SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 02 Juli 2012

MG BIASA XIV (B) Minggu, 8 Juli 2012



“SIAP MENDERITA DAN SIAP DITOLAK”

Yeh 2:2-5;         
2 Kor 12:7-10;                       
Mrk 5:9:1-6

      mBah Kasanredjo terkenal sebagai ”orang tua” atau dhukun. Banyak orang dari luar daerah yang anggota keluarganya sakit minta ”air putih” kepada mBah Kasan karena ia memang sangat dikenal manjur atau ”cocok” kalau menolong orang. Namun ia kurang ”cocok” kalau menolong orang di daerahnya sendiri. Para tetangga terdekatnya jarang yang minta tolong kepadanya, karena mereka memandangnya sebagai ”orang biasa” sama-sama petani di daerahnya.
      Dalam Injil hari ini Yesus yang telah banyak membuat mukjizat dan mengajar serta menyembuhkan orang sakit di tempat-tempat lain, mengalami perlakuan yang mirip dengan mBah Kasan tadi ketika Ia pulang kampungnya. Waktu Ia mengajar dengan bagusnya orang mulai tertegun. Tetapi lama kelamaan mereka mulai berbisik, ”Lho itu kan anak Maria dan Yosep tetangga kita...” Mereka tidak percaya dan menolak ajaran-Nya. Sungguh mengherankan Yesus ditolak di kotanya sendiri. Tidakkah mereka seharusnya bangga bahwa anak dari kampungnya menjadi begitu populer. Rupanya Yesus pun kecewa karena mereka pada tidak percaya. Dan karena mereka tidak percaya, Yesus juga tidak membuat mukjizat di situ. Karena mukjizat membutuhkan iman kepercayaan dan penerimaan serta kerendahan hati.
      Sejak zaman Perjanjian Lama ada orang-orang yang dipilih dan diutus untuk menyuarakan kehendak Allah. Orang-orang itu mendapatkan anugerah Roh Kenabian, misalnya Nabi Yehezkiel. Mereka adalah orang-orang biasa yang dipanggil dengan segala kelemahan dan kerapuhannya. Demikian juga Paulus dipanggil Tuhan yang merefleksikan bahwa kelemahan itu perlu agar ”kuasa Tuhan menjadi sempurna”. Yesus yang dipilih Allah sebagai Mesias pada zaman-Nya, diutus untuk mempertobatkan dan memelihara kawanan domba Allah. Tetapi Ia menghadapi orang sebangsanya yang menolak diri-Nya. Hal itu disadari-Nya, karena memang demikianlah perlakuan manusia terhadap nabi-nabinya.
      Nampaknya menghargai orang lain dan menerima ajaran bukanlah hal yang mudah, apalagi bila orang yang memberi pengajaran adalah ia yang kita kenal masa lalunya. Seringkali kita tidak menghargai orang lain, karena hanya melihat penampilannya dan asal-usul orang itu. Tidak menghargai kemampuannya atau karya dan perjuangannya. Orang memperjuangkan keadilan dan kebenaran seringkali malah dihabisi. Mereka ditumpas habis. Kendati mendapat penolakan, sebagai pejuang dan nabi hendaknya terus setia pada Allah, melaksanakan tugasnya mewartakan keadilan dan kebenaran. Dalam hal iman, kalau para nabi bahkan Yesus sendiri ditolak di kotanya sendiri, apalagi kita para pengikut-Nya. Kita menjadi orang yang dipanggil dan diutus mewartakan kabar gembira harus siap mengalami penderitaan berupa penolakan.
      Marilah kita belajar dari pengalaman Yesus. Yesus yang tetap hadir dengan cara yang sederhana: memberi bekal ilahi melalui Sakramen Ekaristi. Yesus yang mengampuni melalui imam dalam Sakramen Pengampunan. Memberi rahmat perkawinan untuk saling mencintai. Memberi kekuatan pada mereka yang sakit. Jangan sampai rahmat Allah yang dijanjikan kepada kita, hilang hanya karena kita menolak/tidak menghargai mereka yang menyampaikan hanya karena kita tahu siapa dia. (FX. Mgn)