SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Jumat, 04 Juni 2010

MENERIMA EKARISTI ATAU TUBUH KRISTUS MENERUSKAN CINTA KASIH TUHAN




HR RY TUBUH DAN DARAH KRISTUS (C)
Hari Minggu, 6 Juni 2010

Kej 14:18-20;    
1 Kor 11:23-26; 
Luk 9:11b-17

Seseorang yang mengundang pesta pasti sudah memperkirakan berapa banyak tamu undangan yang akan hadir. Makanan yang akan dihidangkan juga sudah disiapkan sesuai berapa orang yang akan datang. Karena bagi yang berhalangan datang akan memberitahukan ketidakhadirannya agar para tamu merasa senang dan pestanya menjadi meriah. Selanjutnya tidak akan terjadi kekurangan atau kelebihan makanan yang dihidangkan. Ini terjadi di kota-kota besar zaman sekarang.
Lain halnya di desa-desa kebiasaan ini belum umum. Pernah terjadi bahwa dalam suatu pesta pernikahan, si panitia kecewa karena yang hadir hanya sedikit, sehingga banyak makanan terbuang. Sebaliknya pernah terjadi juga panitia dibuat kalang kabut karena yang datang melebihi undangan.

Kisah itu juga pernah terjadi seperti dalam Injil hari ini. Pada saat itu Yesus berbicara kepada orang banyak tentang Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang-orang sakit. Orang-orang yang datang ingin mendengarkan ajaran Yesus terus melmpah. Kemudian Yesus memerintahkan kepada para murid agar memberi makan orang-orang banyak itu.  Hal ini membuat para murid kalang kabut, karena tidak menduga dalam pertemuan itu lebih dari 5000 orang yang datang. Kedua belas murid-Nya menjadi bingung bagaimana harus memberi makan orang sebanyak itu, sementara hari mulai malam dan yang ada hanya lima potong roti dan dua ekor ikan.
Itulah sebabnya para murid mengusulkan agar Yesus memerintahkan mereka pergi ke desa-desa dan kampung-kampung sekitar sini untuk mencari penginapan dan makanan sendiri-sendiri. Tetapi Yesus tidak setuju dengan usul itu. Yesus ingin agar para murid bertanggungjawab atas mereka. Yesus ingin agar para murid tidak membiarkan orang-orang itu kelaparan. Hal ini, bagi para murid tidak masuk akal. Maka para murid menyerah, karena tidak dapat menyediakan makan bagi ribuan orang itu.
Dalam situasi yang kacau dan dalam ketidakberdayaan itulah, akhirnya Yesus bertindak. Yesus merasa kasihan melihat para murid begitu kalang kabut, dan tidak bisa berbuat banyak. Maka Yesus mengambil roti dan ikan yang ada itu, dan Ia menengadah ke langit sambil mengucap syukur, seraya memberkatinya dan memecahkannya. Yesus menggandakan roti dan ikan itu cukup banyak bagi mereka semua yang hadir. Kepada para murid, Yesus memerintahkan untuk membagi-bagikan makanan kepada orang-orang banyak itu. Yesus tidak memberikan sendiri roti dan ikan itu, tetapi Ia menggunakan tangan-tangan para murid untuk menyebarkan kepada semua orang yang datang. Dalam kerjasama antara Yesus dan para murid itulah, akhirnya semua orang memperoleh makanan untuk hidupnya. Semuanya selamat.

Perbanyakan roti dan ikan di padang gurun adalah lambang partisipasi Yesus yang prihatin akan cinta kasih manusia yang sudah kendor. Orang tidak lagi dihargai sebagai manusia. Ini terlihat bagaimana para murid mengusulkan agar mereka semua pulang saja. Daripada merepotkan , meskipun para murid tahu orang-orang itu dalam keadaan lapar. Bagusnya, Yesus membuat keputusan lain. Yesus mengajak para murid-Nya untuk ambil bagian dari perwujudan cinta kasih-Nya. Ia mengajak untuk berkorban dengan mengorbankan sebagian harta milik mereka guna membantu kebutuhan pokok sesamanya.

Apakah kita juga berani untuk digunakan oleh Dia dalam menyalurkan keselamatan bagi sesama?
Ajakan Yesus itu sebenarnya juga berlaku buat kita ini. Kita diajak untuk ikut prihatin dengan keadaan sesama, di sekitar kita. Bukankah masih banyak kita jumpai setiap hari orang kelaparan yang mencoba bertahan dengan mengais-ngais sisa makanan. Bila mau membandingkan sikap kita. Kita sering menumpuk makanan yang sebenarnya tidak kita perlukan, hanya ingin menunjukkan bahwa kita mampu membelinya; atau kita dengan mudah membuang makanan sisa karena kita selalu menyediakan berkelebihan dari kebutuhan. Itu dalam hal pangan. Dalam sandang, begitu pula. Kita mudah terbawa arus mode yang setiap saat ganti. Mengganti yang masih baik dan pantas hanya karena tidak cocok dengan selera mode masa kini. Begitu pula HP, setiap ada model baru selalu mengganti yang sebelumnya hanya agar tidak dianggap ketinggalan mode. Dalam hal kemanusiaan, kita amat mudah merendahkan martabat sesama kita hanya karena sesama kita itu tidak mau menuruti kemauan kita.

        Bila kita mau merenungkan sejenak misteri Tubuh dan Darah Kristus, yang kita sambut dalam setiap kali ikut perayaan Ekaristi ada pesan yang disampaikan kepada kita. Menyambut Tubuh dan darah Kristus berarti rela untuk berkorban bagi keselamatan sesama sebagaimana dilakukan Yesus sendiri. Perbuatan Yesus, sebagaimana dirayakan dalam Ekaristi, Ia menyerahkan diri-Nya sebagai santapan bagi kehidupan. Menerima Ekaristi atau Tubuh Kristus, membawa konsekuensi meneruskan cinta kasih Tuhan kepada sesama, agar dunia secepatnya menikmati damai dan kasih-Nya. Semoga. (FX. Mgn)