, roti dan ikan yang sesdikit
itu dapat mencukupi kebiutuhan limaribu orang yang datang dan masih siasa.
Bagaimana dengan kita?
Seringkali ketika
menjumpai persoalan besar, misalnya menghadapi kelaparan masal di negara
kita, lebih mudah menghindar seperti Filipus tadi. Bagaimana mungkin kita yang
kecil dengan kterbatasan dana dapat membuat sesuatu dan memberikan makan kepada
berjuta-juta orang yang kelaparan. Mustahil!. Itulah seperti yang dipikirkan
para murid pada jaman Yeus dulu.
Memang kalau kita sendiri jelas tidak
mampu apa–apa, tetapi kalau yang kita lakukan dalam keterbatasan bekal itu kita
mau merelakannya kepada Yesus untuk digunakan bagi orang-orang kecil itu dapat
berguna juga. Apalagi kita memberikannya dalam kebersamaan, maka yang
kecil-kecil itu akan terkumpul menjadi besar dan lebih berdaya guna. Sebab bagi
Tuhan yang penting bukan besarnya bekal kita, tetapi lebih pada keterbukaan dan keikhlasan kita membagikan kepada orang
lain. Dalam keterbatasan itu, bila kita satukan dalam Tuhan segalanya mungkin
terjadi. Tentu bagi mereka yang berkelimpahan diharapkan mambantu lebih dengan
memberikan sumbangan yang lebih.
Marilah kita mulai berbagi kepada orang lain,
sekalipun kecil kalau dipersembahkan kepada Tuhan, maka akan berkelimpahan.
Dengan saling berbagi, menjadi murid Tuhan kita menciptakan Kerajaan Allah di
sini dan sekarang ini. ( FX. Mgn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar