SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 27 Desember 2010

YESUS SANG BINTANG SEJATI MENAMPAKKAN DIRI KEPADA DUNIA

HR. PENAMPAKAN TUHAN
Minggu, 2 Januari 2011

Yes 60:1-6;
Ef 3:2-31.5-6;           
Mat 2:1-12

Munculnya Bintang di Timur menandakan lahirnya seorang Raja atau Pemimpin baru, yaitu Yesus Kristus yang akan menggembalakan umat manusia. Pertama kali yang melihat bintang itu adalah tiga orang sarjana, orang Majus dari Timur yang bukan bangsa Yahudi.

Kabar tentang kelahiran-Nya membuat dunia heboh mulai dari para gembala sampai dengan para bijak atau orang-orang majus dan penguasa saat itu yaitu Herodes. Baik para gembala maupun orang-orang majus mendapat bimbingan dan tuntunan langsung dari langit dengan "isyarat atau tanda" yang sesuai dengan cara berpikir masing-masing. Tuhan berbicara lewat penampakan malaikat dan bala tentara surgawi kepada para gembala. Ia menampakkan diri lewat isyarat dan pemikiran para ulama yang kaya akan ilmu pengetahuan. Ia pun menampakkan diri kepada mereka lewat orang yang memiliki niat “tidak baik” seperti Herodes.
Dengan hadirnya Bayi mungil sederhana dalam palungan di Betlehem menunjukkan bahwa karya keselamatan Allah bagi dunia mulai tampak. Allah juga menampakkan kuasa-Nya untuk mengantar setiap orang menyambut serta menikmati keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Tuhan yang mau turun kepada manusia, yang hidup dan berada dalam situasi manusia. Ia berkenan turun ke dunia menampakkan karya keselamatan-Nya, juga membuka jalan bagi siapa saja untuk mengantar kepada keselamatan itu. Keselamatan telah ditawarkan tinggal mereka yang mengetahui mau memahami dan menerima atau menolak keselamatan itu. Sebagian besar umat manusia menerima dan menyambut-Nya, tetapi ada juga orang-orang yang seperti Herodes menolak-Nya.
Para sarjana dari Timur menjadi saksi yang melihat sendiri Bayi Yesus, mereka memahami tanda-tanda dari langit dan mereka memihak Raja yang baru lahir. Mereka diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes. Sekarang mereka menyadari bahwa muslihat Herodes yang ingin melacak di mana persisnya tokoh yang dianggapnya bakal menjadi saingannya itu. Para majus pulang membawa kegembiraan yang akan mereka bagikan kepada orang-orang lain.

Bagaimana dengan orang-orang Yahudi, terutama  Herodes? Herodes tidak mau mencari Mesias dan bersembah sujud kepada-Nya, walaupun dia sudah diberitahu akan hadirnya Sang Mesias, oleh para imam kepala dan ahli Taurat. Sebaliknya, justru berusaha untuk melenyapkan-Nya, dengan cara harus membantai banyak bayi  yang tidak berdosa. Herodes kehilangan kepekaan akan cara-cara Tuhan berbicara kepada manusia, malah menganggapnya sebagai ancaman atas kedudukannya! Demikian juga para alim ulama saat itu mereka tidak memahami maknanya kendati mereka mengetahuinya. Hanya Maria sajalah diantara orang-orang itu yang berusaha mengerti dan mendengar kata-kata para gembala. Maria "menyimpan semua perkataan itu dalam hatinya dan memikir-mikirkannya." Bunda Maria bersikap mau memahami misteri yang ada dalam kehidupannya. Orang-orang lain hanya terkagum-kagum dan terkejut saja.

Semoga dalam Pesta penampakan Tuhan hari ini yang merupakan pesta Sang Bintang Sejati, Tuhan Yesus Penyelamat dunia, bukan penyelamat orang katolik saja. Penyelamat bagi semua orang yang menerima kehendak baik-Nya. Marilah kehendak baik-Nya kita tanggapi dengan mewujudkan niat baik kita kepada sesama, agar kebersamaan kita bagaikan bintang-bintang bersinar dan bertebaran di malam kelam, sehingga bisa menjadi bintang atau petunjuk jalan kehidupan sejati yang damai sejahtera. (FX. Mgn)

Senin, 20 Desember 2010

BELAJAR DARI KELUARGA KUDUS

PESTA KELUARGA KUDUS: YESUS, MARIA DAN YUSUF (A)
Hari Minggu 26 Desember 2010

Sir 3:2-6.12-14;
Kol 3:12-21;             
Mat 2:13-15.19-23

        Menyimak Injil hari ini dan ayat-ayat Injil Matius sebelumnya, maka kita akan melihat bahwa betapa banyak kesulitan dan rintangan yang dihadapi Maria dan Yusuf sebagai pasangan muda. Mereka menghadapi banyak persoalan hidup yang membuat keduanya dituntut untuk bersabar dan beriman.
        Yusuf harus menerima kenyataan bahwa Maria tunangannya telah hamil sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Dalam hati ada kecurigaan dan kecemburuan bagi seorang laki-laki, tetapi setelah menerima pesan melalui mimpi ia harus menerima Maria sebagai istrinya karena yang dikandung istrinya adalah dari Allah. Yusuf harus mendampingi dan menjaga istrinya selama mengandung sampai melahirkan dan menjadi bapak asuh bagi Putra-Nya.  
        Bahkan pasangan muda ini setelah melahirkan pun mereka masih mengalami kesulitan dan tantangan karena Bayinya terancam dibunuh oleh penguasa. Maka melalui mimpi lagi mereka harus mengungsi menyelamatkan Bayi dari ancaman pembunuhan. Mereka baru bisa kembali ke negerinya setelah dirasa aman karena Herodes yang mengancam jiwa-Nya telah mati.
        Mereka dalam menjalani hidup sepertinya senantiasa dalam pengungsian. Dari sejak melahirkan Yesus di Betlehem, lalu mengungsi ke Mesir untuk menyelamatkan Bayinya, kemudian kembali ke Galilea dan menetap di Nazaret setelah aman. Kesulitan selalu menghadang mereka, tetapi Yusuf dan Maria tidak mengeluh atau menggerutu apa lagi mempermasalahkan rencana Allah. Mereka menanggapi prakarsa Allah dengan hati terbuka dan bertindak jujur dengan sikap iman. Karena mereka yakin bahwa Tuhan ada bersama mereka. Yesus ada dalam keluarga itu, sehingga  membuat keluarga itu menjadi Keluarga Kudus juga menjadi keluarga yang mampu menghadapi setiap rintangan dan tantangan.
       
          Bagaimana dengan kita?
        Kita pun dalam menjalani hidup tak luput dari permasalahan hidup. Sekarang kita yang hidup dalam zaman modern dan dalam peradapan yang sudah maju, tetapi permasalahan selalu ada saja yang muncul dalam keluarga. Banyak keluarga yang karena mempertahankan ego dan maunya menang sendiri serta merasa benar sendiri dengan tidak mau mengalah satu sama lainnya, kemudian membuat tidak tegur sapa. Karena komunikasinya tidak baik, masalahnya bukan berkurang tetapi menjadi bertambah dan menumpuk. Masalah yang tidak kunjung terpecahkan, malah menjadi lebih parah dan timbul perkelaian dan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini bukan mustahil, bahkan terjadi dalam keluarga Katolik. Ini sangat memprihatinkan memang. Karena tuntutan hidup yang makin tinggi membuat orang sulit mengontrol dirinya. Keinginan dan kemampuan seringkali tidak sejalan, membuat kisruh dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
       
         Apa solusinya?
        Keluarga Katolik harus kembali pada dasar perkawinan awal; bahwa pasangan harus saling mengasihi, jangan hanya melihat kekurangannya tetapi mau melihat kelebihan masing-masing. Marah dalam keluarga itu pasti ada, tetapi marah untuk menyelesaikan masalah. Keinginan untuk sukses dan maju dalam usaha menyejahterakan keluarga itu menjadi hak dan kewajiban semua pasangan, tetapi juga perlu dibarengi dengan kerja keras dan kekompakan dalam keluarga. Kebahagiaan dan ketentraman dalam keluarga itu menjadi dambaan semua orang, tetapi itu juga perlu pengorbanan satu sama lainnya.
        Marilah kita menimba pengalaman Keluarga Kudus Yusuf dan Maria yang dengan setia menjaga keutuhan keluarga mereka, dengan menyertakan Tuhan dalam keluarganya. Tuhan kita hadirkan dalam keluarga dengan selalu berdoa, mohon kekuatan dari pada-Nya agar tercipta keluarga yang rukun dan guyup. (FX. Mgn)

Minggu, 19 Desember 2010

TERANG KRISTUS MENERANGI HATI SETIAP ORANG

HARI RAYA NATAL
Hari Sabtu, 25 Desember 2010

Yes 52:7-10;
Ibr 1:1-6;         
Yoh 1:1-18 (Yoh 1:1-5, 9-14)

Awal mulanya orang melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Kebiasaan-kebiasaan baik itu dilakukan terus-menerus kemudian menjadi tradisi, yaitu tradisi merayakan Natal setiap tanggal 25 Desember. Lagu-lagu natal terdengar di mana-mana, terasa sekali suasana hari Natal. Tampak di berbagai tempat dipasang pohon natal, goa natal, dan hiasan-hiasan natal, sehingga tampak wajah-wajah gembira dengan penuh suka cita natal. Suasana semarak ini mencerminkan “Terang yang sesungguhnya menerangi setiap orang, sedang datang ke dunia.”

