SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 11 April 2011

MEMANG BENAR, DIA PUTRA ALLAH!

MG PALMA (A) Minggu Sengsara
Minggu, 17 April 201

Yes 50:4-7;
Flp 2:6-11;
Mat 27:11-54

Seringkali kita menyaksikan seorang penguasa didemo agar penguasa itu mundur, karena selama  memerintah tidak mampu menyejahterakan rakyatnya, tidak bisa menepati dan mewujudkan janji-janjinya sebelum ia mau menjabat. Dengan gigih penguasa itu ingin tetap mempertahankan kekuasaannya dengan melawan para yang demonstran serta menghadapinya dengan kekerasan.
Lain halnya dengan Yesus Kristus, Raja yang satu ini tetap mempertahankan kekuasaan-Nya, tetapi tidak dengan kekerasan melainkan dengan cinta kasih sesuai dengan prinsip dan misinya yaitu menyelamatkan umat manusia. Bahkan Ia rela dihadapkan kepada Pilatus untuk diadili, walaupun Ia tidak bersalah. Ia dituduh menghasut rakyat dengan ajaran-ajaran-Nya. Di depan Pilatus tidak terbukti bersalah, tetapi atas desakan orang banyak Ia harus menghadapi hukuman mati dan memanggul salib, mendapat siksaan, cercaan, cambuk duri dan dicemooh, dihujat serta diludahi. Sekali pun Yesus diperlakukan sebagai penjahat, tetapi Ia tidak marah dan kesal, tetapi hanya diam.
Ia menyadari serupa dengan Allah, tetapi Ia telah menghampakan diri-Nya sebagai seorang hamba. Bahkan Ia merendahkan diri dan taat sampai mati. Mati di kayu salib. Ia adalah Raja yang rela menerima hukuman mati di kayu salib karena kecintaan-Nya kepada manusia. Semua yang Ia lakukan demi keselamatan umat manusia. Ia menebus dunia dan mempersatukan umat manusia menjadi kawanan yang amat disayangi-Nya. Maka ketika mengalami penderitaan dan hinaan serta hujatan, Yesus tidak memalingkan wajah-Nya dari cercaan, karena Ia yakin takkan dipermalukan. Oleh sebab itu Yesus yang mau merendahkan diri, maka Allah mengagungkan-Nya dan dianugerahkan nama yang paling luhur, agar  semua makhluk di surga, di bumi dan di bawah bumi, tunduk dan hormat kepada-Nya. Supaya semua orang mengakuinya, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, untuk memuliakan Allah Bapa.

Bagaimana dengan kita?
Benarkah kita masih mengakui bahwa Dia adalah Raja, bila kita mengalami perlakuan yang serupa dengan yang dialami Yesus? Ketika kita dihina, dilecehkan, diperlakukan dengan tidak adil, dimusuhi karena sebagai pengikut-Nya? Menghadapi tekanan seperti itu, apakah membuat ”ciut” hati kita dan masihkah mengharapkan Dia atau lebih baik menolak Dia?  
Kalau kita memperhatikan perkataan kepala pasukan yang berdiri dekat Yesus disalib, dimana kepala pasukan itu memberi kesaksian bahwa: ”Sungguh, orang ini adalah orang suci!” Mestinya tidak harus kecil hati dan takut tetapi lebih percaya dan lebih dekat dengan Dia. Dari situ kita semua mesti berbangga, bahwa benar Ia adalah Putra Allah. Dia yang menyertai kita, ketika kita memikul salib penderitaan hidup. Dia yang mampu memberi semangat untuk bangkit kembali bila kita jatuh. Dimana kita hidup dalam suasana tidak menentu, sering mengalami tuduhan-tuduhan palsu karena kebencian dan iri hati, mengalami ketidakadilan sosial karena semua orang hanya menomorsatukan harta dan haus kekuasaan.
Marilah dalam keadaan seperti sekarang ini kita tetap bertahan dan mempercayakan diri pada Dia yang selalu memberi jalan keluar ketika hati kita gundah karena ketakutan menghadapi pencobaan, sambil bersyukur: ”Sungguh, Dia itu Putra Allah.” Dialah Tuhan yang selalu menyertai kita. (FX. Mgn)