SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 27 Juni 2011

MAUKAH KITA DATANG KEPADA-NYA?

MINGGU BIASA XIV (A)
Minggu, 3 Juli 2011

Zak 9:9-10;
Rm 8:9.11-13;
Mat 11:26-40

Hidup di dunia ini seolah-olah dikejar-kejar oleh segala macam persoalan tanpa henti yang menjadi beban bagi manusia. Dalam situasi demikian Yesus datang dan menawarkan untuk meringankan beban. Maukah kita datang kepada-Nya?

Harus diakui bahwa sejak bangun pagi sampai malam mau tidur selalu ada persoalan hidup sebagai beban berat yang tiada habis-habisnya. Beberapa orang kehilangan orang terkasih. Sakit yang berkepanjangan. Mempunyai cacat fisik atau gangguan mental. Tidak bekerja karena pemutusan hubungan kerja. Beberapa orang diperbudak oleh zat-zat atau kebiasaan yang tidak baik seperti: minuman keras, merokok, narkoba, atau pornografi. Terluka hatinya karena perceraian. Kalau dirasakan membuat orang putus asa dan berbeban berat. Dosa apa kita kok harus mengalami penderitaan seberat ini?
Sementara menghadapi persoalan-persoalan hidup yang berat dan menumpuk seperti itu ada tawaran dari Tuhan Yesus untuk datang kepada-Nya. Yesus mengundang semua orang untuk diringankan beban mereka. Yesus tidak tanya siapa nama mereka, dari mana asalnya dan dari kelompok mana, berapa uang yang dibutuhkan untuk melunasi hutang-hutang mereka, dan juga tidak ditanya berapa besar dosa mereka. Yesus mengundang semua orang untuk belajar lemah lembut dan rendah hati. Tidak perlu marah dan emosi ketika menghadapi persoalan hidup, tetapi Ia mengajak mereka menghadapi persoalan hidup dengan lemah lembut dan rendah hati. Menghadapinya dengan penuh harapan dan percaya diri bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya, sepanjang mau mempercayakan hidupnya kepada-Nya. Tidak menganggap diri seolah-olah mampu mengatasi semua persoalan tanpa melibatkan Tuhan. Dengan memohon kekuatan Tuhan akan datang dukungan dari teman-teman dan tidak merasa ditinggalkan sendiri menghadapi kesulitan.

Bagaimana dengan kita sendiri.
Sebagai warga masyarakat pada umumnya kita juga tidak lepas dari segala permasalahan hidup, sakit penyakit, kematian, dosa dan kesalahan, karena kerapuhan kita sebagai manusia. Kalau sebagai pengikut-Nya masih menghadapi persoalan-persoalan sehari-hari yang belum bisa atasi, itu bukan berarti Tuhan meninggalkan kita. Tuhan hanya menguji kita sejauh mana kita mau sepenuhnya menyerahkan diri kepada-Nya. Misalnya, ketika kita sebagai umat beriman belum bisa memiliki tempat ibadah yang layak sebagai tempat untuk bisa memuji dan meluhurkan-Nya, bukan berarti Tuhan tidak lagi membutuhkan kita. Tuhan selalu peduli dengan kita sepanjang masih mau datang kepada-Nya. “Marilah datang kepada-Ku, kamu semua yang berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”  
        Semoga kehadiran Tuhan sebagai Sang Maha Lemah Lembut dan Rendah Hati melegakan dan menguatkan kita dalam menanggung beban dengan setia dalam pengharapan. (FX. Mgn)