Hal ini berlawanan dengan kenyataan sesungguhnya, bahwa keadaan masyarakat pada umumnya semakin jauh dari sejahtera. Bayangkan, kemiskinan bukannya turun tetapi malah meningkat, sulitnya lapangan kerja semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor alam maupun karena dampak dari kelalaian manusia. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu. Siapakah Terang yang sesungguhnya? Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang telah datang ke dunia, yang menjelma menjadi manusia. Ia, membawa pengharapan sejati bagi umat manusia, walaupun banyak orang menolak Terang itu. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun.

Kedatangan Yesus Kristus Sang Terang dunia membawa warta keselamatan dan terang hidup, terangkum dalam Bacaan Injil hari ini, di mana sejak awal Putra Allah bersama dengan Bapa dalam menciptakan segala sesuatu. Allah Putra diutus ke dunia untuk mewartakan kabar sukacita Allah. Memberikan kasih Allah kepada manusia, mencintai manusia. Tetapi, Ia ditolak oleh manusia dan bahkan akhirnya dibunuh oleh umat manusia. Namun, Dia lalu dimuliakan oleh Allah dan hidup bersatu dengan Allah. Manusia yang percaya dan menerima Dia akan mengalami terang-Nya dan memperoleh keselamatan, sedangkan mereka yang menolak tidak diselamatkan.
Warta itu mau menjelaskan kepada kita siapakah Yesus itu bagi kita dan bagaimana kita menerimanya agar memperoleh keselamatan. Dari permenungan sabda ini, bagi kita menjadi suatu refleksi yang baik untuk melihat bagaimana kita berusaha menerima Tuhan yang telah berkenan datang menerangi hidup kita. Apakah kita sudah membuka hati kepada Tuhan yang sudah datang dan tinggal dalam hidup kita serta membawa kita kepada Terang sesungguhnya?

Semoga Peristiwa Natal ini membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan keadilan dan kesejahteraan semua orang. Berbagi dan bertenggang rasa pada mereka yang miskin dengan tidak berfoya-foya dan boros, agar senyum natal mewarnai hati setiap orang. Mengingat yang kita rayakan adalah peristiwa kelahiran Yesus yang miskin dan papa, jauh dari kemewahan serta kemeriahan. SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011. (FX. Mgn)

Senin, 13 Desember 2010

DIA IMANUEL - ALLAH MENYERTAI KITA

MINGGU ADVEN IV (A)
Hari Minggu 19 Desember 2010

Yes 7:10-14;
Rm 1:1-7;        
Mat 1:18-24

Kedatangan Yesus ke dunia sebagai manusia sungguh dipersiapkan oleh banyak orang. Para nabi telah lama menceritakan dan meramalkan akan kedatangan-Nya. Seperti Yohanes Pembaptis diutus Allah untuk mempersiapkan jalan bagi Dia dengan ajakannya agar semua orang bertobat, karena kerajaan surga sudah dekat. Demikian juga Maria mau menerima tawaran Malaikat Gabriel agar ia mau mengandung dari Roh Kudus. Maria dipilih Allah untuk menjadi ibu Tuhan dengan mengandung Putra Allah.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah Yosef, ia dipilih Allah untuk menjadi bapa pengasuh-Nya. Yosef, sesungguhnya sangat besar andilnya dalam karya penyelamatan Allah, walau dalam Gereja perannya kurang begitu menonjol. Yosef yang statusnya baru bertunangan dengan Maria, tetapi ia mau menerima Maria yang kedapatan hamil sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Ia mau menerima Maria sebagai istri setelah diperingatkan melalui mimpi bahwa anak dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Demi menjaga nama baik Maria di hadapan banyak orang, ia tidak mau meninggalkan Maria. Waktu itu akan menjadi pertanyaan banyak orang bila ia meninggalkan Maria.

Kesanggupan Yosef untuk menerima Maria sungguh merupakan suatu peran yang sangat mulia. Yosef juga mau memberi nama Yesus, anak-Nya itu sesuai dengan pesan malaikat Tuhan dalam mimpinya. Pesan ini sejalan dengan janji Allah kepada Raja Ahas melalui nabi Yesaya bahwa akan ada seorang perawan yang melahirkan seorang putra, dan harus dinamai Emanuel: Allah Beserta Kita. Bahkan Yosef mau membesarkan Yesus dan mendidiknya serta melatihnya bekerja sampai dewasa. Peran Yosef yang begitu besar dalam karya penyelamatan Allah, menunjukkan bahwa Yosef sungguh mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendaknya sendiri. Dengan mendahulukan kehendak Allah maka akan semakin cepat terwujudnya kerajaan Allah di dunia ini.

