SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 14 Maret 2011

BERUBAH MENJADI LEBIH PEDULI

MG PRAPASKAH II (A)
Minggu, 20 Maret 2011

Kej 12:1-4a;                  
2 Tim 1:8b-10          
Mat 17:1-9
       
        Ketika Petrus, Yakobus dan Yohanes diajak Yesus naik ke atas gunung Tabor untuk berdoa, mereka menyaksikan kemuliaan Yesus berubah rupa dengan wajah yang bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya putih bersinar-sinar. Nampak Yesus berbicara dengan Musa dan Elia. Ketiga rasul itu memperoleh pengalaman rohani yang luar biasa, membuat hati mereka bahagia dan ingin tetap tinggal di situ bersama-Nya. Lalu Petrus memohon kepada Yesus untuk mendirikan tiga kemah; satu untuk Yesus, satu untuk Musa dan satu lagi untuk Elia.
        Dengan permohonan tersebut, tanpa Petrus sadari ia ingin mengurung atau menghalangi kepergian Kristus ke Yerusalem untuk menderita dan wafat. Petrus ingin agar Yesus, Musa dan Elia tetap tinggal di atas gunung itu bersama dengan mereka. Sepertinya Petrus ingin mengalihkan perhatian tujuan percakapan antara Yesus dengan Musa dan Elia, sehingga mereka dapat berlama-lama menyaksikan kemuliaan Kristus sambil menikmati pemandangan yang indah di atas gunung. Tidak menyadari bahwa mereka diajak ke atas gunung itu untuk berdoa.
        Melihat hal itu, Yesus tidak membiarkan mereka larut dan ”terlena” dengan pengalaman yang indah itu. Mereka harus ”turun gunung” untuk melanjutkan tugas perutusan; dan hal itu seringkali berarti menyangkal diri dan memanggul salib demi mendapatkan pengalaman kemuliaan Yesus yang abadi.
       
         Bagaimana sikap kita sendiri?
        Sikap Petrus tersebut juga mencerminkan sikap kita pada umumnya. Kita lebih senang jikalau Tuhan selalu bersama dengan kita pribadi daripada Tuhan berkarya melaksanakan misi-Nya ke lingkup yang lebih luas. Kita sering terjebak dalam godaan berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi sesaat, dan lupa akan kehidupan lebih jauh ke depan yang lebih mulia. Kecenderungan kita, adalah ingin mengekalkan keadaan yang sudah dirasakan enak, menyenangkan dan baik. Sangat sulit kita membuat perubahan yang lebih baik untuk kepentingan lebih luas. Dari sinilah kita sering dituntut pengorbanan dan perjuangan, karena dari sini pula kita harus melawan ”keinginan diri kita” sendiri. Di balik keberhasilan dan kelimpahan rezeki yang kita terima, seringkali membuat jauh dari Tuhan dan sesama. Tanpa kita sadari masih banyak sesama kita yang masih memanggul beratnya salib kehidupan. Di sekitar kita masih banyak yang miskin, menderita sakit, terbuang dan lemah yang sangat memerlukan uluran tangan kita.
        Maukah kita menjadi sesama bagi orang miskin? Mereka yang miskin juga memiliki keinginan yang sama dengan kita yaitu merasakan kemuliaan. Mereka ingin juga menikmati kebahagiaan dan merasakan nikmatnya hidup bersama di dunia yang sementara ini. 
       Semoga kita berubah dari terlena menjadi lebih peduli dengan mau berbagi agar keselamatan Allah yang terpancar dalam kemuliaan Kristus menerangi seluruh kehidupan manusia. (FX. Mgn)