SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Selasa, 24 Juli 2012

MG BIASA XVII (B) Minggu, 29 Juli 2012



“BERBAGI SEKECIL APAPUN DALAM TUHAN AKAN MENJADI BERKAT BAGI SESAMA”

2 Raj 4;42-44;
Ef 4:1-6;
Yoh 6;1-15

      Pada tahuan 60-an di sebagian daerah negara kita pernah dilanda kelaparan besar karena gagal panen dan serangan hama tikus. Banyak orang makan seadanya, bahkan ada yang terpaksa makan bonggol pisang dan bulgur. Banyak orang yang menderita penyakit kekurangan makan, bisa makan gaplek itu sudah lumayan.
      Di banyak tempat lain di negara kita juga masih banyak orang menderita kelaparan, bahkan di kota-kota besar banyak orang jadi gelandangan yang terpaksa hidup mengemis. Beberapa orang yang kaya mempunyai makanan cukup tetapi lebih mengutamakan kepentingan keluarga sendiri mengingat sistuasinya sedang rawan pangan. Orang miskin terpaksa menderita kelaparan dan kehausan akan perhatian, kasih dan cinta. Mereka haus akan sapaan dan uluran perhatian pribadi dari orang lain.  Mereka hidup di negara yang makmur tetapi  tetap kekurangan kasih yang membuat mereka menderita, merasa terpinggirkan dan kesepian.
      Menyaksikan situasi seperti itu kita sebagai pengikut Kristus ditantang di mana cinta kasih kita kepada sesama. Apa yang harus kita lakukan? Mau apa kita? Mau diam saja? Mau pura-pura tidak melihat? Tentu semua itu diserahkan kepada kita. Masihkah kita punya hati?
      Namun, kalau kita memperhatikan bacaan Injil hari ini, Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memberi makan kepada banyak orang yang kelaparan pada waktu itu. Filipus menjawab: ”Biar dibelikan roti duaratus dinar juga tidak cukup untuk mereka walau masing-masing kebagian secuwil roti saja.” Hal itu menunjukkan bahwa Filipus tidak mau tahu terhadap mereka. Tetapi Yesus menyuruh para murid memperhatikan mereka dengan memberi makan. Salah seorang murid Andreas saudara Simon Petrus mendapati seorang anak kecil membawa lima roti dan dua ekor ikan. Dalam keterbatasan, untung anak kecil itu memberikan bekalnya itu kepada Andreas  lalu diserahkan kepada Yesus. Jelas, dengan roti dan ikan yang sedikit ini tidak akan  membantu apa-apa terhadap lima ribu orang yang datang berbondong-bondong menemui Yesus., namun anak itu memberikan yang sedikit itu kepada Yesus untuk digunakan. Rasanya ada seciuwil iman dalam anak itu, bahwa Yesus dapat menggunakan yang sedikit itu untuk sesuatu yang lebih besar. Memang dari secuwil itu, akibatnya sungguh besar. Dalam Yesus, roti dan ikan yang sesdikit itu dapat mencukupi kebiutuhan limaribu orang yang datang dan masih siasa.

      Bagaimana dengan kita?
Seringkali ketika menjumpai persoalan besar, misalnya menghadapi kelaparan masal di negara kita, lebih mudah menghindar seperti Filipus tadi. Bagaimana mungkin kita yang kecil dengan kterbatasan dana dapat membuat sesuatu dan memberikan makan kepada berjuta-juta orang yang kelaparan. Mustahil!. Itulah seperti yang dipikirkan para murid pada jaman Yeus dulu.
      Memang kalau kita sendiri jelas tidak mampu apa–apa, tetapi kalau yang kita lakukan dalam keterbatasan bekal itu kita mau merelakannya kepada Yesus untuk digunakan bagi orang-orang kecil itu dapat berguna juga. Apalagi kita memberikannya dalam kebersamaan, maka yang kecil-kecil itu akan terkumpul menjadi besar dan lebih berdaya guna. Sebab bagi Tuhan yang penting bukan besarnya bekal kita, tetapi lebih pada keterbukaan  dan keikhlasan kita membagikan kepada orang lain. Dalam keterbatasan itu, bila kita satukan dalam Tuhan segalanya mungkin terjadi. Tentu bagi mereka yang berkelimpahan diharapkan mambantu lebih dengan memberikan sumbangan yang lebih.
        Marilah  kita mulai berbagi kepada orang lain, sekalipun kecil kalau dipersembahkan kepada Tuhan, maka akan berkelimpahan. Dengan saling berbagi, menjadi murid Tuhan kita menciptakan Kerajaan Allah di sini dan sekarang ini. ( FX. Mgn