MG PP V/B
Yer 31:31-34; Ibr 5:7-9; Yoh 12:20-33
“Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap sebiji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Kata-kata Yesus itu seolah-olah menjadi hukum alam. Itu terjadi dalam dunia flora atau dunia tumbuh-tumbuhan. Biji gandum, biji jagung, biji kacang kedelai memang harus jatuh, masuk ke dalam tanah, membelah diri, baru bisa berkecambah, bertumbuh dan menghasilkan banyak biji gandum, biji jagung, biji kacang atau biji kedelai, bertumbuh kemudian menghasilkan banyak biji. Ini merupakan hukum alam.
Alam telah mengajari kita tentang hidup. Di alam ini segala sesuatu yang akan hidup harus mati dahulu. Sebuah pohon awalnya adalah biji, karena ditanam di tanah dan mati kemudian bertunas. Setelah bertunas tanaman itu terus bertumbuh menjadi pohon, berbuah, dan memberi kehidupan sekitarnya. Burung-burung bisa ikut bersarang, buah-buahnya bisa dijadikan makanan mereka. Manusia pun bisa memanfaatkan buah-buah itu untuk makanan, bahkan bisa menjualnya sehingga menjadi sumber penghasilan. Berawal dari biji yang kecil yang rela hancur, tumbuh pohon yang menghasilkan buah. Selanjutnya pohon itu akan memberi hidup kepada makhluk dan alam sekitarnya.
Dengan belajar dari alam tadi, kita sebagai seorang beriman mestinya hidup kita juga harus berarti dan bermakna bagi orang lain. Kita mestinya rela merendahkan diri, melepaskan gengsi dan mengorbankan diri bagi sesama!
Seperti yang dilakukan Yesus. Satu harus jatuh menghasilkan banyak buah. Waktu Yesus berbicara tentang biji gandum yang harus jatuh, pertama-tama mau dikatakan bahwa Ia sendiri yang dimaksud Biji Gandum itu. Ia adalah Biji Gandum Utama, yang harus jatuh untuk menghasilkan banyak buah. Ketika para serdadu menikam lambung-Nya di salib, Biji Gandum Utama itu seolah-olah merekah. Ketika ia dikuburkan, Biji Gandum Utama itu seolah-olah ditanam. Ketika Ia bangkit dari kegelapan kuburan, Biji Gandum Utama itu bertumbuh dan mulai menghasilkan banyak buah! Buah-buah itu ialah kita.
Jadi Kristus sendirilah biji gandum itu:
Ia rela mati agar menghasilkan banyak buah. Ia taat dan menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi kita. Kita semua memperoleh keselamatan berkat Benih Gandum Utama tadi. Dalam penderitaan dan wafat-Nya yang hina di salib, Tuhan menampakkan kemuliaan dan keagungan-Nya. Kita yang sudah diselamatkan berkat pengorbanan-Nya di kayu salib tentu harus mau mendengarkan pesan-pesan-Nya yaitu, “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku, dan di mana Aku berada di situ pun pelayan-Ku akan berada.” Sebagai pengikut-Nya kita hanya bisa memohon: Tuhan Yesus, bantulah kami supaya semakin bertanggungjawab atas hidup kami dengan mulai mengubah “cara hidup lama” dengan “hidup baru” seturut kehendak-Mu. (FX. Mgn)
Jumat, 10 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar