SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 30 April 2012

MINGGU PASKAH V (B) Minggu, 6 Mei 2012

BARANGSIAPA TINGGAL DI DALAM AKU, DAN AKU DI DALAM DIA, IA BERBUAH BANYAK

Kis 9:28-31;        
1Yoh 3:18-24;                   
Yoh 15-1-8

    Soklipo ditanya tetangganya, ”Kamu setiap Minggu ke gereja, menjadi pengurus kelompok paguyuban, aktif di kelompok Kitab Suci, menulis di kolom majalah. Dibayar berapa kamu sebulannya?
    
Soklipo pun menjelaskan: ”Wah, ke gereja itu sudah menjadi kebutuhan untuk bisa bertemu Tuhan dan sesama. Semua yang saya lakukan itu adalah ”buah dari penghayatan iman” pada Yesus Kristus yang telah menyelamatkan diri saya. Itu adalah sebuah pilihan dan konsekuwensinya sebagai anggota Gereja harus saling melayani. Hanya perbuatan kecil yang bisa saya lakukan. Jadi saya tidak dibayar atau dapat imbalan. Saya tidak mencari rezeki dari Gereja, yang penting bagi saya bisa bersatu dalam komunitas Gereja yang dipimpin oleh Yesus Kristus sebagai Pokok Anggur sejati. Saya sebagai ranting-ranting-Nya dituntut untuk menghasilkan buah-buah kehidupan berupa kebaikan, kebenaran dan keselamatan.”
    
       Seperti dalam Injil hari ini siapa yang tinggal di dalam Dia, akan berbuah banyak. Dia, Yesus Kristus adalah pokok anggur sejati dan kita semua adalah ranting-rantingnya. Kalau yang tidak berbuah akan dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah dibersihkan supaya lebih banyak berbuah.
    
    Sebuah perumpamaan yang sangat jelas mengungkapkan bagaimana seharusnya seorang beriman harus berhubungan erat dengan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang digambarkan sebagai batang anggur yang mengandung dan menyalurkan sari kehidupan ilahi. Siapa pun yang percaya kepada-Nya adalah ranting-ranting yang melekat pada batang itu, sehingga mereka selalu menerima kehidupan dari Tuhan. Berkat kehidupan dari Tuhan itulah, manusia bertumbuh dalam iman. Bahkan bisa menghasilkan buah berlimpah.
   
      Bagaimana seharusnya?
     Kita dituntut untuk berbuat sekecil apa pun untuk Gereja agar iman kita berbuah. Buah iman adalah kasih, yaitu saling mengasihi bukan dengan perkataan atau lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Semakin hidup kita menghasilkan banyak buah penghayatan iman yang dapat dinikmati orang lain, semakin nyatalah kesaksian hidup kita sebagai murid Kristus. Namun kita tidak dapat menghasilkan buah yang baik dari diri kita sendiri, kalau kita terpisah dari-Nya. Kita harus bersatu dengan pokok anggur kebaikan, kebenaran dan keselamatan, yaitu Yesus Kristus sebagai jaminan bagi kita untuk berbuah banyak.
     
     Karena kita telah dipersatukan dengan pokok anggur yang sama, kita hidup dari sumber yang sama dan bergantung pada sumber yang sama. Tentu harus mau bekerja sama dengan satu sama lainnya, karena kita satu saudara. Walau kita berbentuk ranting-ranting yang berbeda tetapi tetap dalam kesatuan dengan Yesus yang sama. Kita berpikir dan berbuat sesuai kehendak-Nya, bukan kehendak kita sendiri.
    
