SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 28 November 2011

MINGGU ADVEN II (B) Minggu, 4 Desember 2011

LURUSKAN JALAN BAGI DATANGNYA TUHAN DENGAN BERTOBAT

Yes 40:1-5.9-11;
2 Ptr 3:8-14;
Mark 1:1-8

        Walau masih tiga minggu namun suasana Natal sudah mulai terasa. Kita melihat di taman-taman kota, beberapa jalan dan gedung perkantoran sudah mulai dihias pohon natal. Pusat perbelanjaan mulai diserbu pengunjung yang berbelanja untuk mempersiapkan natal nanti, dengan meriah dan menyenangkan. Benarkah ini merupakan persiapan natal yang sesungguhnya? Apakah ini merupakan persiapan menyambut kedatangan Emanuel, Tuhan Penyelamat kita yang tepat?
        Yohanes Pembaptis dalam bacaan Injil hari ini membuat sesuatu yang sangat berbeda jauh dengan hal-hal di atas. Ia tidak menghias rumahnya dengan mengisi perabotan yang serba baru dan tidak membeli baju baru untuk dirinya, tetapi ia cukup berpakaian kulit unta yang kasar. Tidak menyiapkan minuman keras atau menumpuk makanan untuk berpesta, tetapi hanya dengan makan belalang dan madu hutan secukupnya.
        Yohanes malah berkeliling ke jalan-jalan, lapangan dan sepanjang Sungai Yordan mengingatkan semua orang agar “bertobat dan memberikan diri dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu …” Yohanes dengan tegas mengingatkan orang akan pertobatan. Pertobatan artinya meluruskan arah hidup kembali kepada kehendak Allah demi kebahagian kita. Pertobatan berarti juga mengarahkan diri kita kepada kehendak Tuhan dengan meninggalkan apa pun yang menghambat dan yang menghalangi kita menuju kebahagiaan bersama Allah. Itulah sebabnya seruan dan ajakan Yohanes Pembaptis dalam mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan dengan mengingatkan kita semua melalui baptisan tobat. Baptisan yang menandai tekad untuk membuka lembaran baru. Lembaran baru, yaitu sikap bertobat dengan mempersiapkan diri dengan membuang yang jahat, membersihkan yang kotor, dan melakukan yang baik.
        Pesan Yohanes dalam menyiapkan kedatangan Tuhan sungguh tepat dengan mengajak kita semua agar berani menanggalkan sikap yang lama dengan membiarkan diri dituntun Allah sendiri dengan mendekat kepada-Nya kembali. Sebab Yang Ilahi bukan lagi sebagai yang akan datang menghukum dan memperhitungkan dosa-dosa kita melainkan sebagai Dia yang akan membawa kembali umat-Nya menuju kebahagiaan bersama-Nya. Ia bukan lagi yang menuntut dan hanya memandang serta memperhitungkan dosa-dosa kita, melainkan Ia datang menguatkan manusia.

        Bagaimana mempersiapkan kedatangan Tuhan?
        Mempersiapkan dan meluruskan jalan bagi datangnya Tuhan yang tepat telah dilakukan Yohanes Pembaptis melalui tindakan dan kehidupannya yang sederhana. Tidak harus hidup berfoya-foya dengan berpesta fora. Hidup sederhana dan hemat, makan secukupnya, pakaian tidak harus baru. Hatinya yang harus baru. Yohanes juga minta kepada kita agar bertobat. Bertobat berarti meninggalkan apa-apa yang dirasa tidak pantas di hadapan Tuhan dengan melakukan hal-hal yang berkenan kepada Allah. Itulah sebuah contoh yang tepat bagi kita bagaimana sebaiknya menyambut kedatangan Tuhan.
        Semoga ajakan Yohanes Pembaptis ke arah datangnya Tuhan, bisa membangkitkan semangat kita untuk menata arah hidup yang baik dengan berdamai dengan Allah. Berdamai dengan Allah yang juga mendorong untuk berdamai dengan sesama, dengan tidak hanya melihat kesalahan orang lain tetapi mau melihat kesalahan sendiri agar kita layak menyambut kehadiran-Nya. (FX. Mgn)

