SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Jumat, 06 November 2009

MEMBERI BERDASARKAN IMAN, BUKAN MEMBERI DENGAN HITUNG-HITUNGAN

MG BIASA XXXII/B
1 Raj 17:10-16;
Ibr 9:24-28;
Mrk 12:38-44

Cinta kasih akan nampak bila dinyatakan dalam tindakan. Seringkali kita berbicara tentang cinta kasih, tetapi begitu untuk membuktikan kita pikir-pikir dulu dan berhitung dulu. Semua pengeluaran uang harus dengan perhitungan yang cermat. Apa lagi pada masa keuangan seret, wajar jika orang membuat skala prioritas. Yang dianggap terpenting didahulukan, yang lain terpaksa diabaikan.

Seperti sikap janda di Sarfat ketika Nabi Elia datang minta dibuatkan roti. Mulanya ia menolak karena tepung miliknya tinggal segenggam lagi. Hanya cukup untuk dimakan berdua bersama anaknya. Ini prioritas pertama! Namun, Elia memberinya janji ilahi. Jika sang janda berani membalik prioritasnya dengan mendahulukan pemberian untuk sang hamba Tuhan, tepung itu tak akan habis. Janji ini tampaknya tak masuk akal, tetapi sang janda mengimani. Mukjizat pun terjadi. Ia bisa memberi, tetapi tetap berkecukupan!

Begitu juga janda miskin yang memberikan seluruh harta milknya dua keping uang ke dalam peti persembahan bukan berarti ia tidak dengan perhitungan. Janda miskin itu mengorbankan segala milik duniawinya sebagai kesaksian atas imannya akan Sabda yang memberi kehidupan secara lebih jujur. Dalam kemiskinannya ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan dengan begitu ia mengungkapkan imannya yang mendalam. Ia memberikan segala-galanya yang ia miliki kepada Tuhan karena menganggap Tuhan lebih penting daripada keperluan hidupnya sendiri.

Demikian juga, Allah yang mau mengambil resiko mengorbankan Putra-Nya sendiri, agar manusia bersedia mengorbankan dirinya. Manusia dituntut mau mengorbankan yang mereka miliki. Dengan tidak segan-segan mempersembahkan yang kita miliki kepada Tuhan, maka pada saatnya Tuhan akan memberikan yang lebih banyak dan berarti bagi hidup kita. Tuhan akan memberikan berlipat ganda, bila kita rela mempersembahkan yang kita miliki kepada-Nya.

Semoga cerita tentang dua janda tadi menggerakkan kita untuk memberi dan berbagi untuk kehidupan orang lain. Memberi berdasarkan iman bukan memberi dengan hitung-hitungan. Karena Allah telah memberi kehidupan kita dengan segala kemurahan-Nya dan berkat-Nya tanpa perhitungan. Allah tidak pernah menarik dan meminta kembali. Bahkan Allah justru meminta kita untuk membagi-bagikan pemberian-Nya itu kepada sesama yang membutuhkannya. (FX. Mgn)