SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 06 Juli 2009

Mengasihi Allah dan mengasihi sesama.

MG BIASA XXX/A
Kel 22:21-27; 1 Tes 2:5c-10; Mat 22:34-40

Dalam kehidupan kita sehari-hari tidak pernah lepas dari aturan dan ketententuan-ketentuan yang kita sepakati bersama dalam bentuk hukum dan peraturan. Semua hukum dan peraturan itu untuk mendukung semua aktifitas kita bermasyarakat agar berjalan dengan baik dan bermanfaat bagi diri kita dan semua orang.
Di dalam hubungan kita dengan Tuhan pun diatur oleh hukum atau ketentuan seperti yang disampaikan dalam Sepuluh Perintah Allah. Perintah pertama sampai lima mengatur hubungan kita dengan Tuhan. Lima perintah berikutnya mengatur hubungan kita dengan sesama.
Hukum dan peraturan yang diciptakan Tuhan dan yang diciptakan oleh manusia itu sangat baik sepanjang kita mau mematuhi dan mewujudnyatakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Masalahnya semakin hari semakin banyak kita ciptakan peraturan dan semakin banyak pula pelanggaran yang dilakukan.
Seperti kita tahu Sepuluh Perintah Allah yang merupakan cinta kasih terhadap Allah dan kepada sesama oleh bangsa Israel dikembangkan lagi menjadi 613 pasal peraturan yang serba sempit. Melihat hal ini Yesus mengemukakan semua yang terkandung dari seluruh peraturan dan perintah itu intinya menjadi dua saja dalam Hukum yang Terutama atau Hukum Kasih yaitu mencintai Allah dan mencintai sesama.

Seringkali kita pun mengartikan cinta kasih Allah dan sesama secara sempit. Kita beranggapan semuanya sudah beres asal sudah ke gereja setiap Minggu dan sudah membayar kartu iuran kartu biru dan kartu putih. Cukup puas asal setiap bulan Rosario dan bulan Maria kita berziarah ke tempat penghormatan Maria.
Sejujurnya hal itu belum cukup di mana dalam mengasihi Tuhan itu kita dituntut lebih lagi dalam hal perhatian dan dukungan kita terhadap sesama. Di sekitar kita banyak anak-anak yang tidak bisa menikmati pendidikan yang layak. Sekarang ini banyak orang hidupnya makin sulit, makan sehari-harinya serba kekurangan dan mereka yang sakit tidak mampu ke rumah sakit, dst.

Mestinya kita mau mencontoh kehidupan umat perdana di mana mereka bertekun dalam pengajaran, selalu berkumpul dan saling membantu. (Kej 2:41-47). Tidak jauh dari kehidupan kita kalau mau melihat kehidupan orang-orang di desa di mana kegotong-royongangannya masih tinggi dan mereka merasa hangat dalam hidup kemasyarakatannya. Bila kita bisa melakukan hal demikian, berarti kita telah melaksanakan hukum kasih tadi yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa kita. Serta mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. (FX. Mgn)

Gandum dan rumput


MG BIASA XVI/A
Keb12:13.16-19; Rm 8:26-27; Mat 13:24-43

Dalam kehidupan kita di tengah masyarakat sering kali menghadapi berbagai tantangan. Dalam diri kita ada keinginan untuk berbuat baik sesuai kehendak Tuhan, namun di sisi lain godaan dan keinginan berbuat tidak baik juga sangat kuat. Dalam diri kita merasa bahwa terdapat gandum dan rumput tumbuh bersama.
Kadang-kadang setia pada ajaran Tuhan, tetapi kadang-kadang juga tidak. Dan jelas sangat sulit dipisahkan sekarang. Karena dengan memisahkan sekarang sama saja dengan mematikan kita dan mematikan kebebasan kita untuk tetap memilih mengembangkan gandum atau rumput itu. Dalam kehidupan di masyarakat pun kita berbaur dengan yang baik dan yang jahat. Ibarat gandum yang baik dan rumput belit-membelit.

Manusia yang dari awalnya diciptakan Tuhan baik adanya kemudian menjadi terkontaminasi dengan hal-hal jahat. Melihat hal ini orang mulai saling curiga satu sama lainnya bahkan saling tuduh: “Kamu orang jahat! Kalau aku baik! Kelompokku yang paling benar dan kelompok lain adalah salah.” Kemudian membuat pemisahan dengan tidak mau bergaul satu sama lainnya, bahkan memusuhi yang tidak sependapat dan tidak sama dengan aturan mereka. Mereka lupa bahwa dengan bermacam-macam paham, aliran dan pendapat itu akan memperkaya warna kehidupan, ibarat pelangi.

Melihat hal ini kita diharapkan bersabar dan toleran dengan membiarkan tetap hidup bersama dan berdampingan dengan orang-orang lain. Dengan demikian iman kita akan tertantang untuk maju hingga saat penyaringan terakhir di mana gandum dan rumput dipisahkan.
Sejatinya Tuhan amat sabar terhadap manusia. Segalanya diarahkan kepada kebaikan. Ia masih sayang kepada kita dengan membiarkan dan menunggu kita sadar. Tuhan masih memberi kesempatan bertobat bila kita berdosa. (Keb 12:19). Kita semua sadar, dalam hidup ini kebaikan dan kejahatan kerap kali bercampur, seperti gandum dan rumput tumbuh bersama. Karena itu Tuhan membiarkan rumput dan gandum tumbuh bersama sampai musim panen tiba. Gandumnya disimpan di lumbung-Nya, sedangkan rumputnya dibakar. Semoga kita bisa lepas dari belitan rumput. (FX. Mgn)