Senin, 21 November 2011

MINGGU ADVEN I (B) Minggu, 27 November 2011

BERJAGA-JAGA DAN SIAP SIAGA

Yes 63:16b-17; 64:1.3b-8;
1 Kor 1:3-9;
Mark 13:33-37
       
        Menanti atau menunggu dan mengharapkan adalah tindakan yang memerlukan ketabahan dan kesabaran. Sebabnya apa? Sebab menunggu membawa orang pada situasi ketidakpastian, pada apa yang akan terjadi dan kapan itu terjadi. Misalnya menunggu jawaban beberapa lamaran pekerjaan yang sudah berminggu-minggu. Ada perasaan cemas diterima atau tidak? Atau menunggu istri di rumah sakit yang akan melahirkan; ada perasaan galau dan senang bercampur menjadi satu selama menunggu. Bagaimana keadaan anak saya dan ibunya nanti?
        Mulai minggu ini kita pun terbawa dalam suasana menunggu atau menanti karena sudah memasuki masa Adven. Masa Adven adalah masa penantian. Dalam masa Adven pertama ini merupakan masa penantian dan merenungkan misteri kedatangan mulia Kristus pada akhir zaman.
        Mungkin kita juga ada perasaan jenuh dan lelah karena hal ini merupakan penantian yang cukup panjang bagi para pengikut-Nya sejak dua ribu tahun lalu. Ternyata sampai sekarang ini kedatangan kedua kalinya sebagai tanda akhir zaman, masih dalam suasana penantian. Memang dalam masa penantian, biasanya timbul perasaan yang tidak menyenangkan dan membosankan. Orang sering dibuat frustasi dan bosan karena sungguh tidak tahu pasti kapan kedatangan Tuhan. Walau kita percaya kedatangan-Nya pasti, tetapi kapan waktunya kita tidak tahu. Menurut Yesus, yang dibutuhkan hanyalah berjaga-jaga dan bersiap-siaga. Kita diminta agar selalu berjaga-jaga siang dan malam dan tidak lalai atau ”tertidur”, tetapi selalu siap siaga menyambut kedatangan Tuhan. Yesus berpesan, ”Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamana waktunya tiba.”

        Berjaga-jaga seperti apa?   
        Berjaga-jaga sambil melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, tidak perlu dengan cemas atau tegang. Melanjutkan tugas hidup kita setiap hari dengan baik dan bertanggungjawab. Menanti dengan sabar dan selalu berharap kepada-Nya. Sebab bagi kita, masa Adven tidak lagi serupa dengan penantian yang tidak jelas, tetapi penantian yang jelas dan pasti. Dalam masa Adven ini sikap batin kita diarahkan pada situasi penantian akan perjumpaan dengan Tuhan yang akan mengubah hidup kita. Demikian juga, yang kita rayakan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran-Nya pun jelas dan pasti. Namun yang lebih utama dan penting dalam hidup kita adalah sikap batin dan cara hidup kita yang selalu siap siaga dan berjaga menantikan kedatangan-Nya yang kedua kalinya seperti tergambar dari Injil hari ini. ”Apa yang Kukatakan kepadamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” Karena itulah Gereja mengaitkan masa Adven sebagai penantian kedatangan-Nya yang kedua dengan penuh kerinduan.
        Marilah menantikan kedatangan Tuhan dengan kegembiraan dan kepasrahan, agar Natal nanti bagi kita menjadi saat pesta dengan penuh makna sebenarnya, yaitu pesta keselamatan dan kedamaian. (FX. Mgn)

Senin, 14 November 2011

MENGASIHI YANG TERSISIH SAMA HALNYA MENGASIHI YESUS

HR RY TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM (A)
Minggu, 20 November 2011

