“DIPANGGIL DAN DIUTUS YESUS UNTUK MEWARTAKAN KABAR GEMBIRA ALLAH”
Am
7:12-15;
Ef 1:3-10;
Mrk 6:7-13
Para murid diutus mewartakan kabar
sukacita Allah, yaitu bahwa keselamatan sudah datang dalam diri Yesus Kristus.
Mereka diminta mewartakan semangat kasih. Dan karena itulah mereka diutus
berdua-dua, tidak sendirian agar dapat saling membantu dalam tugas dan
sekaligus mengungkapkan semangat kasih mereka.
Mereka tidak perlu membawa apa-apa
kecuali tongkat dan alas kaki. Bekal mereka hanya kepercayaan dan
ketergantungannya kepada Allah sendiri. Kalau mereka diterima di sebuah rumah
warga bolehlah tinggal di situ, tetapi bila tidak diterima agar
secepatnya keluar dan tinggalkan tempat itu. Mereka diberi kuasa atas roh jahat
dan diberi kuasa untuk menyembuhkan orang sakit. Dan hasilnya memang memuaskan.
Banyak orang sakit disembuhkan, banyak roh jahat diusir.
Pada zaman itu kerap kali sakit selalu
dihubungkan dengan roh jahat, maka kuasa menyembuhkan orang sakit pun dikaitkan
dengan kuasa roh jahat. Penyembuhan orang sakit juga selalu dikaitkan dengan
pertobatan.
Saat itu Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan kabar gembira Allah. Apakah sampai sekarang perutusan itu masih relevan dengan kemajuan jaman
yang sudah modern ini? Rasanya sampai sekarang pun model perutusan itu masih
sangat diperlukan, karena manusia bukan semakin bertobat dan menjauhi roh-roh
jahat tetapi manusia malah menggantikan peran roh jahat. Bukan semakin saling
mengasihi tetapi malah saling membenci. Jaman makin maju mestinya peradaban
semakin maju pula, tetapi dalam kenyataannya semangat untuk saling mengasihi
malah semakin luntur.
Manusia telah memperoleh kemajuan dalam
penemuan teknologi untuk bisa mempertahankan hidup di dunia, tetapi seringkali
disalahgunakan hanya demi kepentingan kelompok. Bukan dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan umat manusia, tetapi demi kepentingan
kelompok. Dalam kehidupan bermasyarakat, kelompok atau perorangan, sering
melakukan kekerasan terhadap sesamanya hanya karena perbedaan pendapat atau
keyakinan.
Manusia cenderung untuk berbuat dosa
dengan tidak mengindahkan kepentingan sesama lagi. Coba kita bayangkan orang tidak malu-malu lagi untuk berbuat
jahat misalnya korupsi. Korupsi kini secara terang-terangan dibahas,
didiskusikan, ”diobok-obok” karena korupsi sudah amat ”busuk” dan ”bau”, sudah
menjadi racun yang bisa mematikan rasa seseorang. Tidak malu-malu atau takut
lagi, tetapi masih saja orang mencari kesempatan untuk korupsi. Korupsi seperti
penyakit menular yang menyebar merusak ke seluruh aspek kehidupan. Dari
penyuapan pejabat untuk menyalahgunakan wewenang hingga kebobrokan moral
umumnya. Bahkan sekarang ini dilakukan oleh mereka yang posisinya sebagai
penjaga moral. Uang rakyat mestinya untuk kesejahteraan rakyat tetapi
disalahgunakan demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Untuk itu perutusan Yesus sampai sekarang
masih perlu dilakukan oleh kita yang menjadi murid-murid Yesus. Kita dipanggil
dan diutus untuk pergi mewartakan kabar gembira, membebaskan orang tertindas,
menyembuhkan orang sakit, membebaskan orang dari kuasa kejahatan. Dan bekalnya pun juga kepercayaan kita bahwa Tuhan selalu menyertai kita.
(FX. Mgn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar