SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 30 Mei 2011

YESUS MENDOAKAN PARA MURID



MINGGU PASKAH VII (A) (Hari Komunikasi Sedunia)
Minggu, 5 Juni 2011

Kis 1:12-14;
1 Ptr 4:13-16;
Yoh 17:1-11a

Pada malam sebelum berpisah Yesus berdoa kepada Bapa, bagi murid-murid-Nya. Ia meminta agar Bapa memperhatikan dan memberikan hal-hal yang paling dibutuhkan bagi mereka. Sebagai pelaku kehendak Bapa dalam doanya diawali dengan doa tentang diri-Nya sendiri, juga sebagai rangkuman seluruh karya-Nya di depan umum. Seluruh doa-Nya merupakan bentuk komunikasi antara Bapa dengan Yesus dan para pengikut-Nya.
Yesus memohon agar Bapa tetap mendampinginya pada hari-hari terakhirnya. Yesus minta kekuatan agar para pengikut-Nya mampu menghadapi penolakan dari pihak orang-orang yang memusuhi mereka. Ia mohon agar tidak dibiarkan sendirian ketika diperlakukan dengan buruk, dipersalahkan, dan bahkan sampai dihukum mati. Perhatian Bapa di dalam penderitaan yang mesti dilalui sampai akhir itulah yang diminta dalam doa agar menunjukkan kepada dunia bahwa Bapa memuliakan Putra.
Dalam mengutarakan permohonannya agar Bapa memuliakan diri-Nya supaya nanti mereka juga dapat memuliakan Bapa. Permintaan itu mengingatkan pada kata-kata "Bapa Kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu.” "Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat" yang mengakhiri doa Bapa Kami. Jadi dalam saat-saat terakhir bersama murid-murid-Nya itu Yesus mengucapkan doa dengan sikap batin yang sudah sejak lama diajarkannya kepada mereka. Yesus mengajarkannya bukan dengan serangkaian penjelasan melainkan dengan doa dan mengikutsertakan mereka dalam pengalamannya sendiri. Yesus mempersembahkan semua yang dilakukannya sebagai pemenuhan tugas yang diberikan Bapa sendiri kepada diri-Nya sejak awalnya.
       Dalam hal ini Yesus ingin menunjukkan kepada dunia betapa Ia tak segan-segan mendekati dunia yang telah menyingkiri dan membencinya. Yesus mau memperlihatkan kepada dunia yang masih ada di bawah kuasa gelap bahwa Yang Mahakuasa tidak mundur dan melupakannya. Ia mendatanginya dan membawanya kembali di jalan benar menuju terang yang memberi hidup, dengan pengorbanan apapun. Yesus memperlihatkan kebesaran dirinya dalam penderitaan nanti. Ini semua perlu terjadi agar dunia tertebus dari kekuatan-kekuatan jahat.
        Para murid yang mendengarkan doanya merasakan  keakrabannya dengan Yang Mahakuasa yang sudah beberapa lama diperkenalkannya sebagai Bapa. Bagi para murid yang adalah kelompok para rasul dan para perempuan dalam bacaan pertama tadi, merupakan komunitas orang-orang pertama menerima Yesus yang bangkit. Mereka ikut merasakan betapa dekatnya Yesus dengan Bapanya itu merupakan pengalaman rohani yang menguatkan imannya. Walau hidup di lingkungan yang tidak selalu menerima dan bahkan memusuhi, mereka akan dikuatkan oleh Roh Kudus.

Bagaimana dengan kita?
         Doa Yesus bagi para murid juga berlaku bagi kita yang sudah menjadi milik-Nya dan menjadi satu dengan Dia sebagai pengikut-Nya. Seluruh doa Yesus merupakan bentuk komunikasi antara Bapa dengan Yesus dan para pengikut-Nya. Semoga pada Hari Komunikasi Sedunia ini mengingatkan kita bahwa Yesus tidak akan meninggalkan kita sendirian tetapi akan menyertai sampai akhir zaman. Sebagai pengikut-Nya tetap dipelihara, maka Yesus meminta kita agar selalu berdoa kepada-Nya. (FX. Mgn)

Senin, 23 Mei 2011

MEMEGANG PERINTAHKU DAN MELAKUKANNYA SAMA DENGAN MENGASIHI AKU

MINGGU PASKAH VI (A)
Minggu, 29 Mei 2011

Kis 8:5-8.14-17;
1 Ptr 3:15-18;
Yoh 14:15-21

Iman kita kepada Kristus, bukan diukur seberapa besar pengetahuan kita tentang Allah atau kemampuan intelektual kita tentang ketuhanan. Tetapi lebih ditentukan oleh seberapa besar kasih kita kepada Kristus dan seberapa jauh mau melaksanakan kehendak-Nya, berkat pertolongan Roh Kudus. Semakin kita mengasihi Kristus, maka kita semakin diperkaya oleh kuasa hikmat dan pengertian Roh Kudus. Sehingga kita dapat memahami dan mensyukuri atas karunia iman keselamatan dengan kerendahan hati dan penuh hormat karena Roh Kudus.
Itulah sebabnya dalam wejangan-wejangan terakhir-Nya Yesus menjelaskan, apabila kalian benar-benar mengasihi Aku, maka kalian juga menuruti semua apa yang Kuperintahkan kepadamu. Dan nanti kalian akan didampingi seorang Penolong yang lain yang Kuminta kepada Bapa, yaitu Roh Kebenaran. Yesus dalam memberikan wejangannya seperti seorang guru rohani sedang berkata-kata kepada para murid pada saat-saat terakhir hidup-Nya.
Mengasihi Yesus itu akan membuat orang dapat mengenal perintah-perintahnya dan menurutinya. Jadi, mengasihi sang guru menjadi jaminan agar dapat memperhatikan perintah-perintah sang guru. Bahwa siapa saja yang memegang dan menuruti perintah-perintahnya, dia itulah yang juga nyata-nyata mengasihinya. Oleh karena itu, ia akan dikasihi Bapa dan Yesus sendiri. Dengan "mengasihi Yesus” berarti mengakui kebesaran-Nya dan meluangkan tempat bagi Dia, dan setia kepada-Nya.
Hal ini bisa kita lihat dari tindakan para murid yang dijiwai oleh kehadiran guru mereka dalam diri mereka. Orang banyak akan melihat bahwa perilaku serta tindakan-tindakan para murid Yesus menghadirkan kembali Yesus sendiri. Hidup mereka seakan-akan menyuratkan perintah dari atas yang dapat dibaca orang banyak. Hidup mereka menjadi kesaksian datangnya kekuatan Penolong.
Dalam kehidupan itu bukan terbatas pada generasi para rasul, melainkan kepada para pengikut mereka pula yang menyaksikan perbuatan mereka. Seperti dikisahkan dalam petikan Kisah Para Rasul ini bagaimana Filipus mewartakan Mesias di Samaria. Filipus sebagai tokoh yang telah disapa dan diajak Yesus mengikutinya dan karena itu ia dapat mengantarkan orang lain kepada Yesus. Orang-orang Samaria menyaksikan bagaimana Filipus mengerjakan tanda-tanda hebat, mengeluarkan roh jahat, serta menyembuhkan orang lumpuh dan timpang. Di tempat itulah orang-orang tadi menerima baptisan atas nama Yesus.
Semoga "Pesan-pesan terakhir" Yesus yang disampaikan Yohanes yang berisikan pengutusan dan perutusan sebesar itu, bisa kita terapkan dalam hidup di zaman ini. Dengan menaati perintah-perintah-Nya, tidak hanya saling mengasihi – yang menjadi kebanggaan umat kristiani – tetapi juga perintah-perintah yang lain yang mengatur hubungan dengan Allah, dengan Kristus dan dengan diri manusia sendiri. Anjuran menaati perintah-Nya itu kiranya menjadi salah satu kunci persatuan, antara para murid dengan Yesus, yang pada gilirannya menjamin persatuan kita dengan Allah Bapa di surga. (FX. Mgn)

Senin, 16 Mei 2011

AKULAH JALAN, KEBENARAN DAN KEHIDUPAN

MINGGU PASKAH V (A)
Minggu, 22 Mei 2011

Kis 6:1-7;
1 Ptr 2:4-9;
Yoh 14-:1-12

Biasanya orang yang mendekati ajal memberikan pesan-pesan terakhir atau amanat kepada keluarganya yang ditinggalkan. Amanat kepada para saudara dipesan agar pada rukun dan saling membantu bila ada kesulitan. Kepada anak-anak agar jangan putus asa, tetapi lebih bersemangat dalam melanjutkan kehidupan keluarga.
Demikian juga Yesus memberi amanat atau pesan-pesan terakhir kepada para murid-murid-Nya, sebelum Ia ditinggikan di salib dan dimuliakan Bapa-Nya. Yesus menghibur para murid-Nya dengan mengatakan, “Jangan gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Aku pergi ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat tinggal bagimu dan di sana banyak tempat tinggal. Setelah Aku pergi ke rumah Bapa dan menyediakan tempat tinggal bagimu, Aku akan membawamu ke sana dan tinggal bersama Aku”. Dengan cara ini Ia mengatakan bahwa siapa saja boleh dan bisa menemukan ketenteraman dan perlindungan di dekat Yang Mahakuasa. Dan mereka takkan berpisah lagi dengan-Nya. Murid-murid dikuatkan agar mantap hatinya, untuk mempercayai Bapa dan mempercayai diri-Nya. Tidak akan ada yang bakal merasa ditinggalkan. Tidak usah berebut dan was-was atau takut bakal tidak dapat tempat tinggal, di rumah Bapa.
Penjelasan yang disampaikan Yesus demikian belum meyakinkan Tomas. Tomas masih bingung dan mengatakan, bahwa aku tidak tahu kamu ke mana Engkau pergi, lalu bagaimana kami tahu jalan ke sana? Dengan tegas Yesus mengatakan bahwa “Akulah jalan” Yesus mengatakan bahwa Dia sendiri adalah jalan itu. Hanya melalui Dia baru sampai ke rumah Bapa. Yesus juga menjamin bahwa siapa pun bisa datang kepada Bapa asal melalui Dia dan mengikuti-Nya. Tidak hanya Tomas yang masih ragu-ragu, Filipus pun yang sudah lama bersama-sama dengan Yesus, mohon agar Yesus "menunjukkan Bapa". Filipus berharap bisa melihat Bapa dengan mata kepala sendiri. Seperti para murid yang lain dan para pengikut Yesus sampai saat ini, orang ingin mendapat pengalaman yang mantap dan percaya kalau bisa melihat Bapa secara langsung. Inilah yang dimaksud Filipus ketika berkata, "itu sudah cukup bagi kami".
Memang, mengimani Yesus Sang Bangkit dari kematian tidak sekali jadi. Perlu proses melalui perjalanan hidup sehari-hari yang mengarahkan iman kita untuk lebih dekat dengan Yesus yang telah menuntun kita kepada Dia sebagai Jalan, kebenaran dan hidup. Proses untuk sampai kepada Yesus tidak berhenti saat kita mengenal Yesus, tetapi perlu perjuangan sampai pada saat kita dipanggil Tuhan. Untuk sampai pada Dia dan bersatu dengan Dia ada kebahagian tetapi juga ada pengalaman pahit, derita, duka, kekosongan dan keguncangan yang selalu membayangi setiap orang. Di balik kebahagiaan mengintip penderitaan. Tampaknya, hal itu seperti keping mata uang dengan dua sisinya. Pengalaman seperti itu tidak mudah dihadapi bila kita sendiri yang mengalaminya. Bagi seorang beriman pengalaman demikian merupakan tantangan dan perjuangan.
           Semoga kita mampu menjalani hidup ini dengan berjuang tanpa henti, seperti perjuangan Tomas yang tadinya tidak tahu mana arah yang sesungguhnya diajak melihat bahwa ada jalan, ada kebenaran, dan ada yang membawa kepada kehidupan yaitu Yesus Kristus. (FX. Mgn)

Senin, 09 Mei 2011

AKULAH PINTU BAGI DOMBA-DOMBA

MINGGU PASKAH IV (A)
(Hari Minggu Panggilan)
Minggu, 15 Mei 2011

Kis 2:14a.36-41;
1 Ptr 2:20b-25;
Yoh 1-:1-10

        Hari Minggu Paskah IV ini merupakan hari Minggu Panggilan. Semoga banyak anak muda yang terpanggil untuk bekerja menjadi gembala di ladang Tuhan. Dan semoga orang terpanggil untuk saling melayani.
        Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus membuat perumpamaan diri-Nya sebagai pintu kawanan domba dan mengibaratkan diri sebagai gembala bagi kawanan domba. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.”
       
        Bila membayangkan tentang pintu, maka yang terbayang dalam pikiran kita sebuah tempat untuk masuk atau keluar. Dengan melalui pintu merupakan satu-satunya jalan untuk masuk atau keluar menuju ke suatu rumah atau tempat tinggal. Di sebuah pintu ada penjaganya, ada pembatasnya, tidak sembarangan orang bisa melintas masuk. Bila ada orang lain tanpa diundang masuk melewati pintu itu pasti ada niat mencuri atau  merampok. Karena yang datang bukan pemilik maka akan membuat penghuninya ketakutan. Dengan adanya pintu akan tidak mudah semua orang masuk ke dalamnya. Tidak semua orang bisa masuk atau melewati pintu itu, kecuali pemilik rumah.
        Demikian juga pada pintu kandang domba, hanya pemiliknya yang boleh membukakan bagi gembala. Hanya gembala yang diberi kuasa oleh pemiliknya mengantar kawanan domba ke padang rumput. Bukan orang sewaan. Gembala datang melewati pintu, memanggil kawanan satu persatu dan memimpin mereka berjalan ke padang rumput dengan aman.
        Dengan menggambarkan diri-Nya sebagai pintu, Yesus hendak mengajarkan bahwa Ia menjadi pintu masuk bagi kita semua ke dalam zaman baru. Kedatangan-Nya ke dunia menjadi menjadi pintu masuk bagi kita semua menuju kehidupan baru. Ia menjadi Pemimpin yang membawa kawanan itu ke tempat mereka bisa menikmati kesejahteraan. Ia akan membawa orang ke padang rumput, ke tempat sejahtera. Ia menjaga kita semua dari ancaman dan bahaya. Diri-Nya menjadi Sang Pintu sebagai pembatas yang jelas. Karena masih akan ada ancaman dari mereka yang datang tanpa lewat pintu itu. Tetapi kawanan sudah tahu bahwa mereka itu tidak bermaksud baik. Dan mereka itu tidak mengenal kawanan satu persatu. Mereka hanya akan merampas dan membawa mereka ke pembantaian, bukan ke padang rumput.
        Yesus yang menggambarkan diri-Nya sebagai “Pintu” akan membuka pintu dan menuntun kita semua ke jalan menuju padang rumput kehidupan. Kita yang lewat melalui Sang Pintu ibarat pintu dan gembala menyatu. Gembala sebagai Pemimpin dan umat sebagai dombanya menyatu karena saling mengenal. Pemimpin yang datang membawa keadilan kepada umat yang berkumpul menantikan dan mengharap-harapkannya menjalin hubungan secara pribadi, saling mengenal dan memberi rasa aman serta saling percaya.
        Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara Pemimpin dan umat-Nya, semoga pada Minggu Panggilan ini menumbuhkan semangat anak-anak, remaja, kaum muda tergerak hatinya untuk menjadi imam, bruder atau suster. Dan semoga banyak orang tergerak hatinya untuk saling melayani sebagai kesaksian hidup. (FX. Mgn)