Bagaimana dengan kita?
Sikap iman Yosef diharapkan menjadi contoh bagi kita semua sebagai pengikut Yesus. Kesetiaan dan contoh hidup keluarga Yosef sangat pantas untuk diteladani. Demi kebahagiaan dan keutuhan keluarga dan karena cintanya terhadap Maria, ia tetap mempertahankan rumah tangganya. Baginya keutuhan dan kebahagiaan keluarga menjadi prioritas utama. Semoga kita semua bisa meneladani sikap hidup Yosef yang mengedepankan kehendak Tuhan. Sikap hidup yang tidak hanya melihat kekurangan pasangan tetapi melihat kelebihan pasangan. Saling berkorban serta bersikap jujur dan terbuka, merupakan tanda keluarga yang diwarnai cinta kasih. Dengan demikian layak menerima kedatangan Tuhan yang kita nantikan dan rayakan pada Natal nanti. Emanuel, Tuhan beserta kita. (FX. Mgn)

Senin, 06 Desember 2010

ENGKAUKAH YANG DATANG ITU ATAU HARUSKAH KAMI MENANTIKAN ORANG LAIN?

MINGGU ADVEN III (A)
Hari Minggu 12 Desember 2010

Yes 35:1-6a.10;
Yak 5:7-10;              
Mat 11:2-11

Dalam Injil hari ini kita mendengar tokoh Yohanes Pembaptis, yang rela mengenyampingkan kepentingan dirinya untuk menjadi perintis yang menyiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, Sang Mesias. Bahkan dia rela ditangkap dan dipenjara oleh Raja Herodes  Antipas. Di dalam penjara Yohanes mendengar ada seorang tokoh yang menurut banyak orang lebih hebat daripadanya. Seperti yang pernah ia peringatkan sebelumnya bahwa akan segera muncul seorang yang lebih berkuasa dari padanya. Dari pembicaraan banyak orang, tokoh itu bernama Yesus.

Untuk meyakinkan dirinya, Yohanes mengutus para muridnya agar menanyakan siapakah sebetulnya Dia? Pertanyaan yang diajukan demikian: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” Para murid Yohanes mengamati apa yang dibuat Yesus ketika ada bersama-Nya selama beberapa hari. Yesus hanya minta untuk melihat apa yang terjadi: orang buta melihat, orang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan dan kabar gembira diwartakan kepada orang-orang miskin. Berbahagialah orang yang tidak menyangsikan dan tidak menolak-Nya. Dari semua yang dilakukan Yesus itu, mereka melihat kata-kata Nabi Yesaya sedang terlaksana dalam diri Yesus.

Dari sebab itu, mereka yakin bahwa Yesus sungguh Mesias yang diramalkan oleh Nabi Yesaya. Sebab dari semua jawaban Yesus merupakan kutipan-kutipan dari Nabi Yesaya, yaitu: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara.” Nubuat nabi Yesaya tersebut tidak hanya dikutip dengan fasihnya, tetapi dibuktikan secara nyata di dalam diri Yesus. Maka sekarang terjawablah keragu-raguan Yohanes, bahwa Yesus adalah benar-benar Mesias yang selama ini ditunggu-tunggu kedatangannya setelah mendengar laporan para muridnya yang melihat sendiri apa yang dkatakan dan diperbuat Yesus. Dalam diri Yesus Kristus manusia menemukan nilai-nilai dirinya, dan dari situ manusia dihargai …
Dari sini kita melihat peran Yohanes Pembaptis sebagai pewarta sangat penting untuk mengenalkan Yesus Kristus sebagai pelaksana kehendak Allah. Yohanes Pembaptis telah mengantar para muridnya kepada Yesus. Yesus adalah tujuan dan ia hanyalah sarana. Yohanes dengan rendah hati menyadari bahwa ia tidak penting, yang penting adalah Yesus, Sang Mesias. Yohanes hanya suatu “suara” yang berseru di padang gurun. Ia tidak menuntut apa pun untuk dirinya sendiri. Namun Yesus melihatnya lain, Yohanes bukan sekedar nabi. Yesus melihatnya ia adalah orang penting yang menjadi utusan untuk mendahului kedatangan-Nya. Yohanes berperan menyiapkan jalan bagi Tuhan, dengan memperingatkan orang-orang supaya bertobat dan membersihkan hati mereka agar siap menerima kedatangan Tuhan.

Bagaimana dengan kita?
Kita pun sebagai pengikut-Nya harus siap menyambut kedatangan Tuhan dengan penuh pertobatan. Mau semakin mengecilkan diri kita, agar Tuhan semakin menjadi besar. Kabar Gembira Injil akan mempunyai arti bila orang yang mau bertobat. Dari pertobatan akan terbuka mata jiwa kita bahwa Yesus mencintai kita. Marilah kita mulai memperbaharui diri, agar bisa bergembira menerima kedatangan Yesus Sang Mesias. (FX. Mgn)