SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 25 Juni 2012

MG BIASA XIII (B) Minggu, 1 Juli 2012



"DENGAN SALING BERBAGI AKAN TERJADI KESEIMBANGAN”

Keb 1:13-15; 2:23-24;
2 Kor 8:7.9.13-15;
Mrk 5:21-24.25b-43

Kepala rumah ibadat yang bernama Yairus, anak perempuannya yang berumur duabelas tahun sakit parah dan hampir mati. Yairus minta kepada Yesus agar datang ke rumahnya untuk menjamah dan menyembuhkan anaknya. Namun, belum sampai Yesus tiba di rumah Yairus, anak itu sudah meninggal dunia. Para tetangga ikut sedih atas kematian anak itu. Karena anak itu sudah mati, banyak orang mentertawakan Yesus ketika Dia mengatakan bahwa anak itu tidak mati, tetapi hanya tidur. Mereka tidak percaya bahwa Yesus punya kuasa untuk membangkitkan orang mati.
      Tanpa menghiraukan omongan banyak orang, Yesus mengajak Petrus, Yakobus dan Yohanes serta orang tua anak itu masuk ke kamar di mana anak itu dibaringkan. Mereka yang diajak Yesus itu adalah yang punya kepercayaan bahwa Yesus bisa berbuat sesuatu untuk menolong mereka. Dan kepercayaan inilah yang ditanggapi Yesus. Yesus memegang tangan anak itu dan berkata, ”Hai anak-Ku, Aku berkata kepadamu, bangunlah” Seketika itu juga anak itu bangun dan berjalan. Anak itu hidup kembali. Seluruh keluarga menjadi penuh kesukaan, dan orang-orang lain menjadi takjub.
      Yesus mau dan rela berbuat apa saja demi keselamatan umat manusia. Seluruh hidup Yesus memang dibagikan kepada kita. Itulah yang diajarkan kepada kita agar kita juga mau berbagi sesuai dengan kelebihan yang kita miliki masing-masing. Hidup berbagi inilah juga yang disuarakan lagi oleh Rasul Paulus kepada umat di Korintus pada bacaan kedua hari ini. ”Maka hendaklah sekarang ini kelebihanmu melengkapi kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian melengkapi kekurangan kamu. Dengan saling berbagi akan terjadi keseimbangan.
      Untuk apa kita menumpuk harta, sementara mereka di sekitar kita serba kelaparan dan anak-anak mereka tidak bisa sekolah? Mungkin saja kita setiap Minggu bisa beribadah di tempat ibadah yang megah dan berpendingin ruangan. Tetapi apakah sadar banyak diantara kita tidak bisa ke gereja karena keterbatasannya. Untuk pergi ke tempat ibadah pun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Tidak mungkin orang tinggal di kota ini pergi ke suatu tempat biar dekat sekalipun, tanpa mengeluarkan biaya untuk naik kendaraan. Tentu berbeda dengan di kampung sejauh apapun bisa jalan kaki. Kenapa kita harus menghukum mereka dengan membiarkan mereka tidak bisa ke gereja. Seringkali kita malah menghukum mereka yang sedang mengalami kesulitan dengan mengatakan, ”Biar saja. Salah sendiri, kenapa tidak mau berusaha?”
      Menjadi pertanyaan bagi banyak orang, apakah kita sudah ”kaya dalam pelayanan kasih?” Apakah kita sudah bisa disebut kecukupan dalam iman, dalam perkataan dan pengetahuan; kalau kita tidak peduli dan belum membantu mereka yang kekurangan. Kenapa kita tidak peduli kepada mereka, bahkan membenci mereka? Kepedulian kita kepada mereka bukan berarti memanjakan mereka.

Bagaimana seharusnya?
Kita mesti belajar dari Guru kita yang peduli dan mau berbagi. Yesus bukan membiarkan atau tidak mau berbuat apa-apa ketika melihat kematian anak Yairus, tetapi Ia tergerak hati-Nya untuk menolong Yairus yang sedang mengalami kesulitan. Ia tidak tega melihat Yairus sedih kehilangan anak perempuannya. Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas maut. Ia bukan saja punya kuasa untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi juga menghidupkan orang yang telah mati. Semoga kita sebagai pengikut-Nya juga mau berbuat yang sama seperti yang dilakukan Yesus. Kita diajak menjaga keutuhan iman kita dengan mewujudnyatakannya dalam perbuatan dan perhatian terhadap sesama. Keutuhan iman kita bukan diwarnai rasa dengki dan iri sebagai ciri khas Kitab Kebijaksanaan pada bacaan pertama hari ini. (FX. Mgn)