Yeh 34:11-12.15-17;
1 Kor 15:20-26a.28;
Mat 25:31-46

Seringkali kita terkecoh oleh segala sesuatu yang nampak sepintas di depan mata kita. Seseorang dengan penampilannya sangat sederhana, ternyata ia adalah seorang atasan. Pernah terjadi seorang pastor muda mengunjungi warga didampingi oleh seorang prodiakon yang sudah ”sepuh”. Kedatangan mereka disambut oleh warga dengan hangat dan penuh kerinduan karena mereka jarang memperoleh kunjungan pastor. Perhatian warga bukan pada pastor muda tadi, tetapi pada prodiakon yang sepuh yang mengantarnya. Ternyata setelah memperkenalkan diri, mereka baru tahu dan sadar bahwa orang yang masih muda tadi adalah pastornya.
Penampilan sosok diluar perkiraan kita dan di luar anggapan banyak orang juga terjadi dalam bacaan-bacaan hari ini, yang menampilkan sosok Raja Semesta Alam. Raja yang kita sambut hari ini ternyata adalah Tuhan yang mengasihi dan bukan Tuhan yang menakutkan. Sosok seorang gembala, pelayan yang sederhana dan tidak menonjolkan diri, bukan seperti penguasa yang selalu menuntut untuk ditaati dan dilayani.
Lazimnya penampilan seorang raja sebagai sosok yang Mahajaya dan Mahamulia yang berdaulat dan berkuasa. Namun dalam Bacaan Pertama ditampilkan sosok raja yang sama sekali berbeda: bukan sebagai seorang maharaja dunia yang dikelilingi oleh dayang-dayang dan pasukan bersenjata, tetapi sebagai seorang gembala yang penuh perhatian mempedulikan kawanan dombanya, khususnya yang terlantar dan tersesat di kala menghadapi masa yang tidak begitu cerah, ”hari berkabut dan hari kegelapan.” Pada saat seperti ini Raja yang kita elu-elukan bertindak bagaikan gembala: yang hilang dicari-Nya, yang luka dibalut-Nya, yang sakit dikuatkan-Nya, yang terlupakan diperhatikan-Nya, dan yang tersingkir direngkuh-Nya.
Gambaran seorang Raja yang ditampilkan dalam Injil hari ini, Ia sebagai Raja yang akan datang dalam kemuliaan dan bersemayam di atas tahta kemulian-Nya yang dikelilingi malaikat-malaikat-Nya, yang menghimpun semua bangsa dihadapan-Nya, lalu memisahkan mereka seorang dari seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing. Namun Raja yang mulia itu kemudian mengidentifikasi diri dengan orang-orang kecil di dalam masyarakat: yang lapar, yang haus, yang telanjang, yang sakit, yang asing, yang mendekam di dalam penjara. Semua orang yang peduli pada kelompok terpinggirkan ini diikutsertakan dalam pemerintahan Raja Kristus; demikian sabda-Nya: ”Mari, kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”

Bagaimana dengan kita?
Kita sebagai pengikut-Nya diminta ikut berperan dalam pemerintahan-Nya, tetapi keikutsertaan kita tidak dengan menonjolkan martabat dan kejayaan. Karena orang yang dianggap layak ambil bagian dalam pemerintahan kerajaan Kristus adalah orang yang bisa menangkap kehadiran Kristus Raja dalam diri orang-orang yang mau mempedulikan mereka yang terpinggirkan. Kalau kita gagal atau sengaja tidak mau mempedulikan orang-orang kecil dan lemah itu, tidak layak ambil bagian dalam pemerintahan Raja Kristus. Bahkan kemungkinannya diusir dari hadapan-Nya, dikutuk dan dienyahkan ke dalam api kekal yang telah disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
Marilah kita hidup berbagi dan mau berbuat sesuatu yang baik kepada yang lemah dan tersisih. Dengan melakukan yang terbaik kepada mereka yang adalah saudara-saudari Yesus, sama dengan berbuat kasih kepada-Nya. (FX. Mgn)

