SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 28 Mei 2012

HARI RAYA TRI TUNGGAL MAHA KUDUS (B) Minggu, 3 Juni 2012

PERINTAH UNTUK MEMBERITAKAN INJIL
Kis Ul 4:32-34.39-40;
Rm 8:14-17;
Mat 28:16-20

    Dalam perjalanan pulang kampung naik kereta api, saya duduk berdampingan dengan seorang nenek. Ketika nenek itu mau makan berdoa dengan membuat tanda salib. Saya bertanya, ”Nenek Katolik ya?” dengan jelas nenek itu mengatakan, ”Ya mas saya Katolik” Karena hari itu adalah malam Minggu pikiran saya terarah pada besok pagi adalah hari Minggu. Gereja merayakan pesta Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra dan Roh Kudus.
    Lalu saya bertanya pada nenek itu mengenai penghayatannya akan Tritunggal. ”Apakah nenek kalau berdoa membedakan antara Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus?” Nenek itu menjawab, ”Bagi saya mereka itu satu. Saya kadang berdoa dengan menyebut Allah Bapa, kadang saya berdoa dengan menyebut Tuhan Yesus, dan kadang saya juga berdoa menyebut Allah Roh Kudus. Namun dalam hati saya, mereka itu sama. Dalam hati saya mereka itu Allah yang menciptakan langit dan bumi serta isinya ini melindungi ciptaan-Nya termasuk hidup saya. Jadi hidup dan mati saya bergantung kepada-Nya.”
    Iman nenek tadi sungguh menarik dan meyakinkan saya bahwa kita tidak perlu memperdebatkan Tritunggal, tetapi untuk lebih menghayati dan mengalaminya bahwa Tritunggal sebagai kesatuan Allah yang selalu melindungi dan mengasihi kita. Saya pun dalam berdoa dan penghayatan saya akan Allah hampir sama dengan nenek tadi. Saya tidak merasakan atau ada kesan membedakan dan menyatukan ke-Allahan, tetapi saya lebih terkesan dengan apa yang saya alami oleh kehadiran Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus yang sungguh baik kepadaku.
    Seperti dalam bacaan surat Rasul Paulus kepada umat di Roma tadi dikatakan siapakah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Menurut Rasul Paulus, kita semua telah menerima Roh Kudus yang menjadikan kita semua anak-anak Allah. Karena Roh itulah, maka kita juga dapat menyebut Allah ”Abba, ya Bapa!” Dan karena kita telah menjadi anak-anak Allah maka kita disatukan dengan Yesus Kristus Putra-Nya. Dan apabila kita ikut menderita bersama Kristus, maka kita akan dipermuliakan pula seperti Dia oleh Bapa. Yang penting bagi kita percaya bahwa Allah memang mencintai kita sampai Ia mau mengorbankan Putra-Nya sendiri di kayu salib demi menebus dosa-dosa kita.
    Karena kita sudah menjadi anak-anak-Nya seperti dalam Injil hari ini kita juga diberi tugas oleh Yesus untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya dan membaptis dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus. Kita mendapat tugas untuk membantu setiap orang menjadi anak-anak Allah, menjadi ahli waris keselamatan yang dijanjikan Allah. Cara sederhananya kita diberi tugas untuk membantu setiap orang lebih dekat dengan Allah, baik Allah yang telah menciptakan mereka dan memberikan kehidupan kepada mereka, baik Allah yang telah hadir ditengah-tengah mereka dan sungguh dekat dengan mereka, maupun Allah yang tinggal di dalam hati mereka dan terbuka menerimanya. Dalam mengemban tugas perutusan dari Yesus, kita tidak perlu ragu-ragu atau takut karena Ia akan mendampingi dan menyertai kita sampai akhir zaman. 
    Semoga berkat pendampingan Roh Kudus kita mampu melakukan kehendak-Nya menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya agar semua orang menjadi anak-anak Allah dan menikmati karya keselamatan-Nya. (FX. Mgn)

