SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Rabu, 12 Agustus 2009

EKARISTI ADALAH SANTAPAN KUDUS

MG BIASA XX/B
Ams 9:1-6; Ef 5:15-20; Yoh 6:51-58

Tubuh-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku benar-benar minuman

Ketika Yesus mengatakan, Akulah roti hidup yang turun dari surga, maka orang-orang Yahudi makin tidak sepaham dengan-Nya. Apalagi ketika Yesus mengatakan: ”Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, maka kalian tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kalian” maka orang-orang Yahudi itu makin ribut dan bertengkar sesama mereka.
Dalam hal ini Yesus ingin menjelaskan bahwa diri-Nya adalah sungguh-sungguh makanan dan minuman yang diberikan kepada manusia.

Mereka menjadi marah dan bingung, karena selalu berpikir akan makanan dan minuman yang membuat kenyang perutnya. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus dapat memberikan daging dan darah-Nya untuk dimakan orang? Mana mungkin orang disuruh makan daging orang dan minum darah orang? Bukankah haram kalau makan darah? Apalagi daging dan darah manusia!
Dalam pikiran mereka tidak bisa menangkap makna terdalam dari pernyataan Yesus. Mereka tetap tertutup untuk mempercayai Yesus. Mereka tidak menangkap keselamatan dalam diri Yesus.

Kita pun sulit menangkap pernyataan Yesus, bagaimana kita harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya, kalau kita tidak bisa menerima pernyataan itu dengan iman. Mungkin kita sendiri juga merasakan iman kita belum begitu besar seperti orang-orang Yahudi pada saat itu.

Pada hal bagi Yesus pemberian diri-Nya itu jelas bahwa makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya adalah berarti orang harus percaya kepada-Nya dan mau hidup bersama Dia. Pemberian diri itulah yang memang harus Ia berikan pada saat Yesus disalib, suatu pemberian diri secara penuh bagi keselamatan manusia yang percaya.

Menerima Yesus berarti menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya, bukan hidup yang sia-sia dengan tidak mengenal Allah. Maka kenallah Kristus, dengan ajaran-Nya, tanggalkanlah manusia lama dan kenakanlah manusia baru yang benar dan kudus. Mengerti kehendak Allah yaitu hidup dengan kebaikan, kelembutan hati dan hidup dengan penuh kesabaran seorang terhadap yang lain.

Ini bisa kita maknai dan rasakan ketika sambut dalam ekaristi yang akan menyelamatkan kita. Menerima Roti yang akan diberikan-Nya adalah diri-Nya, yang dikorbankan demi kehidupan dunia. Ekaristi adalah santapan kudus, Tubuh dan Darah Kristus, makanan yang bukan hanya mengenyangkan batin atau rohani tetapi juga menyembuhkan serta mengampuni dosa kita dan mengenyangkan sampai kehidupan kekal. Bila kita sambut roti itu, Kristus akan hidup dalam diri kita selama-lamanya. (FX. Mgn)

AKULAH ROTI HIDUP

MG BIASA XIX/B
1 Raj 19:4-8;
Ef 4:30 - 5:2
Yoh 6:41-51

Akulah roti hidup yang turun dari surga.

Waktu itu Yesus mengatakan carilah roti kehidupan kekal, jangan hanya roti yang bisa binasa. Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal yang diberikan Anak Manusia. Mereka makin habis kesabarannya untuk minta roti karena mengalami bahaya kelaparan dan mereka masih ingin hidup. Dan kini Yesus mengatakan: ”Akulah roti hidup yang turun dari surga ”, maka orang-orang Yahudi makin bersungut-sungut karena tahu persis bahwa Dia itu jelas-jelas anak Yosef dan Maria.

Sejatinya apa yang dikatakan Yesus: ”Akulah Roti Kehidupan. Siapa pun yang makan roti ini tidak akan mati untuk selamanya” adalah pernyataan diri-Nya sebagai yang memberi hidup. Barangsiapa menerima Dia dalam hidupnya, dan menjadikan Dia sumber daya hidup, jelas akan memperoleh kehidupan yang kekal. Dia sungguh menjadi roti kehidupan bagi kita dan bagi banyak orang, seperti yang Ia katakan: ”Roti yang aku berikan adalah diriku sendiri, yang diberikan kepada dunia agar hidup.”
Perdebatan mengenai roti yang memberi daya fisik, sehingga orang lapar dikenyangkan dan tidak mati; berubah menjadi roti dalam pengertian iman, yaitu hidup kekal bersama Tuhan. Hidup beriman kepada Yesus sungguh hidup dalam semangat kebersamaan dan saling menguatkan satu sama lainnya.

Semoga kita sebagai pengikut-Nya, dan sebagai orang yang telah menerima Dia sebagai daya hidup menjadi ”roti kehidupan” bagi banyak orang. Melalui pemikiran dan tindakan kita memberikan inspirasi demi kehidupan orang lain agar lebih meningkat dan lebih baik. (FX. Mgn)