SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 02 Mei 2011

TUHAN SUNGGUH SUDAH BANGKIT

MINGGU PASKAH III
Minggu, 8 Mei 2011

Kis 2:14.22-33;
1 Ptr 1:17-21;
Luk 24:13-35

        Mengimani Yesus tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para murid sendiri walau sudah beberapa kali Yesus menekankan, bahwa sebagai Mesias Ia harus menderita sengsara wafat dan dibangkitkan, namun mereka belum juga menangkap ucapan itu. Hal ini terungkap dalam diskusi dua orang murid Yesus yaitu Kleopas dan temannya ketika dalam perjalanan ke Emaus, yang  mempersoalkan kematian Yesus.
        Di saat mereka sedang berdiskusi, muncullah seorang asing yang tiba-tiba mendekati mereka dan ikut serta berdiskusi selama dalam perjalanan. Kedua murid Yesus tersebut sama sekali tidak menyadari bahwa orang asing yang bersama-sama dengan mereka adalah Yesus yang bangkit. Dalam diskusi mereka mengatakan, bagaimana mungkin seorang nabi yang berkuasa seperti diri Yesus yang dipenuhi oleh mukjizat Allah dapat mengalami kematian di atas kayu salib. Mengapa Allah membiarkan dan tidak menolong Yesus? Mengapa Allah tidak menyelamatkan Yesus dari hukuman dan kematian di atas kayu salib? Padahal mereka semula sangat mengharapkan Yesus dapat menjadi seorang Mesias yang membebaskan umat Israel dari cengkeraman dan kekuasaan penjajahan kerajaan Romawi.
        Selama dalam perjalanan Yesus menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang diri-Nya, untuk lebih meyakinkan mereka. Di hadapan kedua murid itu Yesus kembali menekankan bahwa, “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu supaya dapat masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Mereka mulai sedikit mengerti makna Kitab Suci dan seluruh sikap dan perkataan Yesus.  Tidak terasa mereka hampir sampai di Emaus dan hari mulai senja, sementara Yesus seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi kedua murid Yesus itu sangat mendesak Dia untuk tinggal bersama-sama mereka. Mereka mulai yakin dan makin mantap bahwa di hadapan mereka itu adalah Yesus, saat mereka bertiga makan bersama. Saat Yesus mengambil roti, mengucapkan syukur, memecah-mecahkan-Nya dan memberikan roti itu kepada mereka; barulah  terbuka mata mereka.
        Perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit menghasilkan suatu perubahan sikap dan spiritualitas. Walaupun mereka di Emaus belum sempat beristirahat dan hari telah menjelang malam, mereka berdua  memutuskan pergi untuk kembali ke Yerusalem menemui para murid Yesus lainnya. Mereka ingin memberitakan kabar gembira tentang perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit.  Apabila semula muka mereka berwajah muram penuh kesedihan dan rasa dukacita saat mereka berjalan dari Yerusalem ke Emaus, tetapi kini wajah mereka diliputi oleh perasaan sukacita yang luar biasa saat mereka kembali dari Emaus ke Yerusalem. Bagi mereka berdua berita tentang kebangkitan Kristus bukan lagi merupakan “kabar burung” sebab kini mereka telah mengalami secara pribadi dan melihat sendiri secara langsung dalam perjumpaan dengan Yesus yang bangkit. Kedua murid Yesus di Emaus itu tidak lagi menganggap kebangkitan Kristus hanya sebagai kabar, tetapi dialami sebagai peristiwa nyata. Itu sebabnya mereka terpanggil untuk bersaksi tentang makna kematian dan kuasa kebangkitan Kristus kepada orang-orang di sekitarnya.
        Marilah kita juga walau tidak mendengar penjelasan Yesus seperti dialami Kleopas dan temannya, atau melihat bekas-bekas luka seperti para rasul, namun kita percaya dan yakin bahwa Dia adalah Mesias yang harus menderita, namun kini telah mengenyam kemuliaan surgawi sebagai buah hasil jerih payah dan pengorbanan-Nya. (FX. Mgn)