Senin, 21 Mei 2012

HARI RAYA PENTAKOSTA (B) Minggu, 27 Mei 2012

MEMBUKA DIRI KEPADA ROH KUDUS YANG MEMIMPIN HIDUP KITA

Kis 2:1-11;
Gal 5:16-25;
Yoh 15:26-27; 16:12-15

 Setelah Yesus wafat, para pengikut-Nya mengalami pergulatan hidup yang berat. Ada yang mengalami kekecewaan besar, seperti kedua murid yang memutuskan kembali pulang ke Emaus. Banyak yang takut karena merasa ditinggalkan sendirian dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka kalau malam hanya berkumpul disuatu tempat dengan pintu terkunci rapat-rapat karena takut kepada para penguasa Yahudi. Ada kemungkinan mereka akan terpecah-pecah dan tercerai berai karena tanpa pemimpin. Teringat kisah menara Babel mereka terpecah-pecah ke seluruh bumi. Mereka tidak saling mengerti satu sama lain. Bahasa mereka dikacaukan.
   Namun berbeda pada hari Pentakosta, keadaan pikiran, hati dan jiwa para murid berubah sama sekali. Mereka dikaruniai Roh Kudus yang bertebaran dan hinggap ke atas mereka digambarkan sebagai ”suatu bunyi seperti tiupan angin keras ... dan lidah-lidah seperti nyala api.” Kekuatan Roh Kudus membebaskan mereka dari kekecewaan, ketakutan. Setelah itu mereka dengan semangat besar dan suara nyaring mewartakan kabar gembira penyelamatan dari Yesus Kristus. Banyak orang yang mendengar khotbah dan kesaksian para rasul mengerti dan memahaminya dengan baik meskipun sebenarnya mereka berbahasa lain dan berbeda. Pengalaman para rasul itu merupakan pengalaman kepenuhan Roh Kudus.
   Peristiwa Pentakosta seharusnya terjadi juga dalam kehidupan kita sebagai orang beriman. Kita telah menerima Roh Kudus. Apakah kita juga berani seperti para rasul bersaksi? Apakah cara hidup kita, bahasa kita, perilaku kita bisa dipahami dan dimengerti oleh banyak orang? Bila hidup kita dilandasi oleh Roh Kudus, tentu banyak orang akan mengalami kasih. Mereka mengenal kita karena hidup kita yang penuh kasih.
   
   Seperti apa?
   Tandanya orang yang sudah dipenuhi Roh Kudus bukanlah karena kita sudah dibaptis atau sering berkata-kata suci, melainkan dilihat dari buah-buah kehidupan yang kita hasilkannya. Yaitu seperti kata-kata Paulus dalam suratnya kepada umat Galatia bahwa buah-buah Roh Kudus adalah yang tidak menuruti keinginan daging: ”Buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, sikap lemah lembut dan penguasaan diri. Sebaliknya kalau hanya menuruti keinginan daging yang terjadi hanyalah hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, permusuhan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, roh pemecah, kedengkian, pesta pora.” Paulus mengingatkan, barangsiapa masih hidup menurut daging, ia tidak mendapat bagian Kerajaan Allah.
  Pentakosta merupakan kedatangan Roh Kudus yang melahirkan Gereja dan membarui bumi. Semoga harapan itu menjadi nyata seperti bunyi refren lagu mazmur hari ini, ”Utuslah Roh-Mu ya Tuhan, dan jadi baru seluruh muka bumi.” Bumi yang damai, tidak ada kebencian, penolakan, ancaman, kekerasan, perusakan, penghancuran, dan pembiaran.
   Marilah kita semakin membuka diri kepada Roh Kudus yang telah dicurahkan bagi kita dan membiarkan Roh Kudus memimpin hidup kita ke dalam seluruh kebenaran; mengantar kita untuk ambil bagian dalam Kerajaan Allah. (FX. Mgn)

Senin, 14 Mei 2012

MINGGU PASKAH VII (B) (Hari Minggu Komunikasi Sedunia) Minggu, 20 Mei 2012

BERKOMUNIKASI YANG BAIK, AGAR KABAR GEMBIRA ALLAH SAMPAI KEPADA SEMUA ORANG

Kis 1:15-17a.20c-26;       
1Yoh 4:11-16;             
Yoh 17:11b-19

      Dalam Minggu Paskah VII ini ditetapkan oleh Gereja sebagai Hari Komunikasi Sedunia. Dunia yang telah mengalami suatu kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa diharapkan semua orang memperoleh informasi yang seimbang, benar dan mendidik.
        Komunikasi memang merupakan hal paling dasar yang harus dimiliki oleh semua orang. Sekarang ini hampir semua orang sekurang-kurangnya menggunakan telepon genggam (HP); Orang sekarang tidak dapat berpisah dengan yang namanya HP ini. Dari anak SD sampai orang dewasa dan kakek atau nenek memakai HP sebagai alat komunikasi. Dengan alat komunikasi ini sepertinya dunia ini sangat kecil dan tidak ada batas. Peristiwa yang terjadi di belahan dunia yang satu dapat diketahui belahan dunia yang lain saat itu juga.
      Namun di balik kemajuan teknologi komunikasi ini juga membawa akibat yang baik maupun yang buruk bagi kehidupan masyarakat. Berkomunikasi dengan baik, bisa membuat hubungan masyarakat menjadi lebih baik. Tetapi bila di dalam komunikasi tidak baik membuat hubungan antar masyarakat tidak baik. Komunikasi juga menentukan baik dan buruknya relasi kita dalam keluarga. Harapan Gereja dengan kemajuan teknologi komunikasi saat ini bisa membawa kesaksian iman kita yang lebih nyata dalam kehidupan bermasyarakat. Membangun kebersamaan walau berbeda-beda latar belakang tetapi bisa menciptakan kesatuan.
         Kita sadar bahwa Allah menciptakan manusia dengan aneka perbedaan. Namun Allah menghendaki agar dalam perbedaan itu, manusia tetap dalam kesatuan. Dan keragaman itu justru akan menghiasi kesatuan. Yesus ingin para murid dan juga semua orang yang akan menjadi murid-Nya tetap bersatu dalam cinta, seperti Dia dan Bapa bersatu. Seperti dalam doa-Nya kepada Bapa bagi para murid-Nya, “Bapa, Aku berdoa agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau ... agar mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.”
       Kesatuan para murid menjadi sangat penting, karena Ia tahu bahwa sepeninggal Yesus mereka akan menghadapi aneka tantangan dan pencobaan. Dunia yang membenci Yesus, sepeninggal-Nya para murid pun akan menghadapi hal yang sama. Untuk itulah, dalam doa-Nya Ia memohon agar setelah kepergian-Nya kepada Bapa, Bapa sendiri yang menjaga dan memelihara, serta melindungi mereka dari yang jahat.
      Semoga dengan diketemukan alat-alat komunikasi modern seperti sekarang ini dapat mendorong kita untuk lebih bersatu. Untuk bersatu diperlukan semangat saling menerima, menghargai, mendengarkan, mengerti pihak lain meski berbeda. Ini menuntut kerendahan hati untuk bekerja sama, mengakui kesalahan dan kekurangan serta kemauan berjalan bersama sebagai saudara yang sama-sama dicintai Tuhan.  
     Kita mensyukuri atas kesempatan untuk menggunakan alat-alat komunikasi modern sekarang ini sebagai anugerah Allah sendiri, dengan menggunakannya secara bertanggungjawab. Bertanggung jawab kepada Allah dengan tujuan, agar Kabar Gembira Allah bisa sampai kepada semua orang.     
        Marilah menggunakan alat-alat komunikasi tersebut secara tepat dan lebih bijaksana dalam menanggapi suatu hal, serta mengkomunikasikannya dengan baik. (FX. Mgn)

