SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 03 Januari 2011

INILAH PUTRA KESAYANGAN-KU, IA BERKENAN DI HATI-KU

PESTA PEMBAPTISAN TUHAN (A)
Minggu, 9 Januari 2011

Yes 42:1-4. 6-7;
Kis 10:34-38;
Mat 3:13-17

Dalam kotbahnya Yohanes Pembaptis mengajak semua orang agar bertobat dan dibaptis sebagai tanda pertobatan, karena kerajaan Allah sudah dekat. Banyak orang berbondong-bondong mengikuti anjuran Yohanes serta minta dibaptis. Dalam rombongan itu ada Yesus yang tidak berdosa ikut masuk dalam barisan orang pendosa dan Ia pun minta dibaptis. Ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes, Yohanes menolak sambil berkata, ”Akulah yang seharusnya Engkau baptis, tetapi kenapa Engkau datang minta dibaptis?”
Dari pernyataan  tersebut menunjukkan bahwa sikap Yohanes Pembaptis yang menempatkan kedudukan Kristus lebih tinggi dari pada dirinya. Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai “yang lebih berkuasa dari padaku” sehingga Yohanes tidak layak untuk melepaskan kasut-Nya. Sebab bagi Yohanes Pembaptis hanya Yesus saja yang dapat membaptis manusia dengan Roh Kudus dan api. Hanya Yesus saja yang dapat membawa pemulihan dan penebusan dosa oleh kuasa Roh Kudus. Sedangkan dirinya hanya diutus oleh Allah untuk membaptis umat Israel dengan air sebagai tanda pertobatan.
Tetapi kemudian muncul pertanyaan, “bukankah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan menggunakan air di sungai Yordan?” Apabila memang Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan air, bukankah berarti baptisan yang diterima oleh Yesus tersebut juga sebagai tanda pertobatan? 

Baptisan Yohanes Pembaptis memang baptisan untuk pertobatan bagi setiap orang yang berdosa. Tetapi Yesus yang bersedia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis pada hakikatnya sebagai penggenapan kehendak Allah, yaitu bahwa Yesus menerima perutusan Bapa untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Tugas itu dilakukan dengan menjadi senasib dengan situasi manusia yang paling buruk, yaitu dosa. Dengan menjadi senasib manusia, Dia akan bisa membawa manusia terangkat dari martabatnya dan diselamatkan. Jadi makna dari baptisan yang diterima oleh Yesus pada hakikatnya sebagai wujud dari sikap ketaatan-Nya yang mutlak kepada kehendak Allah; walaupun Dia adalah Anak Allah, Yesus bersedia memposisikan diri-Nya sama dengan umat manusia yang berdosa. Kristus bersedia merendahkan diri-Nya di tengah-tengah kehidupan umat manusia.
Dengan peristiwa baptisan di sungai Yordan tersebut dipakai oleh Allah bukan sebagai sarana bagi Yesus untuk mengaku dosa dan bertobat sebagaimana yang dilakukan oleh orang banyak; tetapi justru dipakai oleh Allah untuk mengurapi dan menahbiskan Yesus menjadi seorang Mesias. Pengurapan-Nya sebagai Mesias diteguhkan oleh suara Allah yang berkata: “Inilah Putra kesayangan-Ku, Ia berkenan di hati-Ku.” Suatu ungkapan yang menyatakan bahwa Dia adalah sungguh Putra Allah yang memang diutus Bapa ke dunia. Melalui pengurapan-Nya sebagai Mesias, Yesus kini menyandang gelar “Mesias” atau “Kristus” sebab Dia telah diurapi oleh Allah dengan Roh-Nya.
Yesus walaupun Mesias yang penuh dengan kuasa dan Roh Allah, dengan tulus Dia bersedia untuk merendahkan diri-Nya di sungai Yordan. Dalam perendahan diri-Nya, Kristus menjangkau dan merangkul semua umat agar memperoleh keselamatan dari Allah. Kristus tidak pernah membiarkan orang-orang yang putus-asa dan kehilangan semangat menjadi binasa. Karena itu dengan perendahan diri-Nya, Kristus dapat menolong dan memulihkan setiap orang yang telah putus harapan dan kehilangan semangat hidup.

Bagaimana sikap kita?
Bagi kita yang sudah dibaptis dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, adalah baptisan pertobatan sekaligus baptisan untuk bergabung dalam kasih Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan Roh Kudus; diharapkan bisa mewujudkan kasih kepada sesama. Sikap Kristus tersebut perlu kita kembangkan dan sebarkan di berbagai aspek kehidupan ini, yaitu sikap saling mengasihi. Dengan sikap saling mengasihi akan banyak orang mengenal Dia, bahwa Yesus adalah penyelamat dunia. Karena siapa pun orangnya yang menerima Dia akan diselamatkan. (FX. Mgn)