     Marilah kita sebagai ranting-ranting anggur menghasilkan buah yang berlimpah, dimulai dari hal-hal kecil. Belajar dari pengalaman Soklipo yang melakukan perbuatan kecil tanpa pamrih untuk Gereja. Bukan mencari penghasilan dari Gereja dengan melakukan akal-ukil untuk kepentingan pribadi, agar kita sebagai ranting-ranting anggur tidak dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Tetapi kalau berbuah banyak kita akan pantas menjadi murid-murid-Nya dan dimuliakan Bapa. (FX. Mgn)

Senin, 23 April 2012

HARI MINGGU PASKAH IV (B) - (Hari Minggu Panggilan) Minggu, 29 April 2012

SETIALAH DALAM PANGGILAN SEPERTI GEMBALA YANG BAIK

Kis 4:8-12;

1Yoh 3:1-2;

 Yoh 10:11-18

      Seorang pastor diberitahu oleh Pengurus Lingkungan, bahwa ada warganya yang sedang sakit di rumah sakit. Oleh keluarganya mohon agar si sakit bisa dimintakan Sakramen Pengurapan orang sakit kepada imam. Pengurus Lingkungan lalu menghubungi pastor, kemudian ia pun bergegas ke rumah sakit ingin mendampingi pastor. Tetapi ia heran, ternyata pastornya sudah tiba lebih dulu daripada ia sendiri yang memberitahukannya. 

      Pada lain kesempatan, pastor yang sama diundang untuk menghadiri acara ”midodareni” calon mempelai, yaitu ibadat sabda pada malam sebelum pemberkatan perkawinan. Warga yang mengundang: ”Apakah pastor perlu dijemput?”  Pastornya: ”Tidak usah, kasih alamatnya saja”. Dan pastor pun datang pada acara ”malam midodareni” itu, setelah sehari sebelumnya ia mencari alamat yang diberikan kepadanya. Kenapa pastor mau melakukan semuanya itu? Ia mau melakukan semuanya itu karena setia akan panggilannya, belajar dari Sang Gembala Baik. 

      Injil hari ini dengan jelas Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah gembala yang baik. Gembala yang baik mengenal seluruh domba-domba-Nya secara pribadi dan rela berkorban demi keselamatan domba-domba-Nya. Sifat demikian bisa dilihat dari kerelaan-Nya melakukan kehendak Bapa-Nya dengan menyerahkan hidup-Nya guna membebaskan manusia dari belenggu dosa. Gembala yang baik tidak lari menyelamatkan dirinya sendiri dan meninggalkan domba-dombanya bila dalam bahaya, tetapi mendahulukan domba-dombanya dan kalau memungkinkan baru ia menyelamatkan dirinya. Gembala yang baik tahu persis keadaan domba-dombanya karena ia mengenalnya secara pribadi. Mengenal secara pribadi berarti mengasihi. Mengasihi mereka maka Ia mau menyertai, membimbing, mengarahkan dan melindunginya. 

      Perumpamaan gembala ini memang ditujukan bagi Yesus sendiri karena Ia sebagai Gembala yang baik dan kita sebagai domba-domba-Nya. Kita sebagai domba-domba harus dekat dengan Gembalanya agar tidak tersesat dan memperoleh bimbingan dan keselamatan. Dalam bimbingan-Nya kita akan sampai kepada kesatuan dengan Allah dan memperoleh keselamatan. Berkat penggembalaan-Nya kita tidak perlu takut karena sudah mendapat jaminan bahwa dalam setiap datang bahaya yang mengancam, Dia sendiri akan berada di depan menghadapi-Nya. 

      Semoga dalam perumpamaan ini bisa mengarahkan kita agar tetap setia akan panggilan kita masing-masing dan berusaha mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Apa pun posisi dan kedudukan kita, entah sebagai kepala keluarga, anggota keluarga, pendidik, koordinator kelompok atau pimpinan perusahaan, diharapkan kita bisa bersikap seperti gembala yang baik terhadap mereka yang dipercayakan kepada kita. 