Senin, 07 Mei 2012

MINGGU PASKAH VI (B) - Minggu, 13 Mei 2012


KASIHILAH SEORANG AKAN YANG LAIN
Kis 10:25-26.34-35.44-48;
1Yoh 4:7-10;
Yoh 15-9-17

    Biasanya, ketika kita menerima sesuatu dari orang lain, lalu kita mengucapkan terima kasih. Kenapa orang lain memberi sesuatu kepada kita? Kalau tidak ada kasih mana mungkin orang lain memberi sesuatu kepada kita. Kalau begitu orang lain telah lebih dulu mengasihi kita. Sebelum kita tahu apa itu kasih, kita sudah dikasihi. Sebelum kita sanggup berkata terima kasih, kita telah menerima kasih itu.

    Bayangkan, kalau orang tua kita tidak mengasihi kita, mana mungkin ada kita sampai saat ini. Kita ada sampai saat ini berkat kasih orang tua kita. Sejak dalam kandungan, kita telah dikasihi oleh kedua orang tua kita. Kita telah dijaga, dilindungi dan disayangi oleh bapak dan ibu kita. Sejak kita belum bisa apa-apa, hanya bisa nangis, kita telah dipelihara dan disayangi oleh kedua orang tua dan saudara-saudara kita. Kalau begitu kita ini adalah buah cintakasih kedua orang tua dan saudara-saudari kita. Sebelum kita mengenal cinta kasih, sejak awalnya telah lebih dahulu dikasihi. Baru kemudian kita mengenal kasih dan sanggup mengasihi.

    Seperti yang dikatakan Santo Yohanes pada bacaan kedua dalam suratnya yang pertama hari ini. ”Bukan kita telah mengasihi Allah tetapi Allahlah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai silih bagi dosa-dosa kita”. Kalau begitu kita telah dikasihi Allah lebih dulu. Kasih Allah itu telah mendahului hidup kita dan telah ada sebelum kita ada. Kasih Allah nampak dalam semua ciptaan, tumbuhan, binatang dan sesama manusia. Semuanya yang menjadi tempat dan lingkungan hidup kita adalah karya kasih Allah.

    Kasih Allah yang paling besar nampak dalam Putra-Nya Yesus Kristus, yang dianugerahkan bagi keselamatan kita. Karena kasih-Nya pada kita Ia rela menyerahkan nyawa-Nya untuk kita manusia dan para sahababat-Nya. Buah dari kasih itu nampak pada perhatian dan dukungan kita kepada sesama. Tidak dibatasi oleh kelompok atau golongan tetapi kasih itu memancar kepada semua orang.

    Sama seperti pada bacaan pertama tadi Petrus terbuka akan karya Tuhan pada bangsa-bangsa lain. Karya Tuhan nampak pada tindakan manusia yang saling mengasihi. Kalau kita telah mengasihi satu sama lain sama dengan telah melaksanakan kehendak Yesus sendiri, yaitu ”supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu”. Sebagaimana Yesus yang mengalami kasih Bapa karena berpegang pada kehendak Bapa, kasih Yesus juga akan mengalir pada kita, bila kita berpegang pada sabda-Nya dan melakukan kehendak Yesus.

    Marilah kita yang telah mengalami kasih Yesus bersama-sama menciptakan kasih persaudaraan, sebagaimana Kristus telah memberi perintah kepada kita. ”Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain”. (FX. Mgn)