SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 10 Januari 2011

INILAH ANAK DOMBA ALLAH YANG MENGHAPUS DOSA DUNIA

MG BIASA II (A)
Minggu, 16 Januari 2011

Yes 49:3.5-6;
1 Kor 1:1-3;
Yoh 1:29-34

Kadang-kadang saya merasa senior lalu menganggap remeh para yunior. Seringkali saya membanggakan diri bahwa semuanya ini bisa terjadi, karena saya sebagai orang pertama yang merintis dan membesarkannya. Karena sayalah kalian bisa menjadi orang, coba kalau dulu tidak ada saya mau jadi apa kalian?

Sifat-sifat ini tidak ada dalam diri Yohanes Pembaptis yang merupakan orang pertama mempertobatkan orang banyak. Yohanes adalah utusan Allah dan ia diberi kuasa membaptis banyak orang sebagai tanda pertobatan, tetapi tidak membuatnya sombong lalu meninggikan diri. Hal ini bisa kita perhatikan ketika Yesus datang kepadanya, Yohanes langsung menyambut-Nya dengan mengatakan, ”Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” Yohanes tidak kecewa atau merasa tidak menjadi pusat perhatian lagi, karena ia menyadari sebagai orang yang diutus Allah hanya mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias.
Mesias yang ditunggu-tunggu benar-benar telah datang dan berada di depan dirinya. Yohanes telah melihatnya sendiri dan mengingatkan dirinya ketika ia membaptis-Nya dengan air. Dari situ ia melihat Roh yang turun dari langit seperti burung merpati hinggap di atas-Nya. Yohanes mengakui Mesias membaptis dengan Roh Kudus dan ia memaklumkan pada khalayak bahwa Dialah Anak Domba Allah.
Yesus sebagai Anak Domba Allah pun lebih merendahkan diri. Walaupun Ia adalah Tuhan tetapi tidak lalu meninggikan diri-Nya. Ia setia akan tugasnya datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari lembah dosa. Ia mau turun ke dunia masuk dan hidup bersama manusia dan ikut merasakan bagaimana jerih payahnya manusia. Ia taat akan perintah Bapa-Nya dan rela menderita sampai wafatnya di kayu salib demi kita.

Kehadiran seseorang bisa mengubah sikap kita, bisa positif, bisa sebaliknya. Jika yang hadir Tuhan sendiri, pastilah daya positif yang dialirkan dalam diri kita. Apakah kita merasakan kehadiran Allah dalam diri kita? Kalau kita mau jujur Mesias yang datang ke dunia dengan segala pengorbanan-Nya menunjukkan cinta-Nya kepada umat manusia. Ia datang dan mengasihi kita dengan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita tetapi karena terdorong oleh cintanya pada kita. Ia membela kita dengan menyerahkan diri-Nya seutuhnya bagi keselamatan kita.

Bagaimana dengan kita?
Sebagai pengikut-Nya sudah selayaknya kita mau lebih menyadari kelemahan kita dan memasrahkan diri kepada-Nya. Tidak pantas kita membanggakan diri seolah-olah semuanya karena  keberhasilan kita. Sebagai orang orang tua akan lebih pantas disebut sebagai sandaran keluarga, bila mau menyerahkan seluruh dirinya demi keselamatan keluarganya. Rela meninggalkan segala kesenangan pribadi demi keluarga dan bangga kalau keluarganya hidup dengan tenteram dan damai. Keberhasilan mereka nampak dari sikap anak-anaknya yang berbakti pada orang tuanya. Anak-anak akan bangga atas pengorbanan orang tuanya yang telah mengantar mereka sukses dalam hidupnya. Sebuah gambaran keluarga yang mau menyambut kehadiran Sang Anak Domba Allah yang datang menyelamatkan umat manusia. Keluarga yang berusaha menjadi terang bagi sesama, agar supaya keselamatan dari Allah nyata sampai ke ujung bumi.
Marilah dengan rela dan penuh syukur mau menghadiri undangan perjamuan Sang Anak Domba Allah, serta berusaha menjadi keluarga yang mensyukuri karunia dari Allah Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus.  (FX. Mgn)