Senin, 20 Juni 2011

MENERIMA DAN MENYANTAP TUBUH KRISTUS, SAMA DENGAN MENERIMA YESUS SUMBER KEHIDUPAN

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS (A)
Minggu, 26 Juni 2011

Ul 8:2-3.14b-16a;
1 Kor 10:16-17;
Yoh 6:51-58

      Manusia merasa bahagia hidupnya kalau bisa menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani. Mungkin ada orang yang tampak memiliki segala sesuatu dalam hidup, tetapi tidak bahagia karena tidak memberikan makanan kepada kehidupan rohaninya. Sebagaimana tubuh jasmani tidak bisa hidup tanpa makanan jasmani, demikian halnya tubuh rohani juga memerlukan makanan rohani. Karena hidup ini tidak hanya bersifat jasmaniah tetapi juga rohaniah, maka kedua-duanya harus diusahakan sembang agar kita memperoleh kebahagiaan dalam menjalani hidup ini.
      Itulah sebabnya karena kita memiliki Allah yang mahakuasa, maka setiap saat harus bersyukur kepada-Nya. Allah kita bukan hanya Allah yang mahakuasa, tetapi juga Allah yang mahakasih. Karena kasih-Nya, Ia sungguh memperhatikan kehidupan rohani kita agar kita kelak memperoleh kebahagiaan kekal. Dia telah mengutus Putra-Nya ke dunia untuk menyelamatkan kita. Putra-Nya rela menyerahkan jiwa raga-Nya dan mati disalib untuk menebus dosa kita. Bahkan karena cinta-Nya itu pula Dia menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya sebagai makanan dan minuman bagi jiwa kita. Ia menegaskan kepada semua orang bahwa jika orang tidak makan tubuh-Nya dan tidak minum darah-Nya, tidak mempunyai hidup dalam dirinya. Tetapi kalau orang makan daging-Nya dan minum darah-Nya, kelak akan mempunyai hidup kekal dan Ia akan membangkitkan di akhir zaman. Dengan demikian kalau kita percaya dan menerima Dia, akan memperoleh hidup abadi.
      Kata-kata Yesus di atas memang sulit kita pahami sama seperti orang-orang Yahudi yang bertengkar di antara mereka, ketika mereka mendengar sabda Yesus, ”Akulah roti kehidupan. Bila seseorang makan roti ini, ia akan hidup selamanya. Karena roti yang Kuberikan ini adalah tubuh-Ku sendiri”. Mereka tidak percaya, ”Mana mungkin Yesus dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan!” Kita pun bisa berpendapat demikian bila kita menerima kata-kata itu secara hurufiah atau tidak menerima dengan iman.
      Ini baru bisa dipahami setelah kita maknai kata-kata konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi yang diucapkan imam atas roti sebagai berikut: ”Terimalah dan makanlah; inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu”. Kata-kata ”Terimalah dan makanlah” ini merupakan tawaran Yesus kepada para pengikut-Nya untuk menerima ajaran-Nya dan menghayatinya. ”Terimalah”, berarti menerima sabda-Nya dengan hati terbuka dan melakukannya. ”Makanlah”, artinya memasukkan dalam tubuh kita, agar Yesus bersatu dengan diri kita. Yesus yang telah memberikan tubuh-Nya sendiri kepada kita, dan  kita menerima dan menyantap daging-Nya dan darah-Nya sama halnya menerima keseluruhan hidup Yesus sebagai sumber kehidupan.
     Kita semua telah memperoleh sumber kehidupan dengan menyantap roti yang satu, yaitu tubuh Kristus sendiri; jadi walaupun kita banyak merupakan satu tubuh dalam Kristus. Dengan menyantap roti yang satu itu; yaitu Tubuh Kristus sendiri, berarti kita semua telah menerima sabda dan karya-Nya yang bisa menjadi kekuatan di kala menghadapi rintangan atau kesulitan.
      Semoga dengan menyambut Tubuh Kristus dalam Ekaristi yang merupakan makanan rohani bagi Gereja, membuat kehidupan rohani kita berkembang dan berbuah dalam kehidupan sehari-hari. Selamat Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. (FX. Mgn)

Senin, 13 Juni 2011

ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS


HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS (A)
Minggu, 19 Juni 2011

Kel 34:4b-6.8-9;
2 Kor 13:11-13;
Yoh 3:16-18

        Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Tritunggal Mahakudus merupakan misteri iman kita yang tidak mudah diterangkan secara “gamblang”. Karena merupakan misteri, sulit dijangkau dengan kata-kata dan pikiran kita yang terbatas. Karena keterbatasan itulah bagi kita sangat sulit menjelaskan Pribadi yang tidak terbatas, Allah Tritunggal.
        Setiap hari, bahkan setiap saat, kita menyebut Allah Tritunggal; ketika kita membuat tanda salib dengan menyebut “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Pada saat mengucapkan doa “Kemuliaan”; kita menyebut “Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Jadi kita sering  menyebut unsur trinitas, tetapi kurang menyadari bahwa sejatinya kita telah mengimani Allah Tritunggal, Tiga Pribadi dalam kesatuan ilahi. Kalau demikian Allah Tritunggal hanya bisa kita imani bahwa Allah Bapa sebagai Sang Pencipta, dan Allah Putra yang lahir ke dunia menjadi utusan Bapa untuk menyelamatkan manusia serta Allah Roh Kudus yang menuntun dan mendampingi kita.
        Karena merupakan kesatuan yang ilahi Bapa dan Putra dan Roh Kudus, maka selalu saling mendukung. Bapa dalam berkarya selalu melibatkan Putra dan Roh Kudus. Allah Bapa mencipta, Allah Putra melalui sabda dan karya-Nya menyelamatkan dunia, lalu Roh Kudus mengingatkan serta menguatkan apa yang telah disabdakan Sang Putra. Ketiga-tiganya merupakan relasi kasih Allah Tritunggal yang akrab dan erat.
        Dalam Injil hari ini cinta kasih Allah Bapa kepada dunia nyata sekali bahwa Allah mahabaik; Allah bukan membenci dunia tetapi mencintai dunia ciptaan-Nya. Allah tidak menghukum tetapi menyelamatkan dunia. Sehingga Ia mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan dunia agar setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal. Itulah sebabnya Ia mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan manusia.
        Proses karya Allah ini diteruskan oleh Putra-Nya yang hidup di tengah dunia, yang mengalami sebagai manusia agar bisa mengangkat manusia dari jurang dosa menjadi sederajat dan kembali secitra dengan Pencipta-Nya. Selanjutnya peran ini akan diteruskan oleh Roh Kudus, Roh cinta kasih.
        Pada Perayaan Hari Raya Tritunggal Mahakudus ini, kiranya bisa membuka kesempatan bagi kita untuk merenung dan menyadari benarkah Allah Bapa berperan dalam hidup kita? Dan sejauh mana kita menyadari bahwa Yesus Kristus senantiasa menyertai kita lewat Roh Kudus?
        Semoga kita mau membuka hati dan menerima Putra-Nya yang membawa warta keselamatan bagi dunia. Dunia yang mau percaya dan menerima-Nya akan memperoleh damai sejahtera dan kehidupan kekal. (FX. Mgn)

