SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 13 September 2010

DIPUJI KARENA KECERDIKANNYA


MG BIASA XXV (C)
Hari Minggu, 19 September 2010

Am 8:4-7;
1 Tim 2:1-8;      
Luk 16:1-13 (16:10-13)

      Ghathul, seorang pegawai yang bekerja di bagian pengiriman barang sebuah perusahaan swasta nasional yang sudah mapan, diisukan bahwa ia tidak jujur dan kekayaan yang ia peroleh dicurigai dari hasil korupsi. Desas-desus ini sampai kepada pimpinannya, maka ia diminta pertanggungjawaban dengan membuat laporan keuangan. Ia terancam dipecat oleh pimpinannya, mulai bulan depan tidak boleh bekerja lagi di perusahaan itu.

      Sambil merenungkan kemungkinan laporannya nanti ditolak oleh pimpinannya, maka ia memutar otaknya yang sedang tegang itu dengan ide yang menarik. Waktu satu bulan cukup baginya untuk menyelamatkan dirinya yang kelak akan menjadi penganggur. Ia tiba-tiba tahu apa yang dibuatnya, agar tetap ada orang yang menampungnya biarpun ia tidak bekerja lagi. ”Saya harus hidup, harus makan ....” Wajarlah, bila dalam keadaan terjepit ia mencari sahabat yang bisa menolongnya.
      Lalu ide itu dijalankannya. Tanpa memberi tahu alasannya, mulai hari itu ia mengatakan kepada semua pelanggannya bahwa selama satu bulan ini biaya pengiriman barang akan diturunkan 40%. Bisa dibayangkan, betapa gembiranya hati mereka mendengar  kebijaksanaan pegawai itu. Mereka berpikir, bahwa pemotongan besarnya biaya pengiriman itu merupakan perintah pimpinan.
      Dengan harap-harap cemas pegawai itu menyerahkan laporan keuangan kepada pimpinannya. Melihat laporannya itu atasannya bukannya marah tetapi malah memuji pegawai yang tidak jujur itu. Laporan keuangan mengalami peningkatan yang mencolok dari bulan sebelumnya. Pegawai itu dipuji karena kecerdikannya dalam mengantisipasi kemungkinan buruk. Di tengah persaingan yang sangat ketat dengan menurunkan biaya pengiriman maka akan banyak pelanggan yang menggunakan jasa perusahaan itu. Alhasil, pemasukan bulan itu meningkat drastis 60% lebih. Apakah pegawai yang berani membuat kebijakan penurunan biaya pengiriman itu dianggap tidak jujur? Melanggar peraturan?
     
      Merenungkan Injil hari ini kita mestinya mau belajar dari cerita tentang bendahara yang tidak jujur, tetapi dipuji majikan karena kecerdikannya. Bendahara tadi dipuji majikannya bukan kesalahan yang dilakukan melainkan karena kecerdikannya mencermati situasi. Bendahara tadi telah memotong hutang para pelanggannya, di satu pihak ia merugikan majikannya tetapi dari lain pihak ia menguntungkan pula. Bendahara tadi berpikir bahwa majikannya tidak akan bangkrut, kalau ia memotong hutang beberapa orang langganannya. Bendahara itu ingin mengambil hati dan bersahabat dengan orang banyak. Keuntungan lain nama majikannya itu menjadi lebih harum dan dipuji-puji orang, karena kemurahan hatinya setelah diringankan hutangnya.
      Memang perbuatan bendahara tadi dalam kehidupan dunia nyata ini bisa diartikan anak-anak dunia yang diperlawankan dengan anak-anak terang. Orang-orang duniawi segera menangkap keadaan itu, lalu dengan cerdik mencari akal agar jangan sampai rugi ataupun celaka. Namun anak-anak terang seringkali takut. Banyak terjadi, orang tidak mau berbuat apa-apa karena takut resiko, takut dicela dan takut menghadapi kegagalan. Sejatinya perjuangan memerlukan pengorbanan. Sekarang ini dibutuhkan bukan sekedar yang bersih tetapi orang yang berani mengambil keputusan cepat dan tepat walau beresiko, serta berani mengambil terobosan-terobosan. Bukan orang yang selalu diliputi keragu-raguan. Seharusnya demikianlah pula orang yang bakal mempunyai Kerajaan Allah, yaitu anak-anak terang, agar segera menangkap keadaan itu dalam terang iman. Caranya yang paling tepat ialah menggunakan uang demi kepentingan sesama yang membutuhkan. Kalau kita melekat pada harta kekayaan dan tidak mau berbagi dengan sesama yang membutuhkan, kita telah mendewakan Mamon dan menjauhkan diri dari Allah. Dengan bersikap cerdik dalam mengelola uang, manusia tidak membiarkan diri dikuasai oleh uang, melainkan terlindungi dari bahaya serakah. Orang yang cerdik dalam menggunakan uang dan tidak tamak hatinya, pasti akan mau bersahabat dengan siapa pun. Dengan demikian orang yang banyak uang pun akan diterima di dalam kemah abadi yaitu di rumah Bapa.
     
      Marilah kita menimba pengalaman pada Gathul pegawai perusahaan swasta yang cerdik dalam mengelola keuangan perusahaan tadi, dan merenungkan perkataan Yesus dalam Injil tentang bendahara yang memperoleh pujian dari majikan dengan tidak melihat ketidakjujurannya tetapi karena kecerdikannya mencermati situasi. (FX. Mgn)