Senin, 02 Mei 2011

TUHAN SUNGGUH SUDAH BANGKIT

MINGGU PASKAH III
Minggu, 8 Mei 2011

Kis 2:14.22-33;
1 Ptr 1:17-21;
Luk 24:13-35

        Mengimani Yesus tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para murid sendiri walau sudah beberapa kali Yesus menekankan, bahwa sebagai Mesias Ia harus menderita sengsara wafat dan dibangkitkan, namun mereka belum juga menangkap ucapan itu. Hal ini terungkap dalam diskusi dua orang murid Yesus yaitu Kleopas dan temannya ketika dalam perjalanan ke Emaus, yang  mempersoalkan kematian Yesus.
        Di saat mereka sedang berdiskusi, muncullah seorang asing yang tiba-tiba mendekati mereka dan ikut serta berdiskusi selama dalam perjalanan. Kedua murid Yesus tersebut sama sekali tidak menyadari bahwa orang asing yang bersama-sama dengan mereka adalah Yesus yang bangkit. Dalam diskusi mereka mengatakan, bagaimana mungkin seorang nabi yang berkuasa seperti diri Yesus yang dipenuhi oleh mukjizat Allah dapat mengalami kematian di atas kayu salib. Mengapa Allah membiarkan dan tidak menolong Yesus? Mengapa Allah tidak menyelamatkan Yesus dari hukuman dan kematian di atas kayu salib? Padahal mereka semula sangat mengharapkan Yesus dapat menjadi seorang Mesias yang membebaskan umat Israel dari cengkeraman dan kekuasaan penjajahan kerajaan Romawi.
        Selama dalam perjalanan Yesus menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang diri-Nya, untuk lebih meyakinkan mereka. Di hadapan kedua murid itu Yesus kembali menekankan bahwa, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu supaya dapat masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Mereka mulai sedikit mengerti makna Kitab Suci dan seluruh sikap dan perkataan Yesus.  Tidak terasa mereka hampir sampai di Emaus dan hari mulai senja, sementara Yesus seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi kedua murid Yesus itu sangat mendesak Dia untuk tinggal bersama-sama mereka. Mereka mulai yakin dan makin mantap bahwa di hadapan mereka itu adalah Yesus, saat mereka bertiga makan bersama. Saat Yesus mengambil roti, mengucapkan syukur, memecah-mecahkan-Nya dan memberikan roti itu kepada mereka; barulah  terbuka mata mereka.
        Perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit menghasilkan suatu perubahan sikap dan spiritualitas. Walaupun mereka di Emaus belum sempat beristirahat dan hari telah menjelang malam, mereka berdua  memutuskan pergi untuk kembali ke Yerusalem menemui para murid Yesus lainnya. Mereka ingin memberitakan kabar gembira tentang perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit.  Apabila semula muka mereka berwajah muram penuh kesedihan dan rasa dukacita saat mereka berjalan dari Yerusalem ke Emaus, tetapi kini wajah mereka diliputi oleh perasaan sukacita yang luar biasa saat mereka kembali dari Emaus ke Yerusalem. Bagi mereka berdua berita tentang kebangkitan Kristus bukan lagi merupakan “kabar burung” sebab kini mereka telah mengalami secara pribadi dan melihat sendiri secara langsung dalam perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Kedua murid Yesus di Emaus itu tidak lagi menganggap kebangkitan Kristus hanya sebagai kabar, tetapi dialami sebagai peristiwa nyata. Itu sebabnya mereka terpanggil untuk bersaksi tentang makna kematian dan kuasa kebangkitan Kristus kepada orang-orang di sekitarnya.
        Marilah kita juga walau tidak mendengar penjelasan Yesus seperti dialami Kleopas dan temannya, atau melihat bekas-bekas luka seperti para rasul, namun kita percaya dan yakin bahwa Dia adalah Mesias yang harus menderita, namun kini telah mengenyam kemuliaan surgawi sebagai buah hasil jerih payah dan pengorbanan-Nya. (FX. Mgn)