SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 12 September 2011

BERSYUKURLAH, SEBERAPA BESAR KARUNIA TUHAN YANG KITA PEROLEH

MINGGU BIASA XXV (A)
Minggu, 18 September 2011

Yes 55:6-9;
Flp 1:20c-24.27a;
Mat 20:1-16a
       
Pada umumnya seorang pekerja berpendapat bahwa semakin banyak bekerja semakin banyak penghasilan yang diperolehnya; bila berprestasi juga berharap mendapat penghargaan dan  imbalan, disamping gaji yang diterima. Tetapi perumpamaan dalam Sabda Tuhan hari ini barangkali akan membuat kita bertanya; Dia memberi upah yang sama untuk jerih payah yang berbeda untuk menggambarkan Kerajaan Surga.
Pekerja yang bekerja dari pagi, dengan yang datang belakangan diupah sama, yaitu satu dinar. Tentu saja pekerja yang dari pagi tidak puas dengan tindakan tuannya, ia protes dan menuntut keadilan agar yang datang lebih awal menerima upah lebih banyak dibanding yang datang kemudian. Mengapa Yesus berbuat demikian? “Apakah pantas? Apakah Tuhan adil?" Sebuah pernyataan yang sulit dipahami secara konkret, meski kalimatnya jelas dan lugas.
Bahwa logika dan pikiran Tuhan sangat berbeda dengan manusia. Perumpamaan itu mengetengahkan satu sikap Allah yang selalu ingin menarik orang datang kepada-Nya. Ia memanggil orang di setiap waktu dan tidak pilih-pilih orang, tetapi semua ditawari kesempatan untuk bekerja di kebun anggur-Nya. Ternyata Tuhan memang adil dalam perjanjian kerja yang datang lebih awal akan diberi satu dinar. Dan yang datang belakangan juga diberi satu dinar juga. Tuhan tidak merugikan yang datang lebih awal karena sudah memberikan sesuai dengan perjanjian. Upahnya sama, siapa pun yang mau bekerja tidak dibeda-bedakan menurut lamanya waktu bekerja. Kelihatannya yang datang belakangan diberi banyak, tetapi Tuhan memberikan karena belas kasih dan kemurahan hati-Nya. Belas kasih memang melebihi keadilan karena belas kasih diberikan kepada semua orang yang dengan tulus mau terlibat dalam menanggapi kehendak Tuhan. Mereka yang dengan tulus dan ikhlas menanggapi kehendak Tuhan akan diberikan “kebahagiaan surga”. Entah mereka yang bertemu Tuhan sejak dalam kandungan ibunya, entah sejak lahir, entah sejak di bangku kuliah, entah yang hanya beberapa saat bertemu Tuhan sebelum meninggal; semuanya diberi “kebahagiaan surga”.
Apakah itu adil? Mungkin secara manusiawi itu tidak adil karena semua diberi surga. Tetapi menurut Tuhan, itu adil karena Dia telah memberikan kepada manusia seperti yang Ia janjikan, yaitu kebahagiaan surga untuk siapa pun mereka yang menanggapi kasih-Nya. Tuhan menghendaki sejak penciptaan manusia, agar semua manusia dapat memperoleh kebahagiaan kekal bersama Dia di surga. Tuhan tidak akan menanggapi mereka yang iri hati dan memprotes keadilan menurut Tuhan, tetapi Tuhan melihat sejauh mana kesetiaan akan panggilan hidupnya dalam menanggapi kehendak-Nya. Ia tidak melihat seberapa lama manusia beragama, seberapa banyak berdoa, dan seberapa besar berderma, tetapi Ia melihat seberapa besar manusia itu bersyukur kepada-Nya.
Marilah fokus pada apa yang harus kita kerjakan dan mensyukuri seberapa pun karunia Tuhan yang kita terima. Bukan memprotes dengan mempersoalkan berapa besar pada apa yang bisa kita peroleh. Bukankah kita adalah manusia berdosa yang telah diselamatkan Tuhan dari sengat maut. Itu sebabnya Tuhan berhak atas hidup kita sepenuhnya, berhak memberikan apa pun yang pantas dan perlu kita peroleh. Apabila kita protes, bukankah itu tandanya kita merasa iri hati? (FX. Mgn)