SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 15 Februari 2010

BERTOBAT DARI DOSA DAN KETERIKATAN DUNIAWI DENGAN BERBUAT AMAL KASIH


MG PRAPASKAH I / C 
(Hari Minggu, 21 Februari 2010)
Ul 26:4-10;                 
Rm 10:8-13;
Luk 4:1-11

Dalam masa Prapaskah Gereja mengajak kita semua untuk mawas diri, untuk mengendapkan diri dan bertobat. Karena kita menyadari bahwa, sepanjang masih diberi kesempatan hidup, manusia berpeluang melakukan dosa dan sulit untuk menghindari godaan-godaan.

Bermacam-macam godaan yang menghadang hidup ini terutama godaan ”jasmani”. Godaan jasmani berupa kenikmatan duniawi, uang atau harta membuat banyak orang lupa diri dengan korupsi dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Apa lagi ada kesempatan dan mempunyai kekuasaan, lalu timbul keinginan memanfaatkan kesempatan itu untuk memperoleh materi dengan cepat dan mudah. Sekarang ini banyak sekali orang tergoda untuk memperoleh jabatan atau pangkat agar memungkinkan untuk segera memiliki semuanya itu dengan jalan pintas. Kecenderungan mengikuti godaan ”jasmani, pangkat atau jabatan” membuat sesama kita tidak bisa memperoleh kesejahteraan hidup. Dari semuanya itu tanda lunturnya kesetiaan pada Tuhan dan iman.

Bagaimana dengan kita?
Belajar dari pengalaman Yesus ketika Ia puasa 40 hari lamanya, Ia terasa lapar dan haus, setan menggoda-Nya dengan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti. Yesus mengatakan, ”Manusia hidup bukan dari roti saja.” Sabda ini, mengingatkan kita agar dalam hidup ini jangan hanya mengejar materi berupa kekayaan, kenikmatan, dan kesenangan-kesenangan semata. Hal ini, karena orang tidak akan puas dan berhenti soal itu. Setelah memperoleh kelimpahan materi akan menerima tawaran godaan yang lain, yaitu kekuasaan dan pangkat atau jabatan.
Yesuspun mendapat tawaran kemuliaan dan kekuasaan dari Iblis jika Ia mau menyembah Iblis. Tetapi Yesus menolaknya, ”Hanya kepada Tuhan Allahmu engkau menyembah dan berbakti.”
Dari sini kita menjadi tahu tidak ada sesembahan lain kecuali hanya kepada Allah. Iman kita dipertanyakan, sejauh mana kesetiaan kita pada Yesus dan mengikuti kehendak-Nya? Kesetiaan pada Tuhan dan iman kita kepada-Nya seringkali diuji, ketika kita hanya menuruti keinginan-keinginan duniawi berupa materi, kekuasaan dan kedudukan lalu lupa pada Tuhan?
Seringkali kita tergoda untuk tidak setia dan berbakti kepada Tuhan, misalnya ada rasa malas ke gereja, malas mengikuti pertemuan lingkungan, karena merasa tidak ada yang kita dapatkan.

Bagaimana mengatasi godaan-godaan itu?
Dalam masa Prapaskah Gereja mengajak kita semua untuk mawas diri, untuk mengendapkan diri dan bertobat. Menyadari bahwa Tuhan sangat memperhatikan umat-Nya, maka diharapkan kita menanggapinya dengan membuka diri, dan berusaha untuk mengatasi godaan-godaan serta memberi kesempatan hidup kepada sesama dan berbuat amal kasih, melakukan ulah tapa dan mati raga dengan berpuasa sebagai bentuk pertobatan. Berpuasa, kita bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus jasmani. Tetapi rasa lapar jasmani yang kita alami dalam berpuasa itu, hanya merupakan sarana atau alat yang membantu kita menyadari bahwa sebagaimana orang yang tidak makan dan minum akan merasakan kelemahan dan ‘penderitaan’. Sebab setiap orang yang terpisah dari Yesus akan mengalami penderitaan dan kesusahan dalam hidup mereka.

Dengan berpantang dan berpuasa, Gereja mengajarkan kepada kita untuk mau menunjukkan bela rasa kita kepada orang-orang yang menderita, dengan menyisihkan harta dan kekayaan kita kepada mereka yang kekurangan. Dengan berbagi kepada mereka diharapkan kita memiliki kerelaan hati untuk menanggung sedikit penderitaan dalam hidup dengan menahan lapar dan haus. Agar orang-orang yang selalu merasakan kelaparan dan kehausan dalam hidupnya bisa merasakan nikmatnya mengunyah dan menelan makanan serta meneguk air. Itu artinya bahwa berpuasa baru bermakna bila apa yang tidak dimakan atau tidak diminum selama kita berpuasa itu dengan rela dan sukacita diberikan kepada mereka yang selama ini tidak bisa menikmati makanan dan minuman. Tanpa tindakan memberikan apa yang tidak dimakan dan apa yang tidak diminumnya untuk orang-orang yang kelaparan dan kehausan sebenarnya kita belum menjalankan puasa, tetapi hanya sekedar tidak makan dan minum saja.

Marilah dalam masa Prapaskah ini berhenti berpikir dari hal-hal duniawi semata, dengan berpantang dan berpuasa serta berbuat amal kasih kepada sesama yang kekurangan dan menderita, sebagai tanda bahwa kita menolak godaan dan ajakan setan. Seperti Yesus yang digoda setan agar Ia menjatuhkan diri dari puncak bukit, tetapi Ia menolaknya dengan mengatakan: ”Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu”. (FX. Mgn)