SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Jumat, 15 April 2011

SALING MELAYANI DAN BERBAGI

KAMIS PUTIH (Mengenang Perjamuan Tuhan)
Kamis, 21 April 2011

Kel 12:1-8.11-14;               
1Kor 11:23-26;              
Yoh 13:1-15

Ada dua hal penting dalam Kamis Putih ini yaitu makna Yesus membasuh kaki para murid dan Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir.
 Yesus yang adalah Tuhan dan Guru rela menjadi pelayan dan hamba bagi murid-murid-Nya. Yesus merendahkan diri-Nya sama seperti hamba dengan membasuh kaki para murid-Nya. Yesus melakukan ini sebagai tanda penyucian dan pemurnian diri. Para rasul dibersihkan dari debu dosa agar pantas dan layak duduk bersama dalam meja perjamuan Tuhan. Apa yang dilakukan Yesus ini mengingatkan kita akan Sakramen Pembaptisan dan Pertobatan.

Setelah Yesus mencuci kaki para murid-Nya, Ia langsung melanjutkannya dengan mengadakan perjamuan malam terakhir di mana Ia menyerahkan diri-Nya seutuhnya dalam rupa roti dan anggur dalam Ekaristi. Dalam Ekaristi Allah berkenan hadir untuk dibagi-bagi sebagai berkat keselamatan. Peristiwa ini secara nyata mau menunjukkan penyerahan diri-Nya secara total dan ikhlas kepada kita.
Dalam hal ini para rasul diminta untuk meneladan kerendahan hati dan pelayanan dalam karya penyucian dan penyelamatan. Para rasul tidak harus merasa sebagai orang besar karena mereka dekat dengan Yesus, tetapi mereka diminta untuk menjadi teladan kerendahan hati dan belas kasih kepada semua orang tanpa pilih kasih. Berbuat kasih pada mereka yang berdosa, yang kecil dan miskin.

Bagaimana dengan kita?
Dalam Kamis Putih ini kita diingatkan kembali untuk lebih rendah hati, saling melayani dan mengasihi. Seperti yang telah dilakukan oleh Yesus. Mau belajar dari Yesus, dengan saling menghormati dan tidak membeda-bedakan. Guru dan Tuhan yang mau merendahkan diri dan memberi contoh nyata dengan membasuh kaki yang semestinya pekerjaan itu dilakukan oleh seorang hamba. Mau mengikuti kehendak Yesus yang mengungkapkan cinta-Nya dalam tindakan dan pelayanan. Cinta dalam wujud melayani orang lain seperti yang diharapkan Yesus kepada para murid-Nya dan oleh kita sebagai pengikut-Nya. Saling mencintai dan saling berbagi, tidak usah menunggu kaya dulu untuk berbagi harta/kekayaan/rezeki, tidak usah menunggu pensiun dulu untuk berbagi waktu, tidak usah menunggu religius dulu untuk berbagi rasa/empati.
Teladan Yesus yang berani menghargai yang terendah itulah yang harus kita warisi. Coba kita kita lihat sejenak dalam kehidupan kita. Dalam keluarga misalnya, posisinya yang paling rendah dalam keluarga biasanya adalah pembantu. Bagaimana sikap kita? Sudahkah kita menghargainya atau memandang rendah mereka? Demikian juga terhadap anak-anak. Apakah kita sebagai orang tua mau dan rela mendengarkan isi hati mereka?
Marilah dalam merayakan Kamis Putih, kita hadirkan apa yang telah dimulai Yesus dalam diri kita dengan meneruskan semangat Yesus dalam sabda-Nya pada akhir perjamuan: “Bila Aku, Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, kamu pun harus membasuh kaki satu sama lain. Aku memberikan teladan kepadamu supaya kamu berbuat seperti tadi Kuperbuat untukmu.” (FX. Mgn)