        Marilah kita belajar dari Sang Gembala Baik untuk menjadi gembala-gembala yang baik dan setia dalam panggilan kita untuk melayani sesama. Sama seperti semangat dan tindakan yang dilakukan seorang pastor di atas tadi. (FX. Mgn)

Senin, 16 April 2012

HARI MINGGU PASKAH III (B) Minggu, 22 April 2012

”KAMU ADALAH SAKSI DARI SEMUANYA INI”

Kis 3:13-15;
1Yoh 2:1-5;
Luk 24:35-48      

        Seorang ibu terbaring di rumah sakit. Semua tetangga mengunjunginya termasuk tukang ojek dan tukang becak pun datang. Pastor juga datang memberi semangat dan mendoakan agar cepat sembuh. Kenapa kok tukang ojek dan tukang becak juga mau datang mengunjunginya? ”Ibu itu sangat dekat dengan kami. Bila naik ojek atau naik becak ibu itu menanyakan keluarga kami, apakah sehat-sehat dan anak-anak apakah sudah pada sekolah dst. Bahkan ketika kami kesulitan dia mau datang membantu tanpa diminta”.            
        Seorang bapak kehilangan barang karena dicuri orang, tetapi dengan ”legawa” ia mengatakan bahwa, ”Tidak apa-apa karena saya sudah lama memakainya dan sudah saya bayar lunas ketika saya membelinya.” Suatu saat ketahuan yang mengambil barangnya, namun bapak itu malah memaafkan, ”Biarlah dia mengambil, ia mungkin terpaksa dan terdesak karena kebutuhan. Tidak apa, saya sendiri hidup karena pengampunan Tuhan, maka wajarlah kalau saya sedikit belajar mengampuni kesalahan orang lain.” Dua orang, yaitu seorang ibu dan seorang bapak tadi dengan cara sederhana mencoba melaksanakan semangat Tuhan, yaitu mencintai dan mengampuni sesamanya dengan tidak memandang orang.      
       Semangat Injil minggu ini menunjukkan bahwa Yesus mencintai dan mengampuni semua orang sampai wafat di kayu salib, dan pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan-Nya membuka hati dan kepercayaan para murid bahwa Dia sungguh hadir di tengah mereka. Ia membuka hati mereka akan rahasia kedatangan-Nya, bahwa Mesias harus menderita dan mati untuk pengampunan dosa manusia. Hal ini menjadi lebih jelas bagi murid-murid-Nya ketika mereka sedang membicarakan pengenalannya dengan Yesus, yaitu saat memecah-mecahkan roti serta membagi-bagikan-Nya, lalu Ia lenyap dari pandangan mereka. Namun di saat mereka ”bengong” tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kehadiran Yesus yang tidak disangka-sangka, ”Salam damai bagimu”. Salam dari Yesus itu menyejukkan hati mereka. Yesus minta makan ikan goreng agar tidak dikira hantu. Dia juga menunjukkan bekas-bekas luka-Nya supaya mereka percaya bahwa Ia benar-benar hadir menguatkan hati mereka. Setelah itu mereka mulai terbuka matanya dan mulai saat itu mereka lebih mantap lagi bahwa Yesus Tuhan sungguh bangkit. Mereka diminta Tuhan menjadi saksi atas peristiwa itu. ”Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” Peristiwa itu merupakan titik awal perdamaian antara manusia dan Allah. Maka Yesus menginginkan pertobatan dan pengampunan itu diwartakan dari Yerusalem sampai ke seluruh dunia.        
      Kita semua yang telah menjadi murid-Nya juga diminta sebagai saksi atas kebangkitan Tuhan. Menjadi saksi pertobatan dan pengampunan. Menyaksikan dan menyatakan bahwa sungguh Tuhan datang untuk mengampuni dosa manusia, sehingga manusia dapat berhubungan lebih baik lagi dengan Allah dan sesama. Dengan diampuni segala dosa kita, berarti kita telah diselamatkan.

