SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Kamis, 25 Maret 2010

SALING MELAYANI DAN MENGASIHI

KAMIS PUTIH
Mengenangkan Perjamuan Tuhan
Hari Kamis, 1 April 2010

Kel 12:1-8.11-14;
1Kor 11:23-26;
Yoh 13:1-15

Dalam Kamis Putih ini kita diajak untuk merenungkan dua hal penting, yaitu makna perjamuan malam terakhir dan pembasuhan kaki para murid yang dilakukan oleh Yesus.

Cinta-Nya yang begitu besar kepada para murid, sebelum Ia pergi diwujudkan dengan makan dan minum bersama. Bahkan makan dan minum-Nya diangkat menjadi tanda diri-Nya sendiri, yang selalu ingin bersama dengan para murid. Bukan itu saja, cinta Yesus kepada para murid-Nya diwujudkan dengan membasuh kaki mereka.
Menurut tradisi Yahudi mencuci kaki adalah sebuah bentuk penghormatan seseorang terhadap orang yang dianggap mempunyai status atau jabatan lebih tinggi atau lebih terhormat. Ketika Yesus mencuci kaki para murid, jelas ini melawan adat, maka ditolak oleh Petrus. Dia yang adalah murid merasa tidak pantas  dihormati gurunya sedemikian rupa. Kendati ditolak Petrus, Ia tetap melakukan-Nya bahkan Dia mengingatkan kalau Petrus tidak mau dicuci kakinya maka dia  tidak akan masuk dalam bagian komunitasnya.

Apa maknanya?
Yesus melakukan sebuah perbuatan pasti ada tujuannya. Tindakan mencuci kaki merupakan salah satu bentuk pengajaran bagi para murid. Ini adalah keteladanan mengenai penghormatan. Ia memberi contoh kepada para murid-Nya agar saling menghormati dan bersikap rendah hati.

Bagaimana dalam kehidupan sehari-hari?
Dalam tata dunia membuat aneka pembedaan. Dunia mengelompokkan manusia dalam bermacam tingkatan. Pembagian ini berdasarkan kelahiran, jabatan, kekayaan dan seterusya. Ada orang yang terlahir sebagai bangsawan, maka dia secara  otomatis menempati sebuah posisi tertentu. Dia menjadi lebih unggul dibandingkan dengan orang lain. Pada jaman dulu budaya Jawa sangat ketat mempertahankan kebangsawanan. Orang yang terlahir sebagai bangsawan tidak boleh bergaul dengan orang yang bukan bangsawan atau yang lebih rendah. Apalagi mereka menikah dan sebagainya. Namun sekarang gelar kebangsawanan tidak lagi mendapatkan penghormatan, maka orang berusaha mencari aneka gelar akademik, kekayaan dan jabatan untuk memperoleh penghormatan. Orang sangat bangga bila di depan atau belakang namanya ada aneka gelar akademik atau aneka jabatan.
Disinilah sering kali timbul kesulitan besar. Pada umumnya orang hanya menghormati orang yang dianggap mempunyai status atau kasta yang sederajat atau yang lebih tinggi. Penghormatan hanya berjalan dari bawah ke atas. Dunia mengajarkan penghormatan adalah hak orang yang lebih tinggi martabatnya. Orang yang mempunyai jabatan, kekayaan atau kekuasaan. Orang miskin dan terpingggirkan hanya wajib menghormati namun dia tidak mendapat penghormatan. Rakyat wajib menghormati presiden, sebaliknya presiden tidak mempunyai kewajiban menghormati rakyatnya. Bahkan tidak jarang orang yang dianggap punya kekuasaan tinggi, jabatan tinggi dan sebagainya dapat sewenang-wenang menindas orang yang dianggap lebih rendah. Penghormatan seolah-olah hanya berlaku dari bawahan pada atasan.

Bagaimana seharusnya?
Maka dalam Kamis Putih ini kita diingatkan kembali untuk lebih rendah hati, saling melayani dan mengasihi. Mau belajar dari Yesus, saling menghormati dan tidak membeda-bedakan. Seperti yang telah dilakukan oleh Yesus. Dialah Guru dan Tuhan yang mau merendahkan diri dan memberi contoh nyata dengan membasuh kaki yang semestinya pekerjaan itu dilakukan oleh seorang hamba.
Cinta bagi Yesus diungkapkan dalam tindakan dan pelayanan. Cinta sejati bagi Yesus bukanlah menguasai yang dicintai, melainkan melayani yang dicintai-Nya. Inilah juga yang diharapkan Yesus kepada para murid-Nya dan oleh kita sebagai pengikut-Nya, yaitu mencintai dalam wujud melayani orang lain. Karena semua manusia adalah citra Allah dan bermartabat sama. Dari situlah Yesus telah memberi contoh kepada para murid agar saling melayani dan saling menghormati dengan tindakan simbolis membasuh kaki para murid-Nya.

Marilah kita meneruskan semangat Yesus dalam sabda-Nya pada akhir perjamuan, “Bila Aku, Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, kamu pun harus membasuh kaki satu sama lain. Aku memberikan teladan kepadamu supaya kamu berbuat seperti tadi Kuperbuat untukmu.” (FX. Mgn)