SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 25 Januari 2010

KESELAMATAN DITAWARKAN KEPADA SIAPA SAJA TANPA PILIH KASIH

MG BIASA IV / C 
(Hari Minggu, 31 Januari 2010)
Yer 1:4-5, 17-19;               
1 Kor 12:31-13:13;                  
Luk 4:21-30

Dalam kehidupan keluarga dan kemasyarakatan sekarang ini, ada kecenderungan tidak saling menghargai dan sering mengecilkan orang lain. Perasaan iri dan curiga ketika melihat tetangga atau teman yang berhasil dalam pendidikan atau memperoleh kemajuan usahanya. Timbul kecurigaan dan meremehkan dengan mempersoalkan asal-usul orang itu atas keberhasilan hidupnya.  

Hal yang sama ketika Yesus mengajar di rumah ibadat di kota asalnya. Yesus dengan penuh wibawa dan memikat menyampaikan pengajaran di depan banyak orang. Banyak yang kagum mendengarkan pengajaran-Nya, tetapi orang sedesanya di Nazaret tidak mau mendengarkan karena mereka mengetahui asal-usulnya dan keadaan keluarganya. Mereka tahu bahwa Yesus yang adalah anak Yusuf, maka pada memandang rendah. Mereka menolak Yesus yang mengajar dengan penuh keyakinan dan kebenaran. Mereka iri atas kehebatan Yesus. Mereka tidak senang bila ada orang yang lebih tinggi di antara mereka.

Apa lagi ketika Yesus mengatakan bahwa Dia datang juga bagi bangsa-bangsa lain. Serentak semua orang yang menjadi pendengar Dia waktu itu sangat marah. Aneh bagi mereka bahwa Yesus yang dilahirkan dari kalangan mereka ternyata berkarya juga bagi bangsa lain. Perasaan mereka pada misi Yesus yang ditujukan untuk semua bangsa membuat mereka bertindak di luar kontrol. Mereka menghalau Yesus ke luar kota untuk dilempar ke dalam jurang. Aneh memang. Sikap mereka menjadi pemarah dan bertentangan dengan kasih. Sikap mereka bertentangan dengan ajaran Rasul Paulus. Rasul Paulus mengajarkan bahwa kasih itu tidak cemburu, tidak demi kepentingan sendiri, tidak pemarah, dll. Karena sekalipun kita mempunyai bahasa roh, bakat, kurnia, pengetahuan bahkan iman yang sangat besar, sehingga bisa memindahkan gunung, bila tanpa cinta kasih, maka tidak ada gunanya.

Bagaimana dengan keluarga kita?
Banyak keluarga sekarang ini tidak saling menghargai, tidak ada rasa hormat terhadap satu sama lain. Banyak pasangan dalam kehidupan rumah tangga tidak dengan kedewasaan. Beberapa keluhan istri misalnya, para suami melarikan diri dari masalah yang ada, baik masalah ekonomi ataupun masalah komunikasi dengan pasangan dan anak. Ada juga suami-suami yang kehadirannya di rumah ditakuti oleh istri dan anak-anaknya.
Sebaliknya, ada juga keluhan para suami di mana sang istri terlalu mendominasi pembicaraan, berbicara kasar dan melecehkan, sampai kepada materialistis yang tidak terkendali. Di kasus lain, anak mencontoh sikap berbicara culas sang ibu ataupun mengikuti pola hidup yang materialistis sehingga sang ayah terintimidasi dan diam mengalah, terasing di rumah sendiri.
Kekacauan-kekacauan hubungan suami-istri itu dengan mudah melunturkan rasa hormat anak kepada orangtua. Sikap melarikan diri dari persoalan ataupun terus-menerus mencari kesenangan diri tidak akan membuat kita ataupun anak-anak kita mempunyai kehidupan yang baik.

Hal ini menjadi perhatian bagi kita semua, masihkah kita mengamalkan ajaran kasih? Seperti yang diajarkan Kristus? Hendaknya dalam mewujudkan kasih, tidak egois, tidak hanya mementingkan diri sendiri. Kasih itu rendah hati, bila ada teman yang tampil menjadi pemimpin, kita dukung serta kita hormati. Kasih buat semua, dimulai dari keluarga menyebar ke semua orang. Kasih tidak merasa diri lebih di antara satu sama lainnya tetapi saling melengkapi. Kasih tidak saling bertentangan atau menolak pendapat yang berbeda tetapi saling memahami. Seperti halnya Yesus yang mendapat penolakan di negerinya sendiri, Ia tetap berjalan lewat meneruskan penjalanannya sesuai dengan rencana Allah dan meneruskan karyanya (Luk 4:30). Ajaran Yesus tegas, bahwa kasih pada hakekatnya menyelamatkan, dan keselamatan hendaknya ditawarkan kepada siapa saja yang membutuhkannya tanpa pilih kasih.  (FX. Mgn)