        Bagaimana sikap hidup kita?
        Marilah belajar hidup berdamai dengan Allah dan sesama sebagai wujud bahwa kita menjadi saksi kebangkitan Yesus yang membawa pengampunan dan keselamatan bagi umat manusia. Hidup dalam kedamaian dengan Allah, bila hidup kita sehari-hari nampak hidup dengan damai dengan sesama. Karena cinta kepada Allah hanyalah kentara bila kita juga mencintai sesama, seperti hidup seorang ibu dan seorang bapak di atas tadi. (FX. Mgn)

Senin, 09 April 2012

HARI MINGGU PASKAH II (B) - Minggu, 15 April 2012

“BERBAHAGIALAH MEREKA YANG TIDAK MELIHAT, NAMUN PERCAYA" 

Kis 4:32-35; 1Yoh 5:1-6; Yoh 20:19-31 

      Seringkali kita mendengar bahwa orang yang percaya kepada Tuhan disebut orang beriman. Namun orang yang beriman, tidak sekedar mengatakan bahwa aku percaya kepada Tuhan. Orang kalau beriman mestinya harus nyata dalam kehidupan, dan merasakan bahwa Tuhan beserta kita. Lalu bagaimana dengan iman kita? 

        Yesus sesudah wafat dan dikuburkan, tiga harinya Ia dibangkitkan dari orang mati. Bisa kita bayangkan betapa bahagianya perasaan hati Yesus ketika Ia dibangkitkan dari orang mati. Tentu sangat gembira dan bahagia. Kebahagiaan Yesus ditunjukkan pertama-tama kepada para wanita yang akan merawat makam-Nya. Kenapa Yesus menampakkan diri-Nya? Hal ini supaya diwartakan kepada segala bangsa di dunia terutama kepada Petrus dan para murid-Nya. Lalu bagaimana kenyataannya? Ternyata tidak semua murid-Nya langsung percaya begitu saja. Salah satunya Thomas, yang menyanggah: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Atas tidak kepercayaan Thomas itu, maka Yesus menegor Thomas yang kurang percaya yang menuntut bukti akan penampakan Tuhan bagi dirinya. 

       Yesus justru memuji orang yang percaya kepada-Nya yang tanpa meminta suatu penampakan atau bukti. ”Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Sikap Thomas rupanya sering menjadi sikap kita. Iman kita sering goyah kala kita menghadapi tantangan. Kita lari dari Yesus dan sering lebih percaya kepada kekuatan lain, lebih percaya isu atau kabar burung, dan omongan warung kopi. 

       Dalam Injil hari ini, Yesus menuntut dari para murid-Nya supaya mereka tetap percaya kepada-Nya dan kehadiran-Nya, walaupun Ia akan hanya akan hadir beserta mereka melalui Roh Kudus. Percaya selalu berarti pasrah kepada Tuhan tanpa banyak tuntutan atau bukti. Sebenarnya nasihat Yesus kepada Thomas juga ditujukan kepada kita. Kita tidak harus membuktikan dulu setelah melihat atau meraba Ia secara inderawi. Sebaliknya kita harus percaya bahwa Ia tetap dan selalu hadir di tengah-tengah kita melalui teman seperjalanan dalam iman dan sakramen-sakramen-Nya. Yesus akan menyertai kita selalu, kapan pun dan di mana pun seperti yang pernah Ia katakan kepada kita, bahwa “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20). Iman demikianlah yang dituntut Yesus hidup dalam diri kita. Sebab tanpa merasakan bahwa disertai Yesus, maka iman kita sia-sia. 

       Iman yang benar ialah kerelaan kita berserah diri kepada Allah dan rela melaksanakan perintah-Nya. Sedangkan perintah yang utama ialah mencintai Allah dan sesama. Hal ini telah dilakukan oleh umat Gereja perdana dalam mewujudkan iman mereka dalam hidup. Mereka lebih mengutamakan kesejahteraan bersama daripada diri sendiri. Dan mereka pun tidak memiliki sikap mumpung. Bagaimana dengan kita? Seharusnya kita yang telah dipersatukan dalam ekaristi harus lebih rela berbagi, karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Iman yang diwujudkan dalam kehidupan nyata akan mendatangkan berkat bagi kita. 

       Marilah mohon berkat Allah agar iman kita kepada Yesus semakin diteguhkan dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan nyata, walau belum pernah melihat Dia namun kita percaya akan sabda-Nya, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (FX. Mgn)

Senin, 02 April 2012

HARI MINGGU PASKAH (B) Hari Raya Kebangkitan Tuhan. Minggu, 8 April 2012

BELAJAR KEPADA MARIA MAGDALENA MEWARTAKAN KEBANGKITAN TUHAN

Kis 10:34a.37-43;
Kol 3:1-4;
Yoh 20:1-9 atau Mark 16:1-8

    Seorang bapak yang baru saja mengalami musibah karena kepergian anggota keluarganya, ada perasaaan yang macam-macam di dalam pikirannya. Kenapa ia mati, kenapa harus menimpa keluarga saya? Sulit sekali mau menerima kenyataan seperti ini, walau semua orang tak terkecuali termasuk bapak itu akan mengalami hal yang sama. Namun setelah berlalunya waktu bapak itu menyadari bahwa pada saatnya akan mengalami juga.
       Demikian juga iman para rasul juga tergoncang setelah kematian Gurunya di kayu salib dan dimakamkan jenazah-Nya. Ketika tiga harinya setelah pemakaman dapat informasi bahwa Yesus telah bangkit tetapi para murid termasuk Petrus masih belum percaya. Namun lambat laun iman mereka tumbuh, meskipun dihantui oleh keraguan dan kebingungan, antara percaya dan tidak. Ini terjadi ketika pagi-pagi benar Maria Magdalena datang ke makam Yesus, tetapi didapati batu penutup makam telah terbuka. Dalam ketakutannya ia melihat seorang malaikat nampak seperti pemuda memakai jubah putih, mengatakan bahwa Yesus dari Nazareth itu sudah bangkit, sudah tidak ada disini. Katakan kepada para murid-Nya dan Petrus, bahwa Ia telah mendahului kamu ke Galilea.
        Kenapa Maria Magdalena disebut-sebut dalam Injil hari Paskah ini. Bahkan Maria Magdalenalah orang pertama-tama yang diutus Tuhan untuk mewartakan kebangkitan-Nya kepada para murid yang lain termasuk Petrus. Mengapa Maria Magdalena begitu ditokohkan dalam peristiwa kebangkitan Tuhan ini? Mengapa ia begitu dicintai oleh Tuhan sehingga Marialah yang pertama-tama boleh melihat Dia yang telah bangkit dan boleh mewartakan kebangkitan-Nya?
      Maria Magdalena pernah jatuh dalam dosa yang sangat dalam. Namun sesudah bertemu dengan Yesus, Maria mencoba bangkit dari kejatuhannya. Maria bangkit menjadi wanita yang lain sama sekali. Dan Yesus menjadi saksinya. Mungkin karena itu Yesus tidak pernah lupa akan wanita itu, sejak Maria membasahi kaki Yesus dengan air mata penyesalannya dan mengeringkan dengan rambutnya. Maria sungguh-sungguh telah bangkit dari keterpurukannya. Maria telah merayakan Paskah yang pertama dengan tepat. Paskah Kristus menjadi Paskah Maria juga. Oleh sebab itu, ia layak melihat Kristus yang telah bangkit dan dipercayakan pula untuk mewartakannya. 
     Semoga kita juga mau mewartakan kebangkitan Kristus, menimba pengalaman iman Maria Magdalena tadi yang awalnya ada keragu-raguan, namun kemudian memperoleh jawaban pasti dari para malaikat: “Ia sudah bangkit dan mendahului kamu ke Galilea.”
       Marilah menyadari bahwa kita ini yang tidak lebih baik dari Maria Magdalena sebelum mengenal Yesus. Namun, apakah sekarang setelah mengenal dan menjadi pengikut Kristus juga lebih baik dari Maria Magdalena setelah mengenal Yesus? Dan marilah kita belajar dari pengalaman iman seorang bapak yang kehilangan anggota keluarganya tadi. Awalnya tidak rela dan merasa kehilangan, tetapi karena kepasrahannya kepada Tuhan, mengarahkan imannya kepada Kristus yang bangkit menjadi Paskah bagi dirinya. (FX. Mgn) SELAMAT PASKAH. ALLELUYA.