SELAMAT DATANG DAN SELAMAT BERJUMPA

Senin, 05 Oktober 2009

JUALLAH SEMUA HARTA MILIKMU DAN IKUTLAH AKU.

MG BIASA XXVIII/B
Keb 7:7-11;
Ibr 4:12-13;
Mrk 10:17-30

Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. (Mrk 10:25)
Terbayang dalam pikiran kita tentang jarum jahit yang lubangnya sangat kecil dan sempit. Hal itu, tidak mungkin seekor unta besar dan tinggi dapat melewati lubang jarum jahit.
Perkataan Yesus tentang lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk dalam Kerajaan Allah, menggambarkan betapa sulitnya seorang kaya mengikuti kehendak Tuhan, karena orang kaya dan kekayaannya menjadi halangan terbesar untuk melaksanakan perintah Allah.

Seperti dalam Injil tadi seorang pemuda kaya telah melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan hukum Taurat, bertanya kepada Yesus apa syaratnya supaya memperoleh hidup yang kekal. Pemuda kaya tadi diperintahkan Yesus agar menjual seluruh harta bendanya dan membagikannya kepada orang miskin, kemudian mengikuti Dia. Mendengar perintah itu, pemuda kaya tadi mukanya muram dan kecewa berat lalu pergi dengan sedih karena ingat akan hartanya yang banyak harus ditinggalkan. Keputusannya jadi berubah total berbalik dari Yesus, sebab ia lebih mencintai hartanya daripada hidup kekal yang tadinya menjadi pusat perhatiannya. Berarti ia gagal dipanggil ke dalam Kerajaan Allah yang menuntut penyangkalan diri total. (Mrk 8:34)

Hal demikian itu mungkin juga terjadi pada diri kita kalau sudah menyinggung soal harta milik. Kita sangat terikat akan harta kekayaan dan sulit sekali keluar dari lilitan duniawi. Lebih tertarik mencintai harta daripada mencintai Yesus untuk hidup yang kekal. Lebih mudah berbalik meninggalkan Yesus daripada meninggalkan harta yang kita cintai. Apa lagi kalau untuk berkorban dan berbagi kepada sesama, itu merupakan gagasan yang tidak menarik.

Tuntutan Yesus untuk menjual harta milik dan membagikan kepada orang-orang miskin bukan berarti Ia membenci orang kaya dan hanya memihak orang miskin tetapi Ia mengharapkan agar orang memandang kekayaan sebagai sarana untuk menunjang hidup fisik. Harta kekayaan duniawi tidak boleh dipandang sebagai jaminan hidup kekal. Memang kekayaan tidak dengan sendirinya membuat orang jahat dan buruk, sepanjang orang mampu menggunakannya dengan tepat dan tidak hanya mengandalkan hidupnya melekat pada kekayaannya. Bahkan orang kaya bisa membantu semua orang menjadi sejahtera bila memiliki rasa syukur atas kelimpahan kekayaannya karena ia melihat Kerajaan Allah.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hanya yang tidak lekat pada harta duniawi dan mengandalkan Allah, entah kaya atau miskin akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan kata lain yang menentukan seseorang bisa masuk dalam Kerajaan Allah dan memperoleh hidup kekal bukan soal kaya atau miskin harta tetapi sikap seseorang terhadap hartanya itu. Meskipun orang miskin harta tetapi lekat pada harta miliknya yang memang hanya sedikit itu maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebaliknya orang kaya yang tidak menggantungkan diri pada kekayaannya semata dan rela berbagi kepada sesama yang membutuhkan, orang itulah yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Marilah kita memilih pekerjaan atau status hidup yang tepat demi masa depan agar memperoleh anugerah hidup kekal dalam Kerajaan Allah dan layak menjadi pengikut-Nya. (FX. Mgn)