Senin, 07 November 2011

MENSYUKURI ANUGERAH ATAS TALENTA YANG KITA MILIKI

MINGGU BIASA XXXIII (A)
Minggu, 13 November 2011

Ams 31:10-13.19-20.30-31;
1 Tes 5:1-6;
Mat 25:14-30 (Mat 25:14-15.19-21)

Semua orang menghendaki hidup di dunia ini bahagia dan di surga kelak pun bahagia. Kerajaan surga yang digambarkan dalam Injil hari ini seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang mempercayakan hartanya kepada hamba-hambanya. Ada yang diberi lima talenta, ada yang dua talenta dan ada yang satu talenta sesuai dengan kesanggupannya. Mereka harus mempertanggungjawabkan semua talenta yang diberikan. Ternyata yang dua orang melipatgandakan uang yang diberikan, sedangkan yang satu tidak mau mengembangkan uangnya, ia menyimpan saja. Oleh tuannya, orang yang ketiga ini dicela dan dibuang karena tidak bertanggungjawab.
Inilah yang juga terjadi dengan hidup rohani kita sebagai orang kristiani. Kepada setiap orang Tuhan telah memberikan talenta berupa bakat dan kemampuan. Suatu saat kita harus mempertanggungjawabkannya. Dengan demikian kita harus ”menjalankan talenta” itu, dengan mengembangkan dan memanfaatkannya demi kebaikan bersama. Orang yang memendam talenta adalah orang yang tidak bertanggungjawab, yang tidak bersyukur atas karunia yang diterimanya. Orang-orang seperti ini bukan hanya disebut hamba yang ”jahat dan malas, tetapi juga disebut hamba yang tidak berguna dan harus dibuang ke dalam kegelapan yang paling gelap. Bila kita merenungkan perumpamaan ini, kita menjadi sadar betapa besarnya tanggungjawab kita terhadap karunia, bakat dan kemampuan yang dikaruniakan Tuhan kepada kita yang harus dikembangkan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Bila demikian, kepercayaan selalu meminta tanggungjawab. Tanggungjawab dan kepercayaan yang diberikan akan menambah kepercayaan yang lebih besar untuk selanjutnya. Dalam dunia kerja pun bila seseorang ingin dipercaya dengan tugas yang besar, akan dicoba dengan diberi kepercayaan atau tugas yang kecil dulu. Bila memang ia bertanggungjawab akan hal-hal kecil itu dengan baik, ia akan diberi tugas yang lebih besar lagi. Bila dia tidak bertanggungjawab atas tugas-tugas yang yang kecil, biasanya ia tidak akan diberi kepercayaan yang lebih besar lagi. Malah kadang dapat dipecat atau tidak digunakan lagi.
Persoalannya ialah kita sering terjebak untuk membandingkan talenta kita dengan yang lain dan ingin mempunyai talenta yang sama seperti yang dimiliki orang lain. Akibatnya kita jatuh pada rasa iri dan memandang rendah talenta yang kita miliki. Sikap memandang rendah akan talenta yang kita miliki membuat kita tidak mampu melihat karunia Allah. Dengan demikian, kita tidak pernah bahagia. Sebab, kebahagiaan itu terkait erat dengan kesediaan kita menggunakan dan mengembangkan talenta kita. Banyak orang yang merasa memiliki “sedikit” talenta, tetapi mensyukuri dan menggunakan serta mengembangkannya dengan rajin. Mereka justru dikelilingi oleh kebahagiaan ketimbang mereka yang mempunyai banyak talenta tetapi tidak pernah mensyukuri yang dimilikinya.
Hari ini Yesus mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita. Apakah kita sudah menggunakan dengan baik talenta yang dipercayakan Tuhan kepada kita? Andaikata dalam hidup ini kita hanya mengeluh karena kita tidak mempunyai sesuatu atau karena kita tidak mengalami perubahan, bisa jadi semuanya ini karena kita tidak mensyukuri dan menggunakan pemberian Allah dengan baik. Marilah kita mensyukuri anugerah Allah berupa talenta yang kita miliki, dengan mengembangkannya dalam hidup kita sebagai persiapan hidup kita yang akan datang. (FX. Mgn)