SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 08 Februari 2010

BERBAHAGIALAH ORANG MISKIN DAN CELAKALAH ORANG KAYA?

MG BIASA VI / C      
(Hari Minggu, 14 Februari 2010)
Yer 17:5-8;                 
1 Kor 15:16-20;
Luk 6:17. 20-26
Orang miskin kok berbahagia? Menurut pikiran kita yang berbahagia itu ya orang kaya! Orang kaya kecukupan segala-galanya: sandang, pangan dan papan, sedangkan orang miskin mau makan saja seadanya dan baju hanya yang menempel di tubuh. Bagaimana mungkin orang miskin berbahagia? Lagian siapa yang mau miskin? Kebanyakan orang maunya ya kaya!
Tetapi memang harus diakui bahwa orang miskin makin banyak di antara orang-orang kaya dalam dunia yang sudah modern ini. Miskin harta membuat orang tidak berkuasa untuk memperbaiki hidupnya.  Karena tidak berkuasa, orang itupun tidak berdaya dan tipis harapannya untuk memperoleh bantuan orang lain. Orang miskin tidak memiliki jaminan hidup dan sumber pertolongan kecuali dari Allah. Mereka hanya mengandalkan kemurahan dan belas kasih Allah. Maka mereka hidupnya tergantung sepenuhnya kepada Allah. Orang seperti ini yang disebut miskin di hadapan Allah.
Orang miskin tentu menderita, tetapi bagi orang miskin menjadi luar biasa kalau orang miskin yang terhimpit aneka kesulitan itu, tetap bersikap rendah hati dan berusaha hidup seturut kehendak Allah. Inilah yang dimaksud Yesus, “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.” Yesus memuji orang miskin, orang yang lapar dan yang menangis. Bahkan kita diajak merasakan dan menemukan kebahagiaan melalui perjuangan hidup manakala kita dibenci karena iman kepercayaan kita kepada Sang Anak Manusia, atau dikucilkan, dicela dan nama baik atau harga diri kita diremehkan. Kita diajak bersikap rendah hati dan berhati murni serta pembawa damai, meski mengalami penganiayaan, celaan dan fitnah. Namun kita percaya, bahwa orang yang mau bersakit-sakit dahulu akan memperoleh keberhasilan di kemudian hari. Orang yang mengandalkan Tuhan adalah orang yang "terberkati." Segala daya dan upayanya akan memperoleh hasil dan bertumbuh subur karena diberkati Tuhan.
Lalu kenapa Yesus mengatakan, tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburan” Apakah Yesus hanya perhatian kepada orang miskin? Tidak! Ia juga perhatian kepada orang kaya. Yesus juga berbicara kepada orang kaya, yakni orang yang berkelebihan, orang yang tak merasakan kekurangan apa pun. Kepada orang kaya tidak dikatakan kalian tak memiliki Kerajaan Allah. Namun yang Ia katakan bahwa, kehidupan mereka itu tidak ada artinya bila puas dan merasa aman dengan mengandalkan kelimpahan hartanya semata. Mereka akan celaka dan tidak akan memperoleh penghiburan kelak karena sekarang telah memperolehnya. Orang kaya yang dimaksud ialah yang menyombongkan diri dengan kekayaannya, acuh tak acuh terhadap Allah dan sesama, atau malah menindas orang yang tak mampu.
Dalam menjalani hidup ini, kita dihadapkan dua sikap dasar yang saling bertolak belakang yaitu kemiskinan dan kekayaan. Bila sekarang kebetulan sedang dikaruniai rezeki baru sedikit, ya tak usah putus asa, nanti ada saatnya akan dikenyangkan dan tertawa. Bila sekarang kebetulan sedang dikaruniai rezeki melimpah, ya tidak usah sombong. Celakalah orang yang sekarang kenyang dan tertawa, karena nanti akan lapar dan berduka cita.
Dengan demikian bisa ditarik kesimpulan bahwa hanya yang mengandalkan Allah entah kaya atau miskin akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan kata lain yang menentukan seseorang bisa memiliki Kerajaan Allah, bukan soal kaya atau miskin harta tetapi sikap dan pandangan mereka terhadap Allah. Meskipun orang miskin harta tetapi tidak pernah bersyukur, adanya hanya mengeluh dan merasa kurang terus, mereka tidak bakal memiliki Kerajaan Allah. Sebaliknya orang kaya yang tidak menggantungkan diri pada kekayaannya semata dan rela berbagi kepada sesama yang membutuhkan, maka orang kaya itu pun bisa memiliki Kerajaan Allah.
Marilah kita sikapi sabda bahagia tentang ‘berbahagialah orang miskin dan celakalah orang kaya’, dengan mewujudkan kasih, keadilan dan damai di antara sesama. Dan marilah kita hanya mengandalkan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya. Karena orang yang percaya dan bergantung kepada-Nya akan memperoleh berkat Allah yang melimpah-limpah. Semoga. (FX. Mgn)