SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 05 November 2012

MINGGU BIASA XXXII (B) Minggu, 11 Nov 2012



RELA BERBAGI KARENA IMAN

1 Raj 17:10-16;                         
Ibr 9:24-28;                                 
Mrk 12:38-44

        Cinta kasih akan nampak bila dinyatakan dalam tindakan. Seringkali kita berbicara tentang cinta kasih, tetapi begitu untuk membuktikan kita pikir-pikir dulu dan berhitung dulu. Semua pengeluaran uang harus dengan perhitungan yang cermat. Apa lagi pada masa keuangan seret, wajar jika orang membuat skala prioritas. Yang dianggap terpenting didahulukan, yang lain terpaksa diabaikan.
Seperti sikap janda di Sarfat ketika Nabi Elia datang minta dibuatkan roti. Mulanya ia menolak karena tepung miliknya tinggal segenggam lagi. Hanya cukup untuk dimakan berdua bersama anaknya. Ini prioritas pertama! Namun, Elia memberinya janji ilahi. Jika sang janda berani membalik prioritasnya dengan mendahulukan pemberian untuk sang hamba Tuhan, tepung itu tak akan habis. Janji ini tampaknya tak masuk akal, tetapi sang janda mengimani. Mukjizat pun terjadi. Ia bisa memberi, tetapi tetap berkecukupan!
Begitu juga janda miskin yang memberikan seluruh harta miliknya yaitu dua keping uang ke dalam peti persembahan bukan berarti ia tidak dengan perhitungan. Janda miskin itu mengorbankan segala milik duniawinya sebagai kesaksian atas imannya akan Sabda yang memberi kehidupan secara lebih jujur. Dalam kemiskinannya ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan dengan begitu ia mengungkapkan imannya yang mendalam. Ia memberikan segala-galanya yang ia miliki kepada Tuhan karena menganggap Tuhan lebih penting daripada keperluan hidupnya sendiri.
Demikian juga, Allah yang mau mengambil resiko mengorbankan Putra-Nya sendiri, agar manusia bersedia mengorbankan dirinya. Manusia dituntut mau mengorbankan yang mereka miliki. Dengan tidak segan-segan mempersembahkan yang kita miliki kepada Tuhan, maka pada saatnya Tuhan akan memberikan yang lebih banyak dan berarti bagi hidup kita. Tuhan akan memberikan berlipat ganda, bila kita rela mempersembahkan yang kita miliki kepada-Nya.

Bagaimana seharusnya?
Memberikan sesutu kepada orang lain yang membutuhkan, bila kita sendiri sedang butuh, memang tidak mudah. Namun, disinilah letak nilai pemberian. Nilai pemberian itu menjadi sungguh tinggi, karena kita mau memberikan dari yang kita perlukan, bukan dari apa yang sudah tidak kita perlukan lagi. Kita memberi dari kekurangan kita, bukan karena kelimpahan kita. Seperti yang diamati dan diungkapkan Yesus dalam Injil hari ini, janda yang miskin itu memberikan derma dari uangnya yang sedikit yang sebenarnya masih ia perlukan sendiri. Yang mau ditekankan Yesus dalam memberikan sesuatu kepada orang lain adalah sikap dasarnya, yaitu cinta yang mendalam. Cinta yang mendalam itu terungkap dalam keberanian untuk memberikan sesuatu yang terbaik kepada orang yang dicintainya, meskipun sesuatu itu masih dibutuhkannya sendiri.
Menimba pengalaman si janda miskin yang memberikan semua harta miliknya yang hanya sedikit itu diharapkan kita mau dan rela berbagi kepada sesama yang membutuhkan. Walau selagi dalam kekurangan tetapi mau berbagi dari kekurangan kita, mengarahkan kita jadi mengerti bagaimana rasanya orang kalau tidak mempunyai apa-apa dalam hidupnya. Dan selagi dalam kelimpahan kita terdorong untuk mau memberikan lebih banyak lagi, bukan karena kita tidak membutuhkan lagi tetapi karena kepedulian kita kepada mereka yang belum bisa menikmati hidup yang layak.  
Semoga cerita tentang dua janda tadi menggerakkan kita untuk memberi dan berbagi untuk kehidupan orang lain. Memberi berdasarkan iman bukan memberi dengan hitung-hitungan. Karena Allah telah memberi kehidupan kita dengan segala kemurahan-Nya dan berkat-Nya tanpa perhitungan. Allah tidak pernah menarik dan meminta kembali. Bahkan Allah justru meminta kita untuk membagi-bagikan pemberian-Nya itu kepada sesama yang membutuhkannya. (FX. Mgn)