Senin, 06 Juni 2011

YESUS MENGUTUS PARA MURID



HARI RAYA PENTAKOSTA
Minggu, 12 Juni 2011

Kis 2:1-11;
1 Kor 12:3b-7.12-13;
Yoh 20:19-23.
       
        Seringkali kita merasa takut, gelisah dan khawatir karena kehilangan pekerjaan, renggangnya hubungan suami istri, kehilangan orang yang paling kita kasihi, hubungan atau komunikasi di antara keluarga yang tidak harmonis serta berbagai persoalan hidup sehari-hari yang begitu berat. Ketika semua persoalan itu dapat diatasi, rasanya kita seperti lepas dari jerat kesesakan dan menemukan jalan keluar yang menyenangkan serta tidak takut-takut lagi.
        Perasaan demikian juga dialami semua orang terutama para murid yang berkumpul merayakan hari Pentakosta; tetapi setelah mereka dipenuhi Roh Kudus yang turun dalam gambaran lidah-lidah api hinggap pada mereka masing-masing, sejak saat itu para murid menjadi berani berbicara dan menyatakan diri akan imannya pada Yesus Kristus. Mereka memiliki keberanian dan kekuatan untuk menjadi saksi Kristus dan mewartakan kabar gembira Yesus Kristus kepada segala bangsa.  Mereka mulai berani berkisah akan Yesus karena dipenuhi Roh Kudus. Sejak saat itu mereka merasa tidak ditinggalkan sendirian, sebab setelah Yesus naik ke surga, maka penyertaan-Nya kepada manusia diteruskan oleh roh-Nya sendiri, Roh Bapa dan Putra, yaitu Roh Kudus. Kedatangan Roh Kudus sebagai bukti bahwa Tuhan senantiasa menyertai manusia. 
        Hal ini bisa kita lihat bagaimana Yesus mendekati para murid-Nya dan memberikan damai sejahtera kepada mereka. “Damai sejahtera bagi kamu.” Damai sejahtera yang mendamaikan mereka dengan sumber damai sendiri, yaitu Allah. Mereka dipersatukan dengan Tuhan sendiri dalam damai sejahtera satu dengan yang lain. Damai sejahtera itu juga harus diteruskan kepada orang lain seperti ajakan Yesus sendiri, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu.” Mereka menerima tugas perutusan dari Tuhan, seperti Bapa telah memberikannya kepada Yesus sendiri. Para murid diberi kekuatan melalui Roh Kudus, “Terimalah Roh Kudus. Barangsiapa kamu ampuni dosanya, dia diampuni. Yang kautetapkan dosanya, ditetapkan pula.” Para murid menerima Roh Kudus, Roh Allah sendiri yang membuat mereka mampu untuk meneruskan kasih Allah, yaitu mengampuni orang berdosa, agar mereka merasakan damai sejati itu.
         
         Bagaimana dengan kita?
        Kita pun sebagai murid Yesus di zaman sekarang ini, dianugerahi kekuatan pengampunan yang dapat memberikan damai dan sejahtera bagi sesama. Pertama-tama kita dituntut berani melihat dan menampilkan kebaikan seseorang daripada kejelekkannya. Sebab bagaimanapun juga setiap orang pasti punya kebaikan, karena memang dari awalnya semua orang diciptakan dari dan karena kebaikan. Kita semua diberi kekuatan untuk memperbaiki kesalahan dan ketidaksempurnaannya.
        Semoga kekuatan Roh Kudus berkarya dalam diri kita dan membimbing kita untuk percaya dan berani melihat kebaikan seseorang